19

183 12 0
                                    


"apaan sih?" kataku.

"Ngapain sih lo ngangkat telpon kyle dan gak ngasih tau gue lagi" jawabnya. Aku tidak memberitahunya karena aku takut, tapi dia tidak perlu tahu itu.

"kenapa lo gak ngasih tau gue?! Kalo aja lo kasih tau gue, ini semua gak bakal kejadian. Lo bakal aman dan gak bakal duduk disini sambil nangis" Bentaknya. Aku menarik nafas dalam dalam dan menatapnya.

"Kalo aja lo ngasih tau kalo lo punya geng, atau apapun itu. Gue udah pasti bakal hati hati, dan pasti nya gue kasih tau lo kalo kyle nelpon" kataku berbohong, menyembunyikan alasan sebenarnya. Dia menatapku sesaat

"Gue ga punya geng" katanya, kali ini lebih lembut yang membuatku bingung.

"Jangan liat gue kaya gitu napa, gue gak punya geng. Gue udah keluar beberapa hari yang lalu dan karna itu kyle marah sama gue, kita udah ngejual banyak obat obatan terlarang dan senjata juga. Dan dia pengen nya uangnya itu buat dia semua. Gila gak tuh?" katanya. Sedikit masuk akal sih...

"Kapan lo keluarnya?" Tanyaku penasaran. Dia bilang dia keluar beberapa hari lalu, tapi belum lama ini dia keliatan baik baik aja ah sama kyle.

"Beberapa hari yang lalu, dia satu satunya orang yang marah pas gue keluar. Lo tau kenapa? Karna musuh musuhnya bahgia, salah satu pemimpin terbaiknya udah keluar" Dia menjelaskan lebih dari yang aku perlukan.

"Kenapa lo keluar?" Tanyaku, yang membuatnya sadar kalau dia sedang menceritakan sesuatu kepadaku. Dia menatapku sebentar sebelum dia memutar badan nya dan melangkah pergi, tapi aku menahannya.

"Lo gak perlu ceritain hal yang gak mau lo ceritain kok. tapi kasih tau, apa hubungan nya sama gue? kenapa kyle nyulik gue?" aku bertanya. Akupun berdiri dan mendekatinya. Aku memegang tangannya biar dia ga bisa kabur. Dia melirik tangan nya yang ku pegang dan kemudian menatap mataku.

"Dia tau kalo lo bisa jadi salah satu alasan yang bisa buat gue nyerah. Karna lo istri gue, Sahra" katanya. Dia melepaskan genggaman tanganku dan pergi keluar sambil menutup pintu dengan keras.

~

"Aisha, aku mau cari bunga nih" Kataku pada aisha. Kita sekarang lagi ada di pasar. Hanya aku yang belanja, aisha hanya membantuku saja. Sebelumnya aku menelpon aisha buat menemaniku belanja karna aku merasa kesepian saat aneel pergi. Untung aku sudah membuat catatan di atas meja, kalo enggak pasti dia bakal marah marah.

Hubungan Aisha dan Ibrahim sudah selesai, dia bilang ke orang tua nya alasan apa yang membuat hubungan nya ini selesai. Dan orang tua Aisha setuju dengan itu. Aisha tidak menunjukan kesedihan nya, tapi aku tau apa yang dia rasakan sekarang.

"Yuk, aku tau tempat bunga yang bagus dimana. Jadi kita gak perlu susah susah nyari nya" Katanya dan mulai berjalan ke toko bunga.

Aku melihat lihat bunga yang ada ditoko dan seketika aku melihat seorang laki laki yang mencuri perhatianku. Dia laki laki yang sama saat aku berada di bis. Dia terlihat familiar dan aku merasakan sesuatu yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Ketika aku ingin menghampirinya, tanpa sadar dia melihatku. Aku mengurung niatku untuk menghampirinya dan gak bisa berbuat apa apa saat kita saling bertatapan. Kurasa dia merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Ketika aku ingin bertanya siapa dia sebenarnya, dia menjauhiku dan berjalan dengan cepat. Saat aku mengejarnya, sesuatu menghentikanku.

"Kamu kenapa sahra?" Tanya Aisha.
"Gak kenapa napa" Jawabku.

Saat kita selesai belanja dan pulang kerumah, aku membuat makanan untuk anel.

~

Aku sedang membuat sup saat aneel pulang. Dia masuk ke dapur, mengambil roti, dan mengambil beberapa makanan dari kulkas

"Lo lapar? gue lagi bikin makanan nih" Kataku, dia hanya mengangguk. Aku mengambil mangkuk dan memasukan sup kedalam nya

"Lo.. Lo gapapa kan? Mereka ngelakuin sesuatu ke lo gak kemarin? Mereka nyentuh lo gak?" Tanya nya padaku dengan tatapan khawatir. Aku melihatnya dan tersenyum, agar dia tau kalau aku baik baik saja.

" Jangan khawatir" Jawabku. Dia mengangguk dan mengambil mangkuk dariku dan pergi ke ruang makan

Ketika aku menaruh masakan terakhirku di meja, aneel duduk dan mulai makan. Aku ingin menanyakan banyak pertanyaan tapi aku gak berani untuk bertanya, karna takut dia bakal melakukan sesuatu yang buruk. Aku duduk di depan aneel dan mulai memakan sup ku..

"Lo suka?" Aku bertanya. Dia tidak menanggapi pertanyaanku, dan menerusi makan nya. Aku menghela napas dan pergi ke dapur.

Aku mulai mencuci piring. Seketika kejadian buruk dimasa lalu terngiang di ingatanku. Aku meneruskan cucian piringku dan tanpa sadar ada seseorang dibelakangku. Aneel berdiri dekat denganku.

"Sahra, Itu tangan lo kenapa?" Dia berteriak  kepadaku. Aku melihat ke tanganku yang sudah memerah, tanpa sadar aku mencuci piring dengan air yang cukup panas. Aku meneruskan nya tapi dia tidak pergi dari tempatnya tadi. Aku gak tau apa yang sedang terjadi dengan nya. Tiba tiba dia melingkarkan lengan nya di pinggangku, atau bisa dibilang dia memeluk ku?

Aku diam. Tidak tau harus bicara apa ataupun berbuat apa. Aku melihat air yang mengalir ditanganku. Kakiku terasa lemas dan aku merasakan ke nyaman an saat ini. aku menutup mataku beberapa saat. Saat aku ingin mengatakan sesuatu, dia melepaskan pelukan nya dan berdiri di sampingku, bersandar pada dinding dan tidak menatapku.

"Sahra?" Aneel memanggilku tanpa melihatku. Suaranya lembut. Aku melihatnya dan dia terlihat sangat tidak baik. Ada sesuatu yang salah

"Iya?" Jawabku dengan lembut juga, aku takut apa yang akan dia katakan

"Besok.. Mau kan ikut gue ke suatu tempat?" Katanya. Suaranya terdengar sedih di setiap kata dan aku pengen banget memeluknya saat itu. Aku ingin bertanya kemana, tapi tidak aku tau dia tidak akan menjawab.

"Okay" Jawabku. Membayangkan kemana dia akan mengajakku pergi

~~~~~

Makasih banget buat yang masih sabar untuk masih nunggu cerita aku, yang masih setia untuk baca cerita aku. Bakal jarang upload karna lagi banyak banyak nya ujian:( Sekali lagi Terimakasih, dan jangan lupa
Give me your voted and comment❤

With(Out)YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang