11. Pahlawan

890 100 2
                                    

"Satoru! Satoru!!"

Sepertinya aku kenal dengan suara itu. Aku menengadahkan kepalaku ke atas untuk menengok. Ah, itu suara Shina yang sedang berlari menujuku sambil berteriak panik. Entah mengapa aku merasa begitu senang melihatnya berlari seperti itu.

Sesaat kemudian ia sampai di tempatku dan duduk di sampingku.

"Kau tidak apa-apa kan, Satoru?"

"Ya. Aku tidak apa-apa, hanya kelelahan."

"Syurkurlah."

Menghela nafas berat ia mengatakan itu. Sepertinya ia sangat lega aku berhasil mengalahkan monster itu.


Rambut kuning pirangnya yang indah berkibar di terpa angin, senyum manis menghiasi wajah cantiknya itu. Untuk sesaat aku terdiam memandang seorang dewi yang turun dari surga hanya untuk menanyakan keadaanku ini, tanpa sadar pipiku merona karenanya. Sungguh pemandangan yang indah.

Entah mengapa hatiku menjadi tenang dan tenteram melihat senyumannya itu.

"Satoru?"

"Eh.. ah.. apa?"

"Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa."

Setelah aku menjawabnya, aku langsung memalingkan wajahku darinya. Ada apa denganku? Biasanya kan dia yang memalingkan wajahnya dariku, kenapa sekarang terbalik? Kulihat ketiga orang lainnya berlari kecil ke arahku dari kanan.

"Nii-chan, kau tidak apa-apa?"

"Ya, aku hanya kelelahan."

Yuri langsung berlutut di sampingku dan membuat wajah khawatir disertai panik. Dua orang yang berada di belakangnya hanya tersenyum padaku sambil berdiri. Kemudian aku mengangkat badanku dan ikut duduk bersama mereka. Aku mengambil pedang milik Tommy dan mengembalikan padanya.

"Terima kasih, Tommy."

"Tak masalah."

Ia langsung mengambil pedang itu dan memasukkannya ke dalam tamengnya. Katana milik Shina juga tidak lupa kukembalikan.

"Ini, Shina. Terima kasih."

"Tidak apa-apa kok."

"Katana milikmu ini benar-benar nyaman di tangan. Walaupun aku tidak terbiasa menggunakan katana, tapi yang satu ini sangat pas di tanganku."

"Huaah!?"

Setelah aku mengungkap pendapat ku, wajahnya langsung memerah dan meledak mengeluarkan uap dari kepalanya. Setelah menyadari wajahnya memerah, ia langsung memalingkan wajahnya dariku seperti biasa. Tanpa sadar aku tertawa kecil karena reaksinya itu.

"Ke-kenapa kau ini, Satoru.. kok malah tertawa."

"Tidak tidak, hanya saja melihatmu seperti itu membuatku melupakan semua kejadian yang mengancam nyawaku tadi. Terima kasih, Shina."

"....."

Ia hanya tertunduk malu bersama wajahnya yang memerah itu setelah mendengar ucapanku. Aku berhenti tertawa dan tersenyum padanya.

"Satoru, item apa yang kau dapat dari bos itu?"

"Item?"

"Jangan bilang kau lupa kalau setiap kali kita mengalahkan bos kita akan mendapat item langka tertentu."

"Oh, yang itu. Entahlah, aku belum memeriksanya."

"Kau ini ya."

Aku lupa akan hal itu. Dulu aku sudah sering mengalahkan bos sendirian dan mendapatkan banyak item langka yang bagus. Karena terlalu banyak, akhirnya yang tidak kuperlukan kujual ke NPC.

Unreal World [DROP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang