"What do you want us to do after our marriage?" asked Luke.
Skylynn paused for a while thinking. "Ah I have an idea!"
"Tell me,"
"How about a honeymoon? To Japan?
[written in Bahasa]
Aku terbangun karena suara kecil yang sekarang terdengar sangat menyebalkan bagiku. Bau obat yang sangat kubenci menyeruak masuk ke dalam hidung. Kepalaku terasa teramat sangat berat. Aku mengedarkan pandanganku ke seisi ruangan untuk mencari sumber suara tadi yang ternyata berasal dari langkah seorang wanita berjas putih yang melangkah keluar dengan stetoskop terkalung di lehernya.
Tunggu, dimana ini?
"Skye, oh my god, finally you woke up. I couldn't stop worrying about you," ucap Ashton dengan senyuman khasnya. Dia duduk di sisi kanan ranjangku dengan tangannya mengusap keningku.
"Yes, I was freaked out because I really had no idea what to do when it happened." Calum yang ada di samping Ashton sekarang meremas tanganku. Mata coklatnya tidak dapat berbohong kalau dia benar-benar panik.
Ternyata mereka bisa menampikan sisi perhatiannya juga. Aku memaksakan senyum lemah kepada Ashton dan Calum
"Sorry for making you both worry. I was just too tired. But I'm okay right now."
Calum menggelengkan kepalanya yakin. "You're really not. You fainted. Right on my shoulder. You must be not okay."
"The doctor just left after checking up your condition, but she didn't say a thing whether if there is something wrong with your body," Ashton tersenyum lembut dan bangkit dari duduknya. "I will call her up to go back here."
Tidak butuh waktu lama, beberapa saat kemudian seorang wanita berjas putih yang kulihat tadi terlihat melangkah memasuki ruangan. Ashton mengekor di belakangnya.
Dokter berambut berombak itu tersenyum manis padaku. Ia menanyakan bagaimana perasaanku, dan aku menjawab bahwa aku sudah tidak apa-apa. Tapi dengan cepat Calum menyela ucapanku.
"No, shut up Skye, you're not okay."
Gapunya hati nurani bgt si jambu aer.
Gua lagi sakit kok diomelin.
Ashton si bijak akhirnya bertanya. "What is wrong with my sister, doc?"
"She's alright. Are you both Mrs. Hemmings' family?" tanya si dokter itu yang ternyata bernama Leah.
Calum dan Ashton kemudian mengangguk bersamaan kayak patung hoka-hoka bento.
"You have to take care of her."
"Of course, we always do," ucap Calum. "I mean is there something wrong with my sister? She got asthma? Magh? Liver? Dengue? Cancer? Amnesia?"
Itu perhatian apa nyumpahin ya?
Dokter itu tertawa kecil sambil menggeleng. Lalu ia tersenyum ke arahku kemudian bergantian ke arah Ashton dan Calum. "Just keep taking care of her," dokter itu memberi jeda. "And the little Hemmings in her tummy too."
Dokter Leah mengangguk pelan dan tersenyum. Ia lalu memalingkan wajahnya ke arahku. "Congratulations, you will have new hemmings in your little family. Now you can go back home, but please just have some rest, don't get yourself in too much activity." Dokter Leah kemudian melangkahkan kakinya keluar ruangan.
Aku masih tidak percaya ini, apa ini nyata? Aku tidak menyangka akan secepat ini, maksudku aku 'kan baru menikah dengan Luke sekitar sebulan yang lalu. Calum dan Ashton sekarang sedang menari-nari sambil berpelukan dan menahan teriakannya, padahal yang mengandung little Hemmings itu aku, bukan mereka.
"I'm gonna be an uncle, Skye! Uncle Ashton!"
"If it's a boy, I'm pretty sure he will be as handsome as I am." sahut Calum sambil berpose ganteng.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"No, I don't want my cousin to has your nose."
"What the hell Ashton? Stop talking about my nose. You just can't understand, it's called 'unique'. "
Aduh keburu beranak nih nonton dia debat.
"Hey stop it. Now take me to Luke. I want to give him a surprise." Aku segera bangkit dari tidurku dan menurunkan kaki dari ranjang. Tapi Ashton dengan cepat menahanku.
"No, we'll just call him to come over, you can't go to Roppongi, it's way too far."
Aku tidak memperdulikan ucapan Ashton sama sekali. Kedua kakiku dengan segera kujejakan pada lantai dan segera berjalan keluar ruangan. Kulangkahkan kakiku besar-besar walaupun sebenarnya aku masih agak lemas. Aku tidak peduli dengan mereka berdua yang memanggil-manggil namaku dari belakang, aku harus menyusul Luke ke Roppongi, aku hanya ingin Luke.
***
Aku melangkahkan kakiku menyusuri jalan Roppongi. Mulai terlihat ramai di sini, padahal waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, tentu saja karena Roppongi terkenal dengan dunia malamnya.
Mataku menjelajah ke kanan dan kiri, mencari nama club yang Luke, Michael dan Reina kunjungi setelah aku bertanya pada Calum di sms.
Akhirnya aku menemukan club yang di bilang Calum tadi, Odeon Tokyo. Dengan segera aku memasuki club itu, seorang pelayan tersenyum dengan ramah menyambutku.
Aku mengedarkan pandanganku ke seisi club untuk mencari keberadaan Luke, Michael dan Reina. Dan akhirnya, itu dia, aku menemukan punggung Michael berdiri tidak jauh dari sebuah bar. Aku hendak menghampirinya, tapi mendadak kakiku terasa terlalu lemas untuk melangkah.
Tiba-tiba saja tanganku tertarik ke belakang yang ternyata itu Ashton. Tapi terlambat, sekujur tubuhku membeku dan dadaku terasa sesak saat kedua mataku sudah terlanjut melihat sesuatu yang membuatku benar-benar berharap tidak pernah melihatnya seumur hidup.