Serba salah

105 13 0
                                    

Jangan lupa vote, comment, and share ya!

Hargain aku, nggak mahal kok cuman 'klik' bintang di bawah doang.

Happy reading!

🔥🔥🔥

• Kalo seandainya gue bilang "iya, gue suka lo" apa lo bakalan ninggalin dia, dan balik ke gue? •

☁☁☁

"HAHA! Apaan sih lo bercandaan lo nggak lucu."

"Gue serius."

Senja tertegun. Menatap manik mata hitam Fajar. Senja tahu sejak awal kalau Fajar benar-benar serius.

"Gue nggak mau."

"Kenapa?" Fajar mengernyit. "Atau lo terbebani sama kedeketan gue dan Mentari? Kalau emang gitu gue bi--"

"Apaan sih lo? Lo mau jadi cowok brengsek? Iya?"

Fajar tersenyum miring. "Gue nggak brengsek. Lo lupa? Gue nggak punya ikatan apa-apa sama Mentari!"

"Lo emang nggak punya ikatan, tapi lo ngasih harapan."

"Gue nggak perduli." Fajar berdecih. "Lagian dia juga nggak pernah perduli sama perjuangan gue waktu dulu."

"Lo bener-bener nggak punya hati emang."

"Tapi lo sayang sama gue."

Senja tertegun. Detik berikutnya perempuan itu tertawa hambar. "Nggak usah ngarang deh lo!"

"Gue nggak ngarang." Fajar tersenyum sinis. "Apa perlu gue ingetin?"

"Stop jar! Lo apaan sih?" Senja berdiri dari duduknya. "Asal lo tau, waktu itu gue asal ngomong. Jadi, nggak usah di anggap serius!"

Fajar tertawa pelan. "Menurut lo gue percaya? Come on dude! Gue bukan anak kecil lagi."

Senja menatap Fajar tidak habis pikir. Dia berbeda, bukan seperti Fajar yang sejak pertama kali Senja temui. Benar-benar asing.

Senja menatap Fajar tajam. "Gue nggak bakal pernah pacaran sama orang yang masih di harapkan sama orang lain." Detik selanjutnya, Senja berlalu dari hadapan Fajar. Berdekatan dengan Fajar membuat emosi Senja berantakkan, dan Senja benci itu.

Fajar menghela nafas panjang. Tangannya meremas rambutnya sendiri. Tubuhnya terhempas, kembali duduk di salah satu sofa yang berada disitu.

Matanya terpejam menikmati hembusan angin. Fajar mengantuk sekarang. Perlahan-lahan, mata itu menutup.

Dalam hati Fajar berharap; dia tidak ingin bangun lagi.

☁☁☁

"Masih mikirin Fajar?"

Mentari mendongak. Menatap Shintia sendu. Shintia menghela nafas panjang, merasa kasihan pada temannya yang tidak seceria dulu.

"Nggak usah di pikirin, yang penting dia udah ngucapin happy birthday kan?"

"Tapi gue merasa bersalah Shin." Mentari mulai terisak. Sedari tadi dia hanya menahan tangisnya agar semua orang tidak tahu. Tapi, kali ini di hadapan Shintia, dia merasa tidak kuat lagi.

"Lo nggak salah kok."

"Kalo aja gue nggak ragu sama perasaan Fajar. Mungkin semuanya nggak akan kaya gini."

MENTARI, FAJAR & SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang