Chapter 10

175 17 0
                                    




"Does he think of me as an idiot?? A way to stop me from crying, my ass!! Ugh!!" Bethany sibuk menggosok bibirnya saat tiba didalam kamar hotel.

Dengan santai William berani menciumnya. Dan parahnya lagi Bethany tidak segera menjauh dari ciumannya, Bethany malah mematung dan membiarkan William menatapnya lekat-lekat setelah berhasil mencium Bethany. Namun segera sadar dari kekagetannya, Bethany segera menjauh dari William dan bahkan sempat berusaha menamparnya.

Tapi refleks William lebih cepat dari tangannya. Sebelum ia sempat menampar William, pria itu sudah terlebih dahulu menahan tangan Bethany sambil tersenyum kecil dengan wajah meremehkan.

"Not a chance, sweetheart," sahut William.

Bethany mengambil handuk kecil disamping wastafel dan meremasnya geram. Ia marah kepada William yang dengan beraninya mencium dirinya, tapi ia lebih marah kepada dirinya sendiri.

Bagaimana bisa ia merasa jantungnya berdetak cepat didetik saat William menciumnya? Bagaimana mungkin ia merasakan hal tersebut kepada pria lain selain Cedric? Dan terlebih lagi ini adalah William Blade. Pria yang berusaha mempenjarakan ayahnya dan menjadikannya sebagai pelayan sekarang.

"Cedric... aku memerlukan Cedric," gumam Bethany sambil mencari ponselnya dan berusaha menelefon tunangannya. Beruntung sekali Cedric langsung mengangkat panggilannya.

"Mrs.Hale?" sahut Cedric riang. Ia selalu terdengar riang di telinga Bethany. Sedikit senyuman tersungging di bibir Bethany.

"I miss you Ced..." gumam Bethany. Sempat hening selama beberapa detik sebelum Cedric berbicara. Bethany bersumpah bisa melihat senyuman Cedric.

"Well, I miss you too. Omong-omong tidak biasanya kau berbicara seperti itu, Bethany. Ada apa?"

"Aku merindukan tunanganku. That's all."

"Kau masih harus menahan rindu selama beberapa minggu lagi, Bethany."

"Kapan kau pulang?"

"Wow, baru kali ini kau menanyakan kepulanganku. Setiap kali aku pergi business trip kau bahkan jarang menelefonku."

"Jawab saja Mr.Fiancee," gerutu Bethany.

"Aku belum bisa memastikannya sekarang. Tapi aku sedang berusaha menyelesaikan semua urusan disini secepat mungkin. Aku juga merindukanmu, Bethany Smith. Aku ingin segera pulang dan bertemu denganmu."

Suara ketukan pelan di pintu kamar mengagetkan Bethany. Ia cepat-cepat mengakhiri sambungan telefon dengan Cedric.

"Kalau begitu aku tidak akan mengganggu waktumu bekerja. Aku lelah, dan ingin segera istirahat, Ced. Dan kau, cepat selesaikan pekerjaanmu dan kembali ke London!" seru Bethany diiringi suara tawa Cedric diujung sana.

"I will, babe. Istirahatlah dan aku akan menghubungi lagi besok," sahut Cedric. "And Bethany? I miss you more."

"Bye Ced," sahut Bethany sambil tersenyum. Mendengar suara Cedric berhasil membuat perasaan kalutnya berangsur menghilang. Cedric is the best medicine she could have for now.

Bethany kembali mendengar suara ketukan pelan di pintu kamarnya dan ia bergegas berjalan kearah pintu. Setelah membuka pintu kamarnya, ia terkejut melihat beberapa orang berpakaian rapi dalam bentuk seragam berdiri berjejer dihadapannya.

"Ms.Smith, kami datang atas permintaan Mr.Blade. Kami diminta kemari untuk mendandani anda terkait acara pesta yang akan dihadiri oleh keluarga Blade," seorang wanita paruh baya sedikit membungkuk saat berbicara dengan Bethany. Gaya bicaranya terdengar sedikit terlalu formal ditelinga Bethany.

BEASTLY LOVEWhere stories live. Discover now