Jangan lupa baca juga cerita aku yg catatan rasa ya! Langsung cek profile aku aja y'all
Happy reading🌹
• Benar kata orang, nggak bakal ada hal yang bisa kita lakuin saat kecewa •
🍃🍃🍃
Setengah nggak percaya, Mentari mengintip dari jendela kamarnya. Nafasnya terhenti seketika saat Fajar benar-benar ada disana, di depan rumahnya sambil menjinjing sesuatu.
Setelah beberapa detik berpikir, Mentari bergegas keluar, menghampiri Fajar yang sudah cukup lama berdiri di depan rumahnya.
Pintu utama berderit. Membuat Fajar mengalihkan tatapannya, dan tersenyum.
Mentari sedikit mengernyit melihat penampilan Fajar yang berantakkan. Di tambah lagi pakaian formal yang di kenakkan oleh lelaki itu. Membuat Mentari berpikir, mungkin di rumah Fajar ada acara.
"Happy birthday." Suara Fajar terdengar kecil, seperti sedang bergumam.
"Thanks"
"Nih" Fajar memberikan sebuah paper bag yang di dalamnya berisi kado. Setelah paper bag itu pindah pada tangan Mentari, Fajar memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Meminimalisir rasa dingin yang menyapu kulitnya.
Suasana diantara mereka berdua terasa canggung. Membuat Mentari tidak betah berada di samping Fajar. Pertama kalinya Mentari dan Fajar merasakan suasana seperti ini saat sedang berdua.
"Sorry." Mentari menolehkan kepalanya pada Fajar. "Gue nggak maksud nyakitin lo, dan Senja. Gue butuh kalian berdua."
Mentari diam, enggan menjawab.
"Apa lo nyadar?" Fajar menatap Mentari dari samping. "Ini semua bukan salah gue semua. Bahkan mungkin lo yang harus di salahkan disini?"
"Maksud lo?"
"Kalo gue bilang lo yang salah disini gimana?"
Mentari mendengus sebal. "Lo nyalahin gue? Atas kedekatan lo sama Senja? Gitu?"
Fajar menyeringai, kemudian mengangguk.
"Itu semua nggak akan terjadi kalau lo nggak ngebaperin Senja!" Mentari menatap Fajar tajam. "Malem itu, waktu kita ke rumah Senja, gue denger lo bilang sayang sama dia."
Fajar sedikit terkejut mendengarnya. Namun, dia kembali berusaha tenang.
"Dan, dengan entengnya setelah lo bilang sayang ke Senja. Lo juga bilang sayang palsu lo ke gue!"
"Palsu?!" Fajar mulai tersulut emosi. Nafasnya nggak beraturan. Bahunya naik turun.
"Apa lo pernah mikir kalau aja lo nerima pernyataan gue sebagai pacar lo, ini semua nggak akan terjadi."
Mentari berdecih. "Asal lo tau, gue bahkan bersyukur kita nggak ada hubungan apa-apa. Kalau pun kita pacaran, lo pasti selingkuh sama Sen---"
"Apa gue seburuk itu dimata lo?" Suara Fajar kembali menurun.
"Gue beneran sayang sama lo, bahkan cinta mungkin? Tapi setiap gue ngutarain gue pengen jadi pacar lo. Lo selalu tolak gue, kenapa? Dan asal lo tau Ri, semua manusia punya titik jenuh, dan mungkin sekarang ini gue udah jenuh sama semua penolakkan lo..."
KAMU SEDANG MEMBACA
MENTARI, FAJAR & SENJA
RandomAku, Fajar dan Mentari. Aku suka senja, karena senja mempertemukanku dengan Rembulan. Rembulan yang selalu menemani senyap malamku. Aku selalu rindu Fajar, rindu akan kehangatannya. Dan aku kagum pada Mentari, kagum akan sinarnya yang menyinari Faja...