7

234 12 0
                                    

Malem ini aku gak bisa tidur, aku pergi ke ruang tamu dan melihat ada laptop aneel. Aku mengambilnya dan meletakkannya di pangkuanku, untuk mengalihkan perhatianku sampai aku bisa tertidur.

Aku melihat sebuah file yang diberi nama 'Maryam'. Aku ingin tau apa itu, tapi gak aku buka karna itu mungkin file rahasia. Aku mulai ber-searching ria.

Entah dari mana, aku mendengar sedikit suara dan tak lama kemudian Aneel keluar dari kamarnya. "Gue lupa, besok orang tua lo ngajak kita makan malem" katanya, namun matanya tertuju pada laptopnya. Aku mulai gugup dan melihat ke bawah, karena dia menatapku dengan mata marah

"Ngapain lo buka buka laptop gue?" Katanya. Dia mendekat dan mengambil laptopnya dengan kasar dariku.

"Enggak.. gua cuma-" aku bahkan gak bisa menyelesaikan katakata ku. Dia melihat laptopnya. Dia memandang ku dengan pandangan yang mengerikan dan dia mendekat.

"Lo ngebuka ini ya?" Tanyanya pelan. Dia akan mulai membentak kalau gak aku jawab

"Enggak, wallahi" kataku.

"Jujur! Lo ngebuka apa enggak?" Dia bertanya lagi

"Enggakkk, sumpah," kataku sambil menatap dirinya agar dia mempercayaiku. Dia melemparkan pandangan terakhirnya dengan tatapan marah sebelum kembali ke kamarnya.

Aku duduk dan mulai menghela nafas. 'tidak apa-apa, dia tidak melakukan apapun', kataku mencoba menghibur diri.

Kemudian aku bangun, masuk ke kamarku dan mengunci pintu. Kalau-kalau dia memutuskan untuk menghukumku, pintu kamarku kekunci Haha

~

Sahra ... SAHRA" aku mendengar suara yang membangunkanku dari mimpi. Aku membuka mata dan membuka pintu.

"lo tau nama gue?" kataku tak percaya. Dia menatapku  sambil memperbaiki jamnya. "Iyalah," katanya.

"Ngapain bangunin gue?" Tanyaku

"Perubahan rencana. Orangtua lo nelpon dan berkata bahwa kita harus pergi sarapan di rumah mereka dan kita akan makan malam bersama kedua keluarga, damn it" katanya yang terakhir pada dirinya sendiri saat ia tidak dapat memperbaiki jamnya.

~

Aku membiarkan air mengalir dan membasahi wajahku. Ketidakamanan selalu hadir, selalu. "Lihatlah dirimu yang menyedihkan di sini, menikah dengan pria tampan itu. Kamu gak akan pernah menjadi seperti perempuan pada umumnya" kataku pada diriku sendiri, membiarkan mataku berlinang dengan air mata. Aku mendengar suara yang pernah aku dengar. Aku berusaha untuk menenangkan diri.

"Allah mencintaimu, jangan lakukan itu" kudengar. Suara itu sama dengan suara pada hari ketika aku hendak bunuh diri. Apa itu tadi? Siapa .. siapa itu? Aku membuka mataku dan melihat sekeliling. Gak ada apa apa. Aku mengangkat bahu, keluar dari kamar mandi karena aneel terus meneriakiku untuk segera berangkat.

~~~~~
Hope you all enjoy it~
Give me your voted and comment❤

With(Out)YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang