1

462 18 0
                                    

Sahra

Di sanalah dia ... Suamiku. Aku tidak melihat ke arahnya tapi aku bisa merasakan itu dia. Kurasa matanya sedang memerhatikanku, pikirku. Tapi bagian yang paling lucu adalah; Aku tidak punya apa-apa untuk diperhatikan. Aku tidak pantas untuk nya, dia pantas mendapatkan yang lebih baik dariku seenggaknya mungkin dia bisa menikahi wanita yang di cintainya.

"Liat gue" katanya. Aku tidak menatapnya. Aku tidak bisa. Aku takut dia akan marah padaku

"Gue bilang liat gue!" dia berteriak. Inilah nada yang selalu ayah ku gunakan ketika berbicara padaku.

Aku perlahan menatapnya dan melihat wajahnya. Aku menatap mata hijau nya. Rambut ikal cokelat yg menghiasi matanya, menatapku dengan kebencian.

"Gue mau pergi, jangan harap gue bakal balik" katanya.

~

Ini adalah hari pernikahan kami. Orang tuaku memaksaku menikahinya tanpa seizin diriku. Mereka pasti sudah membunuhku jika aku menolak, jadi aku harus menuruti mereka.

Aku menatap diriku sendiri di depan kaca. Gaun pengantin ini bukanlah gaun yang di idam idamkan para wanita. Gaun ini putih kotor dan tidak cocok untukku. Aku keluar dan melihat ke sekeliling. Bagaimana mereka bisa menikmati semua ini? Pemandangan ini membuat aku takut akan kelanjutan nya. Kupikir mungkin suatu hari nanti semua ini akan berakhir, itulah yang dikatakan oleh almarhumah nenekku.

Aku bergegas ke toilet untuk menenangkan diri. Mataku menatap diriku dikaca
"Gak ada yg sayang sama lo"
"Lo lihat? rambut cokelat jelek lo ini?" Kataku sambil membelai rambutku sendiri. Air mata mulai mengalir turun dari mataku tanpa ku pedulikan "bahkan suami lo gak akan pernah mencintai lo"

"Lebih baik gue mati" aku mulai merusak ruangan. Aku memukul tanganku ke dinding. Aku menghancurkan aksesoris dari rambutku, lalu ku ambil vas yang ada di sebelah cermin dan membantingnya.
Hal itu membuat ku tidak dapat mengendalikan diriku sendiri. Aku tidak bisa menahan diri dari kenangan buruk itu.

Aku melihat lengan dan leherku. Pada bagian itu selalu ada warna ungu atau kemerahan, saat mereka menyiksaku. Mereka menyiksa ku untuk memberiku warna 'indah' itu.

Aku mengepalkan tanganku. Sudah waktunya aku pergi. Tidak ada yang akan merindukanku. Bahkan aneel tidak akan pernah mencintaiku.

Setelah itu aku berlari, tapi aku tidak tahu ke mana aku berlari. Ketika aku sampai di sebuah jurang aku memperlambat langkahku. Aku menahan napas saat menyadari sesuatu.

"Gimana kalo aku lompat dari jurang ini? Lagian tidak ada yang akan merindukanku. Aku bahkan bisa yakin bahwa aneel akan mengadakan pesta dengan keluargaku. Mereka semua akan bahagia, karena dunia telah diselamatkan dari satu orang yang tidak berguna. Yaitu aku"kataku pada diriku sendiri

Aku Berjalan ke tepi jurang dan melihat ke bawah. Airnya biru dan mengalir deras ke segala arah. Rasanya seperti air ini memanggilku. Aku melepas sepatuku dan menutup mata. Lalu aku pindah ke sisi lain jurang. berpegangan pada jurang itu dengan erat.

Aku menarik napas dalam dalam. Aku bisa merasakan rasa sakit yang mereka berikan saat mereka memukuliku. Aku bisa merasakan diriku menjerit dan memohon agar mereka berhenti. Aku merasakan air mata mengalir di wajahku. Aku bisa merasakan segalanya, rasanya aku menjalani hidupku kembali.

Aku melepas pegangan nya pada satu tanganku, tinggal satu tangan yg lain dan aku akan pergi selamanya. Selamanya ..

Kedengarannya bagus sekali. Aku tidak akan pernah merasakan sakit lagi. Semuanya akan berakhir. Pada akhirnya, aku akan membantu semua orang, terutama aneel. Aku tahu dia tidak mau menikah denganku, maksudku siapa yang mau? Dia bisa menikah dengan siapa yang dia inginkan saat aku pergi.

Untuk satu tangan yang membuatku tetap hidup. Apakah aku ingin tetap hidup? Tidak, aku tak mau. Aku melepaskan 2 jari. Hanya tiga jari yang akan membawaku ke neraka. Okey, jari lain .. hanya dua jari sekarang. Aku butuh sesuatu yang akan mendorongku ke bawah, yang akan mendorong ku untuk membiarkan diriku jatuh.

"Lepaskan 2 jari itu!", aku mendengar ibuku berkata didalam pikiran ku. Itu dia, hal yang aku butuhkan. Aku menarik nafas terakhir dan memejamkan mataku. Terakhir kali aku mengatakan 'dua', dua jari lagi... Dan ..

~~~~~
Give me your voted and comment:)

With(Out)YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang