Mataku mulai terbuka kembali setelah beberapa jam yang lalu tertutup rapat. Sinar matahari yang tidak terlalu terik memasuki kamar kami melalui celah-celah gorden yang masih sepenuhnya tertutup.
Aku bangkit dari posisi tidurku dan menatap sekitar tanpa suara sedikitpun.
"Jam berapa sekarang?" tanyaku yang tentu saja tidak ada jawabannya karena pria yang disebelahku masih tertidur pulas dengan wajah tampannya.
Rasanya,tidak mungkin saat mengingat ialah orang yang menjadi pendamping hidupku sampai akhir hayat nanti. Kuharap seperti itu.
Dengan kesadaran yang sudah terkumpul sepenuhnya, aku mulai membuka gorden yang langsung menampakkan pemandangan kota Seoul yang tengah dilanda musim salju.
Salju mengingatkanku kembali kepada cerita penuh luka sepuluh tahun yang lalu.
Cerita yang sudah lama dan terlupakan.
"Eunmi, bisa kau tutup gordennya dan kembali kesini?" ucapnya dengan mata yang masih tertutup dan tangan yang menginginkan uluran balik dari tanganku.
Aku terkekeh pelan melihat tingkahnya. "Ini sudah pagi. Kau tidak ingin pergi bekerja?" tanyaku yang menghiraukan ucapannya.
Perlahan namun pasti ia membuka matanya yang langsung menatapku. "Aku tidak bekerja hari ini. Lagipula aku sudah mengatakannya padamu kemarin." jawabnya kemudian merubah posisi tidurnya menjadi duduk.
Aku menyukai wajahnya saat bangun tidur.
"Benarkah? Aku lupa kau mengatakannya."
Dia menggelengkan kepalanya. "Sepertinya kau sudah mulai tua ya, Nyonya." ucapnya sambil tersenyum.
"Sepertinya kau yang tua, Tuan. Kau ingat siapa yang menaruh dokumen di oven? Bukankah itu kau?" ucapku sambil memasang smirk yang membuat wajahnya memerah.
"Yak! Jangan ungkit yang itu terus! Itu 'kan aku sedang terburu-buru." serunya yang entah sejak kapan sudah didepanku sekarang.
Setelah mengatakan seperti itu, ia terdiam sambil memelukku dari samping menatap hamparan salju yang turun.
"Aku ingin berjalan-jalan." ucapnya yang membuatku menoleh kearahnya.
"Ke taman bermain? Mengulang hal yang sebenarnya indah untuk kita saat itu." lanjutnya yang membuatku melepaskan pelukannya dan menunduk menghindari kontak mata dengannya.
Dan perasaan bersalah itu kembali menyerangku.
"Maaf."
Hanya itulah kata yang bisa keluar dari kerongkonganku yang mendadak terasa kering seakan tak pernah diisi air.
Yoongi, pria yang sedang dihadapanku kembali memelukku. Memelukku erat seakan aku akan menghilang jika ia lepas.
"Itu bukan salahmu. Lagipula kita sudah bersama sekarang."
Suaranya yang sebenarnya selalu membuatku tenang entah dalam keadaan apapun itu.
"Mari kita lupakan yang sudah terjadi dan membuka lembaran baru untuk kehidupan kita yang sekarang." ucap Yoongi sambil melepaskan pelukannya.
Dia menggenggam kedua tanganku dengan tangan hangat miliknya.
"Mari kita berjuang bersama mulai sekarang sampai nanti kita berpisah oleh maut."
Aku akan berjuang mempertahankan apa yang sudah kupunya sekarang.
Mari kita berjuang bersama hingga sampai saatnya kita harus beristirahat dari kekejaman dunia ini. Menikmati hari tua bersama hanya berdua.
Kau dan aku.
•••
Akhirnya selesai juga cerita ini :) jadi ini tuh ending yang sebenernya. Part yang kemaren kan masih gantung dan terciptalah bonchap ini. Tadinya mau bikin sad ending tapi gak tega yaudah akhirnya dibikin happy ending yeaay🎉🎉
Makasih karena udah ngevote sama komen cerita ini🙏😊
I love you all😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry
Historia Corta"For all my mistakes in the past, I want to say a thousand apologies to you." Aku ingin sekali mengatakannya bahkan untuk terakhir kalinya. Maaf, aku selalu mencintaimu. ✒cideep, 2017