Balikan(?)

144 11 1
                                    

Yang mau play mulmednya silahkan.

Fyi, lagu yg ada di mulmed itu soundtrack dari drakor kesukaan aku mwehehe. Ada babang eunwo soalnya❤😂

Oke kalo gitu happy reading.

🌹🌹🌹

Mentari menghempaskan tubuhnya diatas ranjang. Rasa lelah yang tadi sempat hinggap kini perlahan-lahan menghilang. Matanya menatap lemari di samping kanannya, dia penasaran apa yang Papa nya berikan, tapi dia juga malas jika mengingat apa yang telah Papanya perbuat.

Ingatan Mentari kembali pada kejadian tadi sore sepulang sekolah. Alasannya menolak pulang bersama Senja dan Fajar tidak sepenuhnya bohong. Karena, Mentari memang telah berjanji untuk bertemu dengan Zidan, mantan nya saat masih berada di SMP.

Bisa di bilang cinta monyet, karena dulu Mentari pun tidak terlalu mengerti mengenai cinta. Terlebih lagi dulu dia tidak bisa saling bersikap romantis, karena ada Fajar yang selalu menganggu mereka berdua. Matanya terpejam, berusaha memikirkan jawaban dari semua kebingungan yang hinggap di kepalanya.

"Zidan? Lo beda banget ya?"

Laki-laki yang di panggil Zidan itu menoleh. Kemudian tersenyum manis, membuat Mentari sedikit salah tingkah melihat senyumnya. Tidak ada yang berubah, Zidan tetap terlihat manis seperti dulu. Hanya saja penampilannya yang sekarang terlihat dewasa.

"Kenapa? Gue tambah ganteng ya?"

Mentari menjulurkan lidahnya, berpura-pura ingin muntah mendengarnya. "Pede banget."

"Lo pernah bilang kalau gue ganteng."

"Itu kan dulu!"

"Emang sekarang lo nggak nganggep gue ganteng?"

Mentari diam. Jarinya saling bertautan, berusaha menahan gugup. Mentari tidak bisa berbohong, karena nyatanya Zidan tidak berubah, dia tetap tampan. Bahkan sangat tampan.

Zidan tersenyum kecil menangkap kegugupan yang dirasakan oleh Mentari. "Lo juga beda ya?"

Mentari mendongak. Kemudian mengangguk kecil. Dia memang telah banyak berubah. Rambutnya tidak diberi lagi riasan jepit berbentuk buah-buahan, bahkan sekarang Mentari mulai sedikit berani untuk memakai tint berwarna natural di bibirnya, dan yang pasti kini tingginya bertambah, tidak seperti dulu.

"Lo tambah cantik."

Mentari mengedipkan matanya dua kali. Zidan tertawa melihat respon alami yang Mentari berikan. Laki-laki itu maju selangkah, lalu menepuk kepala Mentari pelan.

"Lo masih sama kaya dulu, gemesin." Zidan menatap lurus tepat ke retina milik Mentari. "Kalau seandainya gue ngajak balikan, apa lo mau?"

Mentari menahan nafas saat tahu bahwa jaraknya dan Zidan saat ini sangat dekat. Refleks, Mentari mundur satu langkah. Senyum di bibir Zidan tidak pudar, laki-laki itu semakin melebarkan senyumnya melihat ekspresi menggemaskan dari wajah Mentari.

"Lo nggak usah jawab sekarang, kita jalanin aja dulu." Zidan menarik tangan Mentari. "Kita ke timezone ya?"

Mentari mengangguk pelan. Kakinya melangkah mengikuti tarikan dari Zidan. Senyumnya perlahan-lahan terbit, di iringi detak jantung yang semakin lama semakin berdegup dengan cepat. Entah setelah berapa lamanya mereka tidak bertemu, perasaan yang di rasakan Mentari tidak pernah berubah sama sekali. Dia tetap gugup berada di dekat Zidan, dan tentunya dia juga merasa senang.

MENTARI, FAJAR & SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang