Sejak saat itu Lisa benar-benar membuka dirinya di depan ketiga yeoja yang berhasil membuatnya mematahkan definisi-definisi yang tak masuk akal tentang sahabat. Mereka berempat, menari bersama, bernyanyi bersama, memainkan alat musik bersama.
Mereka berempat, lagi-lagi membuat semua orang iri dengan kelakuan mereka. Teman yang pas, semuanya cantik, memiliki bakat dan saling melengkapi. Lisa dan Jennie yang terus bekerja keras mengajari Jisoo dan Rosè dalam hal menari. Rosè yang melatih Lisa untuk bernyanyi dengan lepas tanpa ditahan.
“Lisa! Kenapa suara lo cempreng dan tertahan gitu? Coba lepaskan beban yang ada dipikiran lo. Coba lo resapi lagu yang akan lo nyanyiin, buat seakan-akan lo yang ngerasain itu. Buat diri lo yang ada diposisi itu, buat emosi lo sama seperti itu, jangan menyerah. Gue akan terus ngelatih lo buat nyanyi,” kata Rosè sambil tersenyum. Disaat ia mengkritik Lisa disaat yang bersamaan pula ia memberikan solusi dan semangat untuk sahabatnya itu. Bukankah begitu teman?
“Ya! Rosè lo ribet tau gak! Gue ngerasa mulut lo itu harus berhenti nyerocos deh, atau perlu gue sumpel pake ini mulut lo?” kata Jisoo yang sebenarnya penuh dengan candaan, Jisoo memegang secarik kertas yang siap ia masukkan kedalam mulut Rosè jika anak itu tidak juga diam.
“Yang namanya belajar yah harus gitu, Chu. Gimana kita bisa buat dia bisa kalau seandainya kita gak beri dia teori. Seenggaknya dia tau gimana caranya nyanyi yang benar biar dia bisa praktek,” kata Rosè penuh percaya diri.
Jennie dan Lisa hanya tersenyum melihat kelakuan mereka yang sama seperti Tom and Jerry versi manusia dan nyata. “Ciee makhluk es senyum,” celetuk garing Rosè itu berhasil membuat Jisoo dengan santainya memasukkan secarik kertas yang sedari tadi ia pegang kedalam mulut Rosè.
“Yaudah. Sekarang waktunya kita latihan. Waktu kita tinggal 2 hari lagi buat nyiapin dance kita di depan ssaem. Gue rasa saat itu bukan hanya ssaem yang ada, Hyoyon sonsaengnim juga pasti datang melihat kita,” kata Jennie yang berhasil menengahi kedua anak kucing itu dan membangkitkan kembali semangat mereka untuk latihan.
Hari itu, mereka kembali menghabiskan waktunya di rumah megah milik keluarga Lalice Manoban. Jisoo dan Rosè kini siap pada tempatnya bersiap menari kembali sesuai konsep yang sudah Lisa tentukan.
“Kenapa lo gak pernah manggil kita Unnie? Padahal kita lebih tua dari lo?” kini Jisoo yang berbicara di sela-sela latihan mereka. Lisa berhenti dari gerakannya dan menatap mereka satu persatu.
“Naega wae? Ya! Kalian sahabat gue, kenapa gue harus manggil kalian Unnie?” Kata Lisa kembali menuntaskan gerakannya yang sempat terhenti. Semuanya diam membisu, benar kata Lisa kenapa dia harus memanggil mereka dengan sebutan Unnie, jika mereka adalah teman.
Hari itu ke empatnya mengakhiri latihan seperti biasanya, dipenuhi dengan kelakuan Jisoo dan Rosè yang tak bisa bertemu. Jennie yang bersikap sok dewasa diantara mereka. Dan Lisa yang masih labil, kadang dia terhibur dengan mereka kadang juga menutup diri dengan alasan definisi teman.
Kini Rosè harus berjalan menuju rumahnya yang berada di gang sempit. Yah, Rosè bukan seseorang yang berasal dari keluarga kaya. Dia hanya dapat bermimpi saat siang hari bersama ketiga sahabatnya dan dia akan kembali ke dunianya yang kelabu saat malam hari.
Jam sudah menunjukan pukul 19.22 KST. Itu tandanya Rosè harus siap-siap pergi bekerja seorang diri. Ya, Rosè merasa dirinya benar-benar kesepian sebelum bertemu kawan-kawannya. Setidaknya, kali ini dia masih memiliki alasan untuk tertawa.
“Dari mana saja kamu?” kata seorang ahjussi yang menyapanya dengan dingin saat nemasuki rumahnya yang jauh dari kata sempurna.
“Berusaha menggapai mimpi,” katanya sekenanya.
“Kau tak bekerja?” tanyanya lagi yang seperti peduli dengan kehidupannya.
“YA! APPA BISAKAH KAU TIDAK MENCAMPURI URUSANKU? AKU TETAP BEKERJA, DAN AKU TETAP MEMBERIMU UANG UNTUK KAU PAKAI! Apa kau tidak lelah? Aku lelah appa. Wae? NAEGA WAE? KENAPA HARUS AKU YANG MENANGGUNG SEMUA KESALAHANMU APPA? Bisakah kita berhenti, eoh? Bisakah kau berhenti mabuk-mabukan dan berjudi? BISAKAH KAU BERHENTI MENJUAL DARAH DAGINGMU INI?” Rosè terjatuh kelantai dengan tangisan yang semakin menjadi. Dadanya terus saja naik turun ia belum bisa menetralkan degub jantung dan emosinya.
Ahjussi yang barus saja Rosè panggil Appa pergi begitu saja tanpa memedulikan anaknya yang telah menanggung beban demi kehidupan mereka berdua. Dunia ini sungguh kejam jika kau terus saja menjadi orang bodoh yang mudah di manfaatkan.
Seakan tak mau larut terus menerus dengan masalahnya Rosè langsung saja pergi mengambil pakaian gantinya dan pergi keluar dari rumahnya untuk mencari uang demi ia dan Appanya.
Jalanan masih saja sepi, namun Rosè harus terus berjalan sampai ia menemukan tempatnya bekarja sebagai pelayan para pria berhidung belang. Yah, Rosè bekerja sebagai pengantar minuman.
Baru saja ia memasuki tempat itu, bau alkohol langsung dapat ia hirup, suara dentuman musik keras memekikkan telinganya sudah dapat ia dengar dengan jelas. Lampu kerlap-kerlip membuatnya merasa pusing, namun sekali lagi, inilah pekerjaannya dan inilah kehidupan dunianya yang sungguh amat kejam.
Rosè langsung saja mengganti pakaannya dengan pakaian terbuka. Duduk di pantry sambil terus menatap Jaewon seorang bertender disini. “Selamat malam, Nona Park,” sapa Jaewon dengan hangat dan seperti biasa Rosè akan membalasnya dengan senyuman.
Ohya. Rosè disini bukan sebagai pelayan tidur mereka. Rosè bekerja sebagai pengantar minuman jika di pesan pada namja-namja gila itu dan sebagai penari di club disamping DJ Bobby.
“Gue mau minum, Jaewon-ah,” kata Rosè namun di tolak mentah-mentah oleh Jaewon.
“Kau masih di bawah umur, Agasshi. Seharusnya kau kesini dalam pengawasan orang tuamu, Cantik,” kata Jaewon yang sepenuhnya bercanda, namun memang karena pikirannya yang sedang sensisitif sampai ia mengambil minuman seorang namja disampingnya.
“YA! Duguseo? Kenapa kau mengambil minumanku?” tanya seorang namja yang sudah setengah mabuk. Namja ini memiliki rambut berwarna pink seperti seorang yeoja saja. Namun dia terlihat tampan dan benar-benar seperti seorang namja.
Rosè menatapnya dengan seksama, yeoja ini merasa bahwa mereka berdua pernah bertemu sebelumnya namun ia tak tau tepatnya dimana.
“Karna kau sudah meminum punyaku, sekarang kau harus menemaniku menari disana,” kata namja mabuk ini sambil menunjukan panggung yang biasa Rosè pakai untuk menari disana. Dengan berat hati, Rosè menarik namja itu keatas panggung.
Malam itu, dengan begitu Lincahnya mereka berdua menari di atas sana, tampa peduli dengan pikiran siapapun. Setidaknya mereka bahagia.
***
Hallo akhirnya, update lagi. Ada yang baca gak yah? Yang baca jangan lupa tinggalin jejaknya yah! Ditunggu;*
KAMU SEDANG MEMBACA
MY Dream Is You (BLACKPINK X BTS)
FanficKalau kalian ingat dengan drama sekitar tahun 2010an yang berjudul Dream High diperankan oleh Suzy, IU dan lainnya. Cerita ini terinspirasi dari drama sekolah tersebut. Cerita ini tentang bagaimana cara mereka menggapai mimpi mereka, bagaimana cara...