6

258 12 0
                                    

Aku langsung berjalan ke arah rumah saking takutnya. Saat aku melangkah pergi seseorang mencengkeram lenganku erat-erat. Aku takut dan aku berbalik untuk melihat siapa yang Ada di belakangku.

Dan..Degg Pria yang menyeramkan itu tepat berada didekatku. Dia menatapku dan ketakutanku semakin meningkat. Jantungku mulai berdegup kencang.

"Dimana osman mendapatkan wanita secantik dirimu?huh?" Katanya sambil menatapku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku merasa jijik dan gak mau menanggapi apa yang dia katakan.

Menurutku diam adalah pilihan terbaik kali ini, jadi aku mencoba melepaskan diri tapi tangannya memegang lenganku dengan kuat. Tanganku mulai gemetar karena ketakutan dan aku melihat sekeliling tapi tidak ada orang yang bisa di mintai tolong.

"Cantik juga ya" Dia berkata yang membuatku ingin muntah. Aku takut dan mataku bahkan mencari-cari aneel, tapi tidak ada orang di sekitar.

Aku tahu kalo aku memiliki nasib buruk. Aku tahu gak ada yang akan menolong aku saat aku membutuhkannya.

"Aku akan kembali" katanya dan melepaskan genggaman nya.

Aku berlari ke arah rumah secepat mungkin dan masuk ke dalam. Aku mengunci pintu dan duduk diatas sofa. Haruskah aku memberitahu aneel? Tentu saja tidak. Diapun gak bakal peduli.

Aku melihat ke arah sofa dan melihat aneel di sana dengan sebatang rokok di antara bibirnya 

"gua mau keluar malam ini" katanya sambil melihat ke atas. Kenapa dia memberitahuku? Dia seharusnya tidak perlu repot-repot.

"Lo gak perlu ngasih tau gue" kataku dan berjalan ke kamarku. Tepat pada saat aku hendak mengambil pakaian dari laci, aneel datang ke kamar. Dia menatapku lama-lama dan aku merasa tidak nyaman karena tahu dia melakukan itu

"Lo tau? Lo beruntung karna tadi bel nya bunyi" katanya sambil bersandar di dinding dengan tangan di sakunya dan sebatang rokok di antara kedua bibirnya. Aku tidak mengerti maksudnya
"apa?" Kataku sambil mencari pakaianku.

"Kalo dia gak dateng .. lo tau apa yang bakal terjadi?" katanya sambil menyeringai. Dia menyilangkan lengannya dan mengangkat alisnya, seolah-olah dia menantangku.

Aku menarik napas dalam-dalam dan memikirkan apa yang harus kukatakan. Aku ingin dia tahu bahwa aku juga bisa bicara. Aku mendekatinya dan berdiri di dekatnya. Aku menatapnya dan Aku tampak percaya diri tapi dari dalam hati aku takut mati. Takut dia menamparku atau melakukan hal lain yang bisa menyakitiku.

"Kalo lo adalah pria sejati, lo pasti tahu bahwa lo seharusnya gak boleh memukul wanita" dia segera menanggapi. "Gimana lo tau benar soal Pria sejati? Kalo bokap Dan sodara laki laki lo selalu memukul diri lo sepanjang waktu, tapi gue lupa, lo emang pantas mendapatkan itu" dan dengan itu aku tidak tahan lagi, aku hampir menampar dia tapi dia memegang tanganku.

"Seorang pria cuma boleh ditampar sekali. Gua udah gunain kesempatan itu" katanya

"Lepas" kataku. Dia melepaskan dan melangkah pergi. Aku menghela napas dan pergi untuk mandi. Aku gak berani melihat ke cermin, karena aku gak mau melihat diriku sendiri. Air membuat otakku membeku dan aku tidak pernah benar-benar bisa berpikir saat aku seperti ini.

~

Tepat saat aku tertidur di sofa, bel berbunyi. Aku terdiam, karena aku tidak peduli jika seseorang akan datang kecuali aneel. Tapi itu gak mungkin dia, dia Kan pegang kunci rumah sendiri. Aku mendekatkan telingaku ke pintu, mungkin aku bisa mendengar siapa orang dibalik pintu.

"Woii!! Buka pintu nya" Oh, itu pasti aneel. Aku membuka pintu dan melihat bahwa dia sedang tidak baik-baik saja. Dia mencoba masuk, tapi dia bahkan tidak bisa berjalan dengan baik. Dia terjatuh ke pintu saat aku membantunya. Aku membantunya masuk dan mendudukan nya di sofa. Aku kemudian melihat bahwa dia sedang memegang sebotol alkohol.

"Lo gak tau kalo minum alkohol itu haram?" Aku ingin melihat reaksinya terhadap itu. Dia tertawa terbahak-bahak dan menatapku.

"Siapa bilang gua cukup bodoh untuk menjadi seorang Muslim?" Dia berkata sambil meminumnya lagi. Aku gak percaya sama apa yang barusan dia katakan

"Gue bukan pecundang yang percaya pada kebaikan, seharusnya lo udah tahu. Tapi lo gak tau, karena lo itu bodoh" katanya.

Aku mengabaikan bagian terakhir karena aku masih shock karena dia bukan seorang Muslim. Itu tidak terlalu mengejutkan sebenarnya karna aku sudah tumbuh besar dengan orang-orang non-muslim, tapi menikah dengan orang non-muslim?

"kenapa lo gak percaya?" Tanyaku, mengambil keuntungan dari keadaan mabuknya. Dia menyeringai lagi.

"Tuhan lo ninggalin gue saat Gua lagi bener bener butuh dia" katanya. "Karena itulah Gua gak percaya semua omong kosong itu," tambahnya. Aku ingin tahu. Apa yang telah terjadi sehingga dia menghukum Allah karenanya? Apakah dia benar-benar mengalami banyak hal buruk? Jutaan pertanyaan muncul dalam pikiranku.

"apa yang terjadi?" Aku bertanya, ekspresinya berubah.

Aku mencoba mengabaikan kenangan itu, tapi tak ada gunanya. Aku tahu bahwa dia akan datang dan bertindak sama seperti mereka, dan kemudian, dia memukulku sama seperti yang keluargaku lalukan kepadaku, kemudian tanganku naik ke udara seperti melindungi diriku sendiri.

"Buat apa gue ngasih tau lo? Lo itu gak lebih dari sampah" katanya seolah-olah itu sangat normal diucapkan. Kata-katanya sangat pedas didengar, bahkan aku berpikir 'ohh iyaa itu benar' Aku menahan air mata dan berjalan ke kamarku, aku tidak ingin menangis di depannya.

~~~~~
Hope you all anjoy it:)
Give me your voted and comment❤

With(Out)YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang