Permulaan

131 10 2
                                    

-Memilih pun rasanya aku tidak bisa. Karena nyatanya, cintaku berada di dua hati.-

-------------------------

Bandung, 15 Mei 2015. 21:15 P.M

"Yang paling besar itu lo, terus gue yang--" Mentari menjelajahi langit, mencari bintang yang cocok untuknya. "Ah gue yang itu, deket sama bulan."

Fajar tersenyum, matanya menatap bintang yang di tunjuk Mentari. "Curang! Masa lo paling bersinar?"

Mentari mengangkat bahu, tatapannya nggak lepas dari benda kecil di langit.

"Tapi lo emang bersinar sih." ucap Fajar menatap Mentari lama. "Makanya, terus sinarin hidup gue ya?" Mentari menoleh cepat, menatap Fajar yang sedang menatapnya.
"Kayaknya lo lagi seneng?" Tanya Fajar yang di balas dengan anggukan cepat oleh Mentari.

"Kenapa?"

"Papa besok pulang" Mata Mentari berbinar, membuat Fajar terus tersenyum.

Fajar suka mata Mentari.

"Harusnya lo setiap hari itu kayak gini, jadi mukanya makin bersinar. Terus guenya juga makin suka."

Muka Mentari berubah merah. Antara malu dan kesal mendengar Fajar mengeluarkan gombalan receh lagi.

"Alah.. Sekarang aja ke gue bilang gitu! Ntar juga kalo ada cewek yang lebih bersinar, lo gombalin dia."

"Nggak lah."

Mentari menyipitkan matanya. "Gue nggak percaya. Semua cowok kan gitu?"

"Ya itu kan cowok lain, gue mah nggak gitu kali."

"Sekalipun ada yang lebih cantik dari gue?"

Fajar mengangguk. Membuat Mentari penasaran.

"Kalo suatu hari ada cewek lain yang buat lo nyaman selain gue gimana?" Fajar diam, membuat Mentari semakin penasaran dengan jawaban Fajar.

"Gue bakal tetep milih lo." Ucap Fajar kemudian. "Nggak ada alesan buat gue nggak milih lo."

Mentari senang, rasanya Mentari ingin loncat-loncat sambil teriak.

Tapi, Mentari masih belum percaya.

"Kalo misalnya suatu saat lo ngelanggar omongan lo sendiri?"

"Lo boleh tegur gue, bahkan maki gue. Biar gue sadar, gue udah meninggalkan sesuatu yang berharga hanya demi sesuatu yang bahkan mungkin nggak ada apa-apanya." Mentari tersenyum. Kali ini Mentari percaya dengan perkataan tulus dari mulut Fajar.

Mentari bakal inget omongan Fajar sampe suatu saat nanti bener-bener ada seseorang diantara mereka.

"Makanya jadian yuk!"

Mentari terpaku, lalu sedetik kemudian Fajar meringis kesakitan akibat pukulan dari Mentari.

Mentari bukannya nggak mau jadi pacar Fajar, walau Fajar nggak waras, tapi Mentari tetep sayang Fajar.

MENTARI, FAJAR & SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang