Prolog

760 37 3
                                    

Aku gatau mulmednya cocok atau ngga. But, happy reading! 🌹

--------------

Sinar jingga perlahan-lahan menghilang, sang raja siang sudah bersiap pulang keperaduannya. Lelaki itu berdiri menghadap senja. Siluet tubuhnya terlihat. Tatapan matanya kosong, tangannya mengepal, napasnya memburu, menahan kesal.

Memori-memori diotaknya kembali berputar seperti kaset rusak. Semua ingatan itu tentang dia. Bolehkah sekarang lelaki itu merindukan gadisnya yang mungkin sudah tidak akan bisa ia tatap matanya kala fajar datang?

Dia rindu. Amat sangat rindu. Bahkan jika waktu bisa diulang, dia ingin belajar menyukai senja demi gadis itu. Menghabiskan waktu kala senja datang, sama-sama merindukan sinar senja saat hujan merenggut warna jinggannya, sama-sama melontarkan harapan untuk hari esok, sama-sama menunggu dan merindu.

"Gue udah yakin lo disini." Lelaki yang semula bergeming kini menoleh, ditatapnya gadis yang ada di hadapannya. Lalu membuang muka malas.

"Fajar gue..." Fajar menatap gadis itu tajam, tangannya semakin mengepal, jika saja orang yang ada di hadapannya ini bukan seorang perempuan. Fajar akan memukulnya habis-habisan untuk melampiaskan emosinya.

"Lo bisa pergi dari sini Mentari?" Mentari tersentak mendengar suara Fajar yang begitu dingin dan datar.

"Tapi..."

"Gue gamau denger penolakan apapun." dengan terpaksa Mentari mengangguk. Hatinya sesak, kenapa Fajar membencinya? Tidak bisakah ia menyentuh hati Fajar sedikit pun. Kenapa Fajar tidak mau mendengar kata yang keluar dari mulutnya? Apakah semua yang telah ia lakukan sia-sia? Dia selalu berusaha membuat Fajar bersinar, bahkan dari dulu, saat kebahagiaan mulai menghilang dari sisi Fajar. Tetapi Mentari dengan sabar mengembalikan sinar yang hilang itu. Tapi, ternyata sinar yang diberikan Mentari semakin menjauhi Fajar.

Dan untuk saat ini Mentari mengaku kalah, dia menyerah, dia terlalu lelah untuk bertahan. Dia tidak akan mengusik ketenangan Fajar kala senja, karena Mentari tau, kala senja menjelang, Fajar selalu merindukan gadis itu.

*****

Fajar menghela napas saat melihat Mentari pergi menjauh, tatapannya kembali pada senja yang hampir usai, matanya memanas. Kemudian terpejam merasakan semilir angin yang membelai wajahnya pelan. Apakah ini saatnya ia dan senja akan berpisah hari ini? Fajar meringis, dia harus menunggu senja hari esok dengan sabar.


Kepada senja yang telah memudar, tolong sampaikan padanya aku rindu. Sampaikan padanya untuk datang ke dalam bunga tidurku lagi, agar rasa rindu yang semakin lama semakin menumpuk ini bisa terobati. Walaupun hanya dalam mimpi, tapi tak apa, setidaknya aku bisa melihat senyum dia yang cantik.

Fajar membuka matanya, lalu tersenyum kecil, sudah menjadi rutinitas untuknya selalu berharap agar gadis itu muncul kembali dalam mimpinya. Setidaknya dengan hadirnya gadis itu, Fajar bisa mengobati rasa rindunya sedikit.

Dengan perasaan yang berkecamuk, Fajar menghela napas, lalu kakinya melangkah menjauh dari dermaga ini, semoga saja. Semoga saja senja hari esok masih ada, semoga saja hujan tidak merenggut jingganya. Ya semoga saja.

💔💔💔

Heyoyaaaa! Aku bawa cerita baru hehe. Awalnya ga akan aku publish, tapi aku penasaran sama respon kalian!

Jangan lupa vote, comment, share ya.

Salam sayang❤

Kalo butuh follow ig aku aja ya @laila.n.a_ mwhehe

MENTARI, FAJAR & SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang