Bersama

211 11 0
                                    

🌸🌸🌸🌸

Mentari tersenyum, menyapa semua orang yang ia kenal di sepanjang koridor. Bibirnya terus menyunggingkan senyum, seperti tidak ada sesuatu yang telah terjadi padanya. Tentang sore itu, ah dada Mentari terasa sesak jika membayangkannya. Andai saja Fajar tahu, bahwa saat ini Mentari dengannya sama. Sama-sama kesepian.

"Pagi Shintiaaaaaa!" Mentari berteriak, berlari kecil kearah bangkunya dan bangku Shintia. Shintia tersenyum menyambut kedatangan temannya itu.

"Pagi Mentari! kayanya 'ceria' itu ciri khas lo ya?" Mentari hanya tersenyum mendengar ucapan Shintia.

"Senja mana?" Shintia mengangkat bahu pertanda tidak tahu. Kemudian Mentari pergi keluar kelas, berniat menuju kelas Fajar, lalu dia akan mengajak Fajar untuk menunggu Senja yang belum datang.

"Dilon!" Merasa namanya di panggil, Dilon menoleh, kemudian tersenyum saat tahu bahwa yang memanggilnya adalah Mentari. "Fajar mana?"

Dilon mengernyit bingung. "Jadi Fajar ga ada sama lo?"

"Hah? Maksud lo apa sih? Kok lo malah nanya balik?"

"Lah gue kira Fajar belum dateng itu gara-gara ber-2an sama lo, ternyata bukan."

Mentari merasa khawatir, tidak biasanya Fajar belum datang, padahal beberapa menit lagi bel masuk berbunyi. "Lo yakin Fajar belum dateng?" Dilon mengangguk. Kemudian Mentari segera pamit kepada Dilon, dia berlari kecil menuju gerbang sekolah, menunggu Fajar dengan cemas. Sebentar lagi bel masuk berbunyi. Kenapa Fajar tidak mengabarinya? Sungguh Mentari benar-benar merasa sangat cemas saat ini.

🌸🌸🌸🌸

Fajar mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata, saat ini dia malas sekali berangkat ke sekolah. Tapi, jika dia hanya diam di rumah, sama saja Fajar bunuh diri secara perlahan. Lagipula dia sudah tidak di anggap anak oleh ayahnya sendiri kan. Maka saat ini Fajar bebas melakukan hal apapun yang dia suka. Termasuk bermain gitar.

Fajar mengernyit bingung, matanya melihat seorang perempuan yang sedang berdiri di sisi jalan, kepalanya menengok ke arah kiri dan kanan, membuat rambut bergelombangnya ikut menari-nari. Sepertinya dia sedang menunggu kendaraan umum lewat. Fajar kenal perempuan itu, dia Senja. Dengan segera Fajar menghampirinya, kemudian berhenti tepat di depan Senja.

Senja menoleh, matanya menyipit, dia sedang menebak siapa orang di balik helm ini. Namun setelah Fajar membuka helmnya membuat Senja tertegun, kemudian dengan cepat membuang mukanya.

"Naik" Senja menggeleng, dia tidak mau merepotkan lelaki yang ada di hadapannya ini. Lagipula Senja sama sekali tidak mengenal Fajar, dia hanya tahu, bahwa Fajar adalah teman Mentari.

"Cepet!" suara Fajar naik satu oktaf
Senja mendengus, segera naik, setelah itu Fajar mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata. Di balik punggung Fajar, Senja tersenyum kecil. Entah mengapa Senja yakin.

Kalo sebenarnya Fajar nggak sedingin itu.

-----------------------------------------------

Mentari menghela napas panjang. Baik Fajar dan Senja, mereka tidak menampakan batang hidungnya. Mentari merasa cemas, bel masuk baru saja berbunyi, tapi Mentari enggan pergi dari tempatnya.

MENTARI, FAJAR & SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang