BAB 11 - Kehancuran

1.6K 75 0
                                    

"Sampai jumpa, Neth." jam sudah menujuk pukul 7 malam saat Nathan mulai menjalankan mobilnya keluar komplek.

Mama Netha sudah kembali dari acara kumpul bersama temennya sejak pukul enam. Mama juga sempat bertemu dan bercengkrama dengan Nathan dan dua teman Netha. Senyum di wajah mamanya begitu manis dan menyiratkan kebahagiaan.

Dan kini setelah Netha kembali masuk kamarnya, ia tiba-tiba mendengar ada keributan di lantai satu. Bunyi pukulan dan barang pecah terasa semakin jelas di pendengarannya saat Netha kembali turun dan melihat kejadian itu, disana sudah ada Fikri yang berusaha melerai. Dan hatinya semakin ngilu ketika melihat darah mengucur di kening Mamanya.

Tatapan Netha jatuh pada lelaki tanpa wajah bersalah itu, ia lalu berjalan mendekat. Nafasnya menderu, air matanya turun kian deras, gejolak di dalam hatinya kini sudah tak tertahankan. Netha pikir mulai hari ini sudah cukup, sudah banyak yang ia pendam. Rasanya ini sudah klimaks.

Plakk!

Semua rasa hormat seakan tak ada di dalam dirinya hari ini. Ia berhasil menampar Papanya. Semua rasa sayangnya sudah terhalang dengan rasa benci yang menggelora di dalam dada.

"Kamu gak sopan Nethania, kamu sudah tidak menghormati saya sebagai orang tua kamu!" ucap Papanya. Netha langsung nunduk meredam emosi, tangannya ia kepal kuat. Berjaga-jaga jika ia akan kalap kalau satu kata lagi terucap dari mulut Papanya itu.

"Kamu adalah anak yang tidak tahu diutung Netha!!!—Plakk!

Nyali Netha jatuh saat tamparan itu mendarat sempurna di pipinya. Denyut ngilunya terasa sampai ubun-ubun. Fikri segera melindungi Netha tapi ia berontak.

"Saya memang tidak tahu dintung! Mulai dari sekarang saya akan keluar dari rumah ini! Anda tidak perlu menganggap saya sebagai anak lagi karena saya juga tidak sudi menganggap anda sebagai seorang Papa!" bentak Netha keras, dan ia benar-benar pergi.

Seluruh keluarga kecuali Papanya menahan kepergiannya, tapi Netha tak peduli, ia terus pergi tanpa memikirkan orang sekitar. Semuanya panik dan hanya Fikri yang mampu mengejar kemana adiknya pergi.

N a t h a n n e t h a

Lelaki itu memberhentikan mobilnya ketika bunyi ponsel terdengar sangat menganggu. Ia mengambil ponsel itu kasar, lalu mengangkat telpon yang masuk.

"Ada apasih Ma?"

"Kanker darah Kakak kamu kambuh, bahkan sekarang sudah berlanjut ke stadium yang lebih parah." terdengar kecemasan yang mendalam dari seberang sana. Lelaki yang mendengar itu hanya menghembuskan napas panjang. Lelah jika hatinya terus dirundung duka dan kecemasan. Teleponnya ia banting ke bangku penumpang, kakinya menginjak pedal gas dalam. Kecepatan mobil itu terus naik dengan cepat. Si pengemudi tak peduli lagi karena hatinya benar-benar hampa, dan ia butuh hiburan. Sampai mobil yang ia kendarai tiba-tiba menabrak seorang pengguna jalan, ia terdiam. Bagaikan angin berlalu yang tidak lebih penting dari kehancuran hatinya, pengguna jalan itu terpental cukup jauh dari mobil yang dikendarainya.

"NETHA!!!!!" terdengar teriakan sangat keras dari luar mobil. Dirinya berilusi bahwa pacarnya ada disini membantu ia lepas dari masalahnya. Tapi saat sesorang itu berteriak sekali lagi, laki-laki itu benar-benar menyesal.

"NETHA BANGUN!!!!!"

Dan kali ini ia benar-benar kehilangan orang yang ia cintai di hadapannya.

N a t h a n n e t h a

"NETHA!!!" suara panggilan dari Fikri yang tertinggal jauh di belakang berkali-kali Netha abaikan, tapi yang kali ini Netha anggap terakhir, ia menengok ke belakang.

NATHANNETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang