robot restaurant

235 43 30
                                    

Perjalanan dekat kami dari Stasiun Shinjuku ke Shinjuku Robot Restaurant terasa lebih jauh dari seharusnya. Bagaimana tidak, suhu udara malam di Jepang memang cukup dingin untuk ukuran musim semi. Ditambah lagi gerimis kecil turun malam ini.

Aku dan lainnya melangkahkan kaki besar-besar. Diam. Semuanya sibuk merapatkan jaket yang dikenakan atau setidaknya mengusap kedua telapak tangan untuk menghangatkan tubuh masing-masing.

Oh tapi tidak dengan Michael. Bukan Michael namanya kalau tidak berisik. Sejak berangkat tadi, dia terus adu bacot dengan si cipluk di sampingku ini. Dia meributkan soal bagaimana seharusnya Calum tidak mengajak Reina juga. Karena kata Michael, bagaimana pun juga dia masih bermusuhan dengan Reina walaupun nintendonya sudah diganti.

"Shut up you purple-haired and china boi," ucapku yang mulai lelah mendengar perdebatan alot mereka.

"The fuck? I'm only trying to say the truth. About how your fuckin' china bro shouldn't take Reina with us."

Bacotnya astaga

Reina yang sudah terlalu banyak mendengar ucapan Michael yang tidak faedah sejak tadi mulai merasa tidak enak atas kehadirannya.

"Okay so should I go back?" lirihnya kecil hampir tidak terdengar.

"NO!" Calum refleks berteriak. "Sorry, but you really don't need to go back. Just come with us."

"I smell lovebirds here." Luke yang sejak tadi diam tiba-tiba nyeletuk yang dibalas dengan sebuah toyoran di kepalanya oleh Calum.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya kami sampai di Shinjuku Robot Restaurant. Dengan segera kami menghampiri loket untuk menukar tiket yang sudah dibeli online sebelumnya. Dan dilanjutkan untuk semacam sebuah pemeriksaan.

Ketika kami melangkah masuk. Kami disambut oleh seorang pelayan -gadis jepang bergaya Harajuku- yang memakai rok yang terlewat mini. Dan seperti biasa, pikiran yang tidak tidak dari seorang Calum mulai berkerja.

"Woo hoo, look at that Asian chick, Mike."

Calum yang entah sejak kapan sudah berbaikan, menepuk bahu Michael. Sedangkan matanya masih lengket memperhatikan setiap jengkal dari pelayan Jepang itu.

"Yes oh gosh. She's so cute yet so small. I even think I can eat her out," jawab Michael. Aku dan bopunk lainnya kemudian tertawa menggelegar bak halilintar karena kalimat yang Michael ucap barusan membuat kami berpikiran ambigu. Kecuali Reina.

"But she's not a food. You can't eat her."

Calum lalu tertawa makin lebar. "Such an innocent cutie girl."

Selanjutnya, setelah selesai pemeriksaan, kami dibawa ke ruangan tempat pertunjukkan akan berlangsung. Dengan ramainya kami disambut oleh dekorasi robot, suara gemuruh berisik dan lampu warna-warni yang cukup bisa merusak mata.

"Oh my eyes hurt," ucap Luke yang kemudian menutup matanya rapat. Katanya untuk menghindari ia terkena buta mendadak..

"You look like blind old grandpa," celetuk Ashton asal. Luke dengan mata yang masih tertutup menjawab cepat.

"What? What did you say? I can't hear you, it's so dark here."

Lah

Otaknya kenapa


Ashton yang hendak protes seketika tertahan saat acara dimulai. Para pemain dengan kostum-kostum uniknya bermunculan. Keenam dari kami terdiam karena masing-masing terpaku pada pertunjukannya.

Terutama Calum. Sejak pertunjukan dimulai, mulutnya seperti tidak bisa terkatup melihat gadis-gadis Jepang atau robot-robot yang menyerupai seorang gadis tampil. Bahkan rasanya aku ingin meletakkan sebuah baskom di pangkuannya. Supaya lantai tidak becek karena air liurnya yang mulai menetes.

Sedangkan sisanya dari kami hanya menonton dengan normal. Tidak ada hal memalukan yang dilakukan Michael, celetukan polos bin bodoh dari Luke atau cekikikan berisik dari si rambut mie Ashton.

Suasana tambah ramai saat sebuah robot pikachu besar muncul di tengah-tengah pertunjukan. Semua orang berdiri berdesak-desakan mendekati panggung untuk melihat lebih dekat. Kalau saja Luke tidak menarik tanganku, aku pasti sudah tenggelam dalam lautan luka dalam seperti lagu Butiran Debu oleh Cakra Khan.

Setelah kurang lebih 90 menit akhirnya pertunjukan berakhir. Penonton bertepuk tangan dengan riuh. Banyak juga yang memilih langsung berjalan keluar. Seperti kami, yang mulai pusing dengan ucapan-ucapan penutup dalam Bahasa Jepang.

"That was awesome! I never saw something glarious like that!" seru Ashton kegirangan. Kakinya terus melangkah dengan rambut keritingnya yang bergerak naik-turun.

"I know right. Mostly the chicks with those short skirts. Woah."

Hah? Bilang apa?

Dengan segera aku menarik bibir Luke dengan jariku. Tidak peduli kalaupun bibirnya berakhir seperti Tukul.

Gua tebas tytydnya tau rasa

"What? What's my fault?" tanya Luke dengan tak berdosa.

"Still asking Lucas?"

Luke lalu tidak menjawab. Tangannya lantas dengan cepat mengusap-usap bibirnya sendiri.

Kami semua kemudian lanjut berjalan cepat menuju Stasiun Shinjuku karena ini sudah larut malam. Dan bedanya walaupun jalanan masih ramai dengan orang lalu lalang, tapi terasa sepi di antara kami berenam. Syahdu gitu. Tenang. Tanpa ada suara berisik teriakan para bopunk.

LOH.

TUNGGU DEH.

"Wait, guys. Where is Calum, Michael and Reina?!"



P.s udah gitu aja

Mikey's wife signing out.

Babay

Screwed Up Honeymoon | l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang