BAB 14 - Rahasia dan Tragedi

1.3K 75 5
                                    

Satu minggu sudah Netha menjalani hari-hari barunya di Berlin. Satu minggu yang juga penuh rindu akan tanah airnya. Tapi saat ia mengingat Indonesia hatinya seolah tertikam belati yang semakin hari semakin tajam menusuk ulu hatinya. Fikri sekalipun tak mengetahui bahwa setiap malam Netha menangis karena hal ini, yang ia tahu adiknya selalu mengulas senyum di pagi hari.

Omong-omong tentang satu minggu, Netha ingat pagi ini Daniel pasti mengirimkan rangkaian bunga Daisy ke 7. Bunga yang akhir-akhir ini jadi bunga favorite Netha. Bukan lagi Tulip tapi Daisy, ia mengulas senyum.

Jam 7 pagi, Netha sudah rapi dengan dress selutut warna moka. Rencananya hari ini ia akan check-up untuk yang kedua kalinya. Apakah Daniel akan menemuinya lagi?

Fikri mendorong Netha menyusuri ruangan Dr. Smith, dokternya seminggu yang lalu. Membayangkan bagaimana bosannya bertemu dokter itu membuat Netha berpikir akan kabur lagi nanti.

"Guten morgen!" sapa Smith ramah.

Fikri membalas sapaan itu tak kalah ramah, sedangkan Netha malah memutar bola matanya jengah.

"So, kita mulai aja ya pengukurannya." Ucap Dr. Smith. "Luruskan kakimu, Netha." Ucap Smith lagi sambil mengambil beberapa peralatannya.

"Panggil saya Carissa." Ucap Netha saat suster mulai mengukur kakinya dengan berbagai alat.

Fikri yang tampak aneh mendengar itu segera angkat bicara, "Eh apa-apaan? Nama kamu kan Netha, kenapa jadi Carissa coba?"

"Mulai dari sekarang aku ganti." Ucap Netha santai.

"Ya gak bisa gitu lah!"

"Netha juga nama tengah aku kan? Ya suka-suka aku lah mau dipanggil apa!"

"Tapi Abang gak suka karena nama itu pemberian dari Papa!" ucap Fikri agak keras.

"Ya sudah, masalah nama aja kok diributkan. Ok, Carissa sudah selesai pengukurannya, tinggal tunggu pembuatan kaki palsu nya sekitar satu bulan dari sekarang ya." Ucap Smith. Netha hanya ngangguk-ngangguk.

"Aku izin keluar dulu, nanti aku balik lagi!" ucap Netha sambil keluar ruangan tanpa menunggu jawaban Fikri.

Netha masih ingat jalan menuju kantin dan segera menuju kesana. Sesampainya disana, ia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin dan matanya berhenti saat ia melihat Daniel ada di bagian utara sambil memakan roti. Hatinya senang bertemu Daniel kembali.

"Hai Daniel!" ucap Netha.

Daniel langsung bangkit dan memeluk Netha, "Lama tidak bertemu." Ucapnya.

BTW,  setiap Daniel mengirim bunga untuk Netha, selalu Fikri yang menerima. Jadi selama seminggu tersebut Daniel dan Netha sama sekali tidak pernah bertemu lagi.

"Ah hanya seminggu." Jawab Netha malu-malu.

"Heh, pipi lo kok kayak kepiting rebus gitu? Lucu!" Ucap Daniel sambil mencubit pipi Netha yang semakin merona.

Netha salah tingkah.

"Hari ini lo check up lagi?" tanya Daniel sambil menggigit sisa rotinya.

"Iya. Lo kok disini? Gak sekolah atau kuliah gitu?"

Daniel langsung tercekat, "Eng...enggak hehe lagi bebas."

Netha hanya ngangguk-ngangguk.  Daniel bersyukur karena Netha tak menanyakan hal itu lebih jauh.

"Jalan-jalan mau?" tanya Daniel yang disambut wajah ceria Netha.

"MAU!" ucap Netha penuh semangat.

NATHANNETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang