Bandung, 24 Maret 2014 13:52 A.M
Mentari duduk di sebuah ayunan, kakinya ia gerakan ke depan dan belakang agar ayunan bergerak. Matanya memandang lurus. Pikirannya melayang, mama dan papanya kembali bertengkar tadi pagi. Membuat Mentari bingung.
Sebenarnya siapa yang harus dia salahkan?
Papa yang sibuk kerja?
Atau
Mama yang nuntut papa supaya nggak sibuk?
"psstt" Mentari menoleh ke arah suara, di dapatinya seorang lelaki memakai seragam putih biru lengkap seperti dirinya sedang duduk di bawah perosotan.
"Halo jelek!" Mentari mendelik. Selalu saja.
Mentari itu benci Fajar. Dia berisik, kayak cewek.
"Tumben? Nggak pulang?" Fajar berdiri, duduk di ayunan sebelah Mentari, matanya menatap wajah Mentari dari samping. Fajar penasaran.
Mentari kenapa lagi?
"Bukannya pulang malah nangkring di sini, di culik wewe gombel baru tau rasa lo!"
"Berisik!" sahut Mentari galak, bukannya takut, Fajar makin gencar menggoda gadis itu.
"Dih, jadi cewek jangan galak-galak. Nggak laku baru nyaho lo!" Mentari mendengus.
"coba aja." Mentari menaikan sebelah alisnya mendengar ucapan menggantung dari Fajar.
"Coba aja lo itu jadi cewek ramah dikit, jangan galak. Pasti deh-"
Lagi lagi Fajar menggantung kalimatnya, membuat Mentari kesal.
"Apaan?!" tanya Mentari ketus.
"Pasti gue bakal suka sama lo"
Deg
Fajar tersenyum lebar. Dia begitu manis disini. Mentari mengulum senyum. Darahnya berdesir mendengar ucapan Fajar. Tapi di tepisnya perasaan itu.
Pokonya Mentari nggak boleh baper sama spesies semacam Fajar.
"Apaan sih? Gombalan lo receh banget."
"Receh, tapi baper" ucap Fajar dengan nada menggoda, membuat wajah Mentari memerah.
"Dih apaan? Siapa juga yang baper."
"Elo" Mentari memalingkan wajahnya.
"Eh tapi gue nggak gombal tau. Gue serius ngomong gitu."
Mentari bangun dari ayunan, tangannya mengambil sebuah batu dari bawah kakinya.
"DASAR RECEH! PERGI NGGAK LO DARI SINI!" Fajar membelalakan matanya. Dengan cepat lelaki itu meninggalkan Mentari yang melemparkan batu dengan membabi buta.
Nggak lagi deh.
Fajar nggak mau gombalin cewek kayak Mentari lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENTARI, FAJAR & SENJA
RandomAku, Fajar dan Mentari. Aku suka senja, karena senja mempertemukanku dengan Rembulan. Rembulan yang selalu menemani senyap malamku. Aku selalu rindu Fajar, rindu akan kehangatannya. Dan aku kagum pada Mentari, kagum akan sinarnya yang menyinari Faja...