"Deden!!! Kembaliin ponsel gue!!!" suara Alle terdengar paling berisik di kelas. Ia berlarian kesana kemari setelah ponsel nya diambil oleh Deden sepihak. Deden hanya menjulurkan lidah yang membuat Alle semakin geram.
"Deden lo rese banget sih!!!" teriak Alle yang membuat Deden semakin menjadi.
"Astagfirullove. Ternyata Alle suka koleksi foto si Tobi!!!" teriak Deden yang membuat seisi kelas tertawa. BTW, Tobi adalah teman seangkatan Alle yang gayanya sangat gemulai padahal ia lelaki.
"Wah gak nyangka gue Na, lo suka sama Tobi." Ledek Nathan dari tempat duduknya.
Alle dan Deden menatap Nathan jengkel, gak ada penyesalan setelah apa yang terjadi kemarin? pikir mereka berdua.
"Jih apaan sih lo sksd." ucap Alle sinis lalu fokus merebut ponselnya lagi. Nathan menyadari bahwa sikap Alle begitu karena kesalahan nya kemarin, tapi itu semua sungguh diluar kendali Nathan sendiri.
"Netha mana? Kok tumben udah mau bel dia belum datang?" tanya Nathan.
Deden tertawa hambar, "Ngambek kali." dan Alle menjawab singkat, "Pikir aja sendiri."
Nathan mengangguk pasrah. Okelah ini memang salahnya, pikirnya
Guru Piket datang tepat setelah Deden kembali ke tempat duduknya.
"Permisi, saya mau antar surat izin dari Nethania yang hari ini tidak masuk sekolah. Sekretaris tolong jangan di alphain ya." ucap Bu Fina.
Nathan menutup muka menyesal.
"Tuhkan apa gue bilang Nath, Netha ngambek." ucap Deden, Nathan tetap tak menjawab. "By the way, Bu Fina makin cantik aja yak." ucap Deden tertawa.
Alle melempar gulungan kertas dan tepat mengenai kepala Deden, "Mampus lo! Ngarep mulu sih!" ledeknya sambil tertawa juga.
N a t h a n n e t h a
Bel tanda istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Di kelas tinggal sisa Alle, deden dan Nathan saja, selebihnya pergi ke kantin. Deden yang lebih dulu bangkit dari tempat duduk menghampiri Alle yang masih sibuk pada kalimat terakhir yang ia salin dari papan tulis.
"Kantin yuk, Le!" ajak Deden saat Alle memasukkan catatannya itu ke dalam tas.
"Duluan aja Den, gue pengen ngomong sama Nathan dulu." ucap Alle, Deden mengerti dan pergi ke kantin sendirian.
Alle memanggil Nathan saat lelaki itu bangkit, kemudian ia menyejajarkan tubuhnya di hadapan Nathan. Keduanya terlibat saling tatap dalam keheningan, menyiratkan rasa kecewa yang begitu ketara di wajah sang perempuan. Nathan tahu maksud Alle, oleh karenanya ia diam dan memberikan ruang untuk Alle bicara dahulu.
"First of all, sorry gue kemarin kalap sampai nonjok lo di depan banyak orang, tapi jujur itu karena gue kecewa sama lo, Nath. Lo tau bagaimana keadaannya Netha pas dia pulang? Lo ngilangin kepercayaan banyak orang, terutama Netha dan kakaknya termasuk juga... gue." ucap Alle lirih.
Nathan sedih, "Tapi Le—
"Tapi apa Nath? Lo ngecewain dia tanpa rasa bersalah sama sekali, dia kira selama ini lo cuman main-main sama dia, dia kira lo cuman jadiin dia pelampiasan. Gue tau lo gak bakal sejahat itu, tapi kenapa setelah lihat kejadiannya gue jadi ragu, Nath? Lo bikin gue berpikir kalo ucapan Netha benar, lo cuman jadiin dia pelampiasan, ketika Echa balik lo lupain dia gitu aja." setitik air mata tumpah di pipi manis Alle disusul ratusan titik lainnya ketika perempuan itu tertunduk tersedu.
Nathan tak kuasa, ia mengangkat wajah sahabatnya lagi, menghapus tetesan air mata yang kian mengalir deras, "Gak gitu, Na. Sebenarnya gue sayang sama Netha, tapi—tapi gue juga kangen sama Echa."
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHANNETHA
Teen FictionSemuanya berawal dari keretakan hubungan orang tua Netha, kepindahan sekolahnya sampai kejadian itu terjadi. Kini, setelah semua yang terjadi, mampukah Nathan mengembalikan kepercayaan diri Netha? Atau semuanya hanya menjadi abu-abu? "Apapun keada...