Tiga bulan berlalu dengan cepat, Nathan telah kembali dengan keceriaannya, hubungannya dengan Netha pun semakin dekat, bahkan hari ini Nathan berjanji akan mengajak Netha kencan—walaupun secara sembunyi-sembunyi.
Kencan kali ini sudah Nathan dan Alle persiapkan matang dari seminggu yang lalu. Nathan pun sudah memesan tempat, membelikan dress, sepatu, dan beberapa aksesori untuk Netha, tinggal Alle bawa besok.
"Ayolah Neth temenin gue besok ke kafe itu..." rengek Alle sampai di kelas. Sudah sejak di kantin Alle membujuk tapi Netha tidak kunjung mengiyakan.
"Mager ah, besok malem gue pengen adain Me Time." alasannya.
"Netha... ayolah!!!" Alle tak menyerah. Nathan yang ada diantara mereka cuman nyengir saat Alle memberi kode.
"Gak mau." ucap Netha lagi. Alle menghembuskan nafas nyerah.
"Temenin si Alle lah sekali-sekali Neth," ucap Nathan.
"Males tau, Nath." jawabnya.
"Apa gue harus berlutut dulu di hadapan lo biar lo mau gitu?" ucap Nathan. Akhirnya Netha setuju.
"Iya oke gue ikut Alle." katanya. Dan Alle langsung teriak girang.
N a t h a n n e t h a
Sekitar pukul enam lewat lima belas menit Alle sampai dirumah Netha menggunakan mobil Deden. Saat ia mengklakson mobilnya, terlihat Netha mengintip dari balik gorden jendela kamar. Alle langsung masuk saja setelah izin pada Bibi.
Tepat saat Netha membuka pintu kamarnya, Alle sudah disana menampakkan senyum nyengir kuda, "Hey!" sapa Alle.
Netha kaget, "Kok cepet amat perasaan tadi masih di halaman?"
"Gue lari hehehe," ucap Alle sambil menyodorkan dua paper bag yang lumayan besar pada Netha, "Nih pake." katanya.
Netha kaget, "Cuman mau ke kafe doang kan, buat apaan nih?"
"Udah cepetan sana ganti baju yang gue kasih! Jangan bilang lo belum mandi lagi?" tuduh Alle.
Netha cemberut, "Enak aja lo!" Alle tertawa.
Lima menit kemudian Netha keluar dengan dress selutut warna merah hati. Jalannya masih ragu karena sepatu heels yang ia pakai.
Alle langsung takjub, "Cantik banget sih temen gue! Sini sini gue dandanin!"
"Gue sendiri aja!" tolak Netha.
"Nurut sama gue tanpa bawel sekali aja bisa ga?" ucap Alle geregetan. Netha akhirnya mengalah.
"Awas aja kalo jadinya kayak tante tante!" gerutu Netha.
Hanya 15 menit, Netha siap dengan polesaan make up tipis. Tampilannya semakin manis saat Alle menambahkan jepitan berwarna silver di rambut Netha, kini ia sempurna.
Ternyata Alle yang berpenampilan seperti preman di sekolah bisa mendandani orang juga ya, pikir Netha.
Mereka berdua segera berangkat Alle tersenyum puas, rencananya kali ini pasti berhasil.
"Sebenernya lo mau ngajak gue kemana sih Le?" tanya Netha.
"Udah diem aja. Lo pasti seneng kok." Alle terkekeh.
Tidak sampe 30 menit, mereka tiba di kafe. Suasana hangat kafe menyapa mereka saat di pintu masuk. Beberapa lampu di outdoor menambah manis kesan pertama Netha di kafe itu.
Bagus, gumamnya.
"Lo duduk disana dulu tuh, gue mau ke kamar mandi dulu, kebelet." ucap Alle sambil menunjuk kursi menghadap outdoor. Pemandangan malam terlukis paling jelas dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHANNETHA
Teen FictionSemuanya berawal dari keretakan hubungan orang tua Netha, kepindahan sekolahnya sampai kejadian itu terjadi. Kini, setelah semua yang terjadi, mampukah Nathan mengembalikan kepercayaan diri Netha? Atau semuanya hanya menjadi abu-abu? "Apapun keada...