Chapter 16

146 15 1
                                    

"Just now was quite interesting," ucap William kepada Bethany.

"Apa?? Kau tidak mengatakan apapun saat membawaku masuk kedalam rumah hantu! Ya Tuhan," suara Bethany sedikit gemetar karena ia masih dapat merasakan andrenaline yang ia alami didalam Haunted Mansion.

"Omong-omong, kau sudah terlalu tua untuk takut dengan permainan rumah hantu huh?"

"Aku tidak takut! Aku hanya terkejut karena tidak sempat mempersiapkan mental terlebih dulu sebelum masuk kedalam san... aa!" mata Bethany berkedut kesal kearah William yang sedang menahan tawa kearahnya.  Ia berusaha terlihat berani didepan lelaki tersebut namun suara Bethany yang pecah diujung kalimat, membuat William tertawa keras. Ia yakin Bethany masih merasa ketakutan, walaupun mereka sudah keluar dari wahana tersebut.

"Bethany, kau terlihat seperti sudah siap mengompol didalam sana. Come on, admit it! Hahahaha," ledek William.

Namun ucapan William tidak berhasil membuat Bethany merasa kesal kali ini. Wanita tersebut malah menatap lelaki dihadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia tidak penah mendengar William tertawa selepas ini, she literally never saw him laughing before. Not like this. Dan ekspresi wajah William yang terlihat begitu lepas saat tertawa membuat Bethany tidak mampu mengalihkan arah pandangannya. Tidak ada lagi kesan kaku atau menyebalkan seperti sebelumnya. William terlihat normal.

For the first time ever since they met, she finally saw him as a 'man'. Not as an enemy. 

Bethany tidak sadar jika semilir angin kecil yang ia rasakan saat melihat lelaki dihadapannya tertawa, akan menjadi badai besar didalam dirinya. William juga tidak menyadari jika secercah sinar matahari yang ia rasakan dihatinya saat menatap Bethany akan membawa perubahan besar dalam hidupnya.

It's just a small laugh, tapi Bethany kembali mengingat ucapan William saat didalam Haunted Mansion. Pria tersebut seolah tau terhadap reaksi seperti apa yang akan diberikan Bethany saat mereka masuk kedalam. Ia mengatakannya dengan suara rendah yang mungkin sulit terdengar, namun Bethany masih bisa mendengarnya dengan jelas.

'Hold my hand, that way I won't let you go.'

Wajah Bethany bersemu merah saat mengingat perkataan William. Dan seperti terseret kembali dari lamunannya, Bethany menyadari tangannya yang masih menggenggam erat tangan William. Seolah bukan hanya William yang tidak akan membiarkannya pergi, namun Bethany juga menginginkan hal yang sama. Dengan cepat Bethany menggelengkan kepala dan melepaskan tangannya dari genggaman William.

Suara tawa William dengan cepat tergantikan oleh suara dan ekspresi dinginnya.

"What?" tanya William.

"You pissed me off."

"By holding your hand?"

"No, by your existence."

Ekspresi William seketika terlihat kecewa dan marah kepada Bethany. Ia berusaha menggertakan giginya, dan menahan emosinya agar tidak terlihat oleh Bethany. Namun bahkan orang bodoh sekalipun dapat melihat kalau William sangat tersulut amarah saat mendengar jawabn Bethany.

"Perlukah aku tegaskan kepadamu Bethany Smith, bahwa aku masih bersikap baik kepadamu dan ayahmu. Karena kalau tidak, mungkin kalian berdua sudah berakhir di penjara."

"Tarik kembali ucapanmu."

"Kau, Bethany Smith, tidak memiliki hak untuk memintaku melakukan apapun. Kau adalah salah satu dari sekian banyak propertiku."

"Stop it!"

"Haruskah aku ingatkan tentang posisimu sekarang? Aku membeli kebebasanmu dan ayahmu. Jadi jangan bersikap terlalu angkuh dihadapanku," William tersenyum sinis kearah Bethany yang sedang menahan air matanya.

BEASTLY LOVEWhere stories live. Discover now