How to Save a Life part 1

1.1K 23 2
                                    

-master?-

"terima kasih dokter. . "

"ah? i. . iya sama sama, jangan lupa untuk meminum obatnya ya, semoga lekas sembuh"

Hanya itu kata - kata yang selalu berulang kuucapkan setiap hari, dan setiap aku menerima tamu. Namaku ialah Raymond Giles, umurku tahun ini telah menginjak 35 tahun, dan aku merupakan seorang dokter di sebuah kota kecil bernama Haberfeld. Aku hidup seorang diri, dikarenakan pekerjaanku yang menyita hampir keseluruhan waktuku setiap hari. Hampir setiap tamu yang aku terima merupakan orang yang sakit / pasienku yang datang untuk berobat. Hal inilah yang membuatku sama sekali tidak bisa berpikir untuk menjalin hubungan dengan gadis gadis di kotaku, meskipun hampir semua warga menghormatiku sebagai satu satunya dokter untuk mereka.

"ibu, obat ini sebenarnya harganya sangat mahal, dan penyakit ibu sendiri juga tidak akan sembuh dalam sekali pengobatan. . bagaimana? Akan saya sangat sarankan ibu untuk merundingkan terlebih dahulu bersama suami dan keluarga ibu." Kataku

"huft. . dokter, apakah sudah tidak ada jalan lain lagi? Uhuk. . obat yang murah kemarin?" kata pasienku

"saya sudah mengusahakan obat yang kemarin ibu, namun sudah kita lihat bersama perkembangan penyakit ibu beberapa bulan ini semakin parah" kataku

Ibu itu secara perlahan mulai menundukkan kepalanya sambil mulai menangis. Ibu itu mengenakan baju yang terlihat sedikit lusuh, dan datang tanpa ditemani siapapun.

"uh. . ma. . maafkan aku dokter, meskipun dokter akan memberikan obat yang murah itu, hiks . . saya tidak akan mampu untuk membayarnya. . sa. . saya sudah menghabiskan semua yang saya punya. . untuk pengobatan saya." Kata ibu itu sambil mengusap air matanya

"huft. . maafkan saya karena bertanya, namun suami ibu dimana?" kataku sambil membuka kacamataku dan membersihkannya.

"uh. . dia sudah pergi dari setahun yang lalu. . " katanya sambil tertunduk

"ma. . maafkan aku" kataku sambil memakai kembali kacamataku

"tidak apa apa dokter. . uh ia mungkin tidak tahan dengan istrinya yang penyakitan seperti ini. ." katanya sambil mengambil tasnya dan bersiap untuk pergi

Aku menutup mataku sejenak sambil menghela nafas panjang. Aku sekilas melihat ibu itu sudah mengenakan jaketnya dan bersiap untuk pergi.

"ibu. . huft. . mungkin aku punya suatu rencana agar ibu bisa tetap berobat " kataku

"be. . benarkah itu dokter? Bagaimana caranya?" kata ibu itu dengan mata sedikit terbelalak.

"iya. . mungkin aku bisa bertanya pada rekanku. . untuk mendapatkan obat yang mahal itu. . "kataku

"ya Tuhan . . terima kasih dokter. . terima kasih . . " katanya sambil menjabat kedua tanganku dan mulai menangis.

Suatu hal yang patut dibanggakan dari seorang dokter, namun dalam kasus ini, hal ini tidaklah membuatku bangga sama sekali. Rekan yang kumaksud itu ialah seorang penyelundup semacam black market dimana barang yang dijualnya ialah ilegal. Meskipun aku sudah bersumpah untuk tidak berurusan dengan barang ilegal lagi, namun, demi kesembuhan pasienku, akan kulanggar sumpah itu. Pasienku pun meninggalkan rumah praktikku dengan wajah yang gembira, meninggalkanku sendiri untuk kembali menulis surat untuk rekan lamaku tersebut.

"hey Ferrum, Raymond disini, aku tahu sudah lama aku tidak memberimu kabar sejak kejadian beberapa tahun lalu, aku tahu aku tahu kalau aku yang pergi begitu saja meninggalkanmu bersama pihak hukum.aku sekarang tinggal di kota Haberfeld. Aku membutuhkan bantuanmu lagi. . kamu tahu tempat kita bisa mendapatkan obat obatan import itu kan? aku mohon bisakah kamu mencarikanku obat OmegaCyclovir? Obat itu masih sangat jarang diperjualbelikan, namun aku sangat membutuhkannya. Sekali lagi maafkan aku, dan aku sangat berterima kasih apabila kamu masih mau membantuku, salam hormat, Raymond Giles" tulisku

How To Save A Life (Teaching Feeling)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang