2. Insiden Besar

1.5K 131 37
                                    

Hampir seluruh kegiatan di dunia nyata memakai RD. Mulai dari belajar, berkomunikasi, berbelanja, bekerja, dan lain-lain. Tidak bisa dipungkiri bahwa RD adalah alat yang paling banyak dipakai di seluruh dunia sekarang ini. Sekolahku juga menerapkan penggunaan RD sebagai media pembelajaran.

Di sisi lain, kami para gamers mendapat keuntungan yang sangat luar biasa. Dengan teknologi VR Full Dive yang baru digabungkan dengan RD oleh perusahaan Re Zoom, kami bisa bermain game dengan menggunakan tubuh kami sendiri dalam pikiran.

Game itu adalah game yang saat ini kumainkan, Fantasy Age. Developer dari game ini adalah perusahaan yang sama yang menggabungkan VR Full Dive pada RD. Ini menimbulkan kepuasan yang sangat bagi para pemainnya.

Kehidupanku di sekolah saat ini baik-baik saja. Kedua orang tuaku mendukungku bermain game, karena BAT di dalam Fantasy Age bisa ditukar dengan uang nyata. Yah, ini terlihat mustahil, tapi setiap 1.000.000 BAT dihargai dengan 10.000 yen. Itu angka yang besar bagi anak kecil yang tidak tahu harga pasar.

“Satoru, oi! Kau dengar tidak?”

“Ah, maaf. Aku tadi melamun.”

“Kau kebanyakan melamun. Ini sudah waktunya pulang, apa kau masih ingin belajar di sekolah?”

“Pemikiran darimana itu?”

“Ya siapa tahu akhir-akhir ini nilaimu menurun dan harus ikut kelas tambahan di setiap pulang sekolah.”

“Memangnya aku ini bodoh apa.”

“Memang kau bodoh.”

“Hah, kau ini ya.”

Tommy menyadarkanku dari lamunanku agar aku tidak mengikuti pelajaran tambahan di sore hari. Nilaiku sudah di atas rata-rata, aku tidak perlu pelajaran tambahan lagi. Siapa pun yang memiliki nilai yang tidak mencukupi, maka mau tidak mau dia harus mengikuti pelajaran tambahan. Untung aku ini lumayan pintar, jadi waktu untuk bermain gameku tidak terbuang.

Seperti biasa kami pulang bersama-sama. Kami keluar dari kelas kami dan berjalan di lorong kelas.

“Berhenti kalian!”

Sebuah suara dari belakang menghentikan kami yang sedang berjalan santai di lorong sekolah. Sontak kami menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang memanggil kami.

“Kalian mau membolos pelajaran tambahan ya?!”

Itu adalah suara dari sang ketua Osis, Kamui Shina. Dia adalah anak perempuan dari kepala sekolah yang selalu menempati peringkat 1 di setiap ujian semester. Rambut kuning pirang belakangnya lurus sampai bawah sedangkan rambut sampingnya diikat gaya ponytail. Matanya berwarna biru muda itu menambah nilai plus kecantikannya. Dialah sang ratu kecantikan, sekaligus ketua Osis di sekolahku.

“Ketua, kami ini memiliki nilai di atas rata-rata. Tak ada gunanya kami mengikuti kelas tambahan.”

Tommy membalas ucapan pedas dari ketua Osis itu dengan ekspresi datar. Mendengar tanggapan dari Tommy, ia terkejut.

“Maafkan aku, aku tidak tahu kalau kalian tidak mengikuti pelajaran tambahan.”

Ia membungkuk pada kami sambil meminta maaf.

“Tidak apa-apa kok, kami juga yang salah karena terlalu lama di kelas seusai jam pelajaran.”

Dengan cepat aku mengatakan itu pada blasteran Italia yang sedang membungkuk meminta maaf. Ia kembali menegakkan badannya dan menatap wajah kami.

“Berhati-hatilah di perjalanan pulang kalian berdua.”

Dia membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan kami setelah mengatakan itu. Tak lama kemudian ia menghilang dari pandangan kami. Aku hanya bingung dengan apa yang dilakukan olehnya sampai sore begini. Bukannya dia tidak ada kelas tambahan? Kenapa dia masih ada di sini?

Unreal World [DROP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang