VI - BUKAN TIPE GUE

5.1K 308 7
                                    

HAPPY READING
JANGAN LUPA TEKAN BINTANG
.
TERIMAKASIH 🥰

"Gisel" suara lelaki itu sangat berdengung ditelinganya sampai-sampai jantung nya berdegub lebih cepat dan dengan perlahan Gisel pun segera menolehkan kepalanya pada sumber suara.

"Gi-Gilang?" ujar Gisel dengan terbata-bata karena ia tidak percaya jika Gilang yang memanggil nya.

"Nga-ngapain lo kesini?" tanya Gisel dengan canggung.

"Gu-gue.... cuman mau mi-minta ma-maaf" Gilang terbata-bata antara tengsin dan malu untuk mengatakannya.

Gadis itu menaikan sebelah alisnya, "Buat?"

Gisel lebih memilih pura-pura tidak tahu dan sejak kapan seorang Gilang berani untuk minta maaf?

"Soal yang kemaren." Gilang menghembuskan nafasnya dan kembali menatap Gisel.

"Sorry kalo kemaren gue udah permaluin lo dilapangan,gue gak bermaksud-"

"Iya Gilang, sebelumnya gue juga udah maafin. Gue tau diri aja. Lo siapa dan gue siapa" ujar Gisel memotong ucapan Gilang sambil tersenyum miris.

Gilang menjadi benar-benar merasa bersalah apalagi melihat raut wajah sendu gadis itu. "Maafin gue."
Gisel mengangguk kan kepalanya dan menatap ke arah lain untuk menghindari tatapan Gilang yang sedari tadi memperhatikannya. Bahkan setelah disakiti berkali-kali Gisel tetap saja merasa ada yang berbeda ketika berada di dekat Gilang.

"Lo pulang sama siapa?" Gilang mengalihkan pembicaraan apalagi gadis itu terlihat menghindarinya.

"Sama supir gue."

Gilang tersenyum, "Yaudah sekarang lo chat supir lo suruh dia buat gak ngejemput lo."

Mata Gisel membulat "Terus gue pulang gimana?"

Gilang hampir tertawa melihat ekspresi polos yang Gisel berikan. "Lo pulang bareng gue."

Gisel menggeleng, "Gausah lang, gue bareng supir gue aja."

"Nggak ada penolakan, anggap aja sebagai tanda terimakasih karena lo udah maafin gue" ucap Gilang sambil menarik tangan Gisel menuju parkiran. Diperjalanan bersama Gilang, Gisel hanya terdiam dan canggung dan terkadang gadis berkacamata itu mencuri-curi pandang kepada Gilang yang sedang fokus mengendarai mobil nya.

Kenapa gue ngga bisa benci orang ini ya?  Batin Gisel

"Sel" panggil Gilang memecah keheningan.

"Eh, iya kenapa lang?" tanya nya dengan gugup. 

"Lo beneran suka sama gue?" tanya Gilang dengan tiba-tiba tetapi matanya masih fokus pada jalanan.
Gisel diam dan mengigit bibirnya dengan gemas.

Gue harus jawab apa Gisel membatin
"Sel, kok bengong sih?"

"Eh apa lang?" Gisel malah balik bertanya.

Gilang menaikan sebelah alisnya, sebenarnya ia sangat tidak suka mengulang ucapannya. "Lo benaran suka sama gue?"

"Kenapa lo tiba-tiba nanya gitu" ujar Gisel yang sedang mencoba menghindari pertanyaan tersebut
"Gue pengen tau aja dari mulut lo sendiri."

Tanpa di sadari gadis itu malah mengangguk paham.

"Jadi, lo benaran suka gak sama gue?" Gilang kembali mengulangi pertanyaannya. Gisel tersentak, kinerja jantungnya berpacu dua kali lipat dan matanya menoleh kesana-kemari untuk mencari alasan.

"Eh lang berhenti disini aja, gue mau ke mini market dulu."

"Oh gitu, yaudah" jawabnya dengan santai lalu meminggirkan mobilnya di tepi jalan tepat di depan mini market berwarna biru.

Gisel pun segera keluar dari mobil Gilang "Makasih, lo hati-hati ya. Dah" Gisel melambaikan tangan nya.

“Nggak mau gue tungguin?” tawar Gilang membuat wajah Gisel semakin memerah. Dengan cepat gadis berkacama itu menggelengkan kepalanya agar Gilang segera pergi. Gadis itu benar-benar tidak kuat jika Gilang terus berada di dekatnya.

Gilang mengangguk tidak mau memaksa dan kembali menyalakan mesin mobilnya. Gisel tersenyum kaku dan kembali melambaikan tangannya. Gisel memperbaiki tatanan rambut dan juga pelatakan kacamatanya, netra nya menatap bangunan mini market berwarna biru yang berdiri kokoh di belakangnya. Sebenarnya ia tidak ada niatan untuk ke mini market, Gisel hanya ingin menghindari pertanyaan Gilang, entah kenapa lidahnya sulit sekali untuk mengatakan 'iya' dan dirinya memang sedang dalam proses mencoba menghilangkan perasaannya pada Gilang.

*****

"Ehm, yang udah nganterin doi pulang" sindir Aldo sambil tersenyum mengejek pada lelaki yang baru saja datang dan berkumpul di mejanya.

"Itu bukan doi gue kampret!" elak Gilang dengan sebal lalu duduk di kursi nya dengan kasar.

"Lo udah baikan sama Gisel? Syukurlah" tambah Ravi tersenyum tulus.

"Kayaknya Gilang mulai ada benih-benih cinta nih sama Gisel" Dion mulai memanas-manasi suasana membuat Gilang mendekik geli.

"Ogah! Siapa juga yang suka sama cewek cupu kayak gitu? sorry bukan tipe gue" tangkas Gilang sambil menyesap minuman milik Revan yang berada di atas meja.

"Kalo di liat-liat Gisel cantik ah lang" celetuk Aldo sambil mengelus-elus dagunya dan membayangkan Gisel di kepalanya.

Gilang mendengus sebal, kenapa teman-temannya senang sekali membahas Gisel. "Cantik dari mana! Kacamata tebal gitu, setebal kaca aquarium."

"Eh lo jangan ngerendahin Gisel dong! Inget lang kalo Gisel udah berubah jadi cantik, lo bukan tipenya lagi. Gisel itu tulus suka sama lo. Gue sering liat dari tatapan matanya sama lo" jelas Revan dengan bijaksana menyembunyikan fakta bahwa sebenarnya dia lah yang sebenarnya menyukai Gisel.

Gilang berdecih, "Gak bakal! Mau Gisel berubah jadi Ariana grande aja gue gak peduli! Udah ah males gue ngomongin Gisel mulu" ujar Gilang dengan acuh.

Ketika mereka sedang asik mengobrol dan becanda sambil membahas kemajuan Band nya yang sudah berkembang pesat dan di kenal banyak orang, tiba-tiba saja ia menemukan pasangan yang duduk di sebrang yang agak jauh dari mejanya yang sontak membuat dirinya terkejut tidak percaya.

"Nov-Nova? Bukannya itu Nova?" Gilang mengucek mata nya karena takut salah melihat.

"Kenapa lang?" tanya Aldo yang bingung dengan tingkah Gilang yang aneh.

"Bener gak sih itu Nova?" tanya Gilang sedikit menunujuk pada gadis yang duduk di sebrangnya dan memastikan kepada ke empat temannya bahwa dirinya tidak salah lihat.

"Iya lang itu Nova, tapi kok nggak sama abang lo ya? Dia malah sama cowok lain,  Bukannya Nova sama abang lo pacaran?" cerocos Dion menatap lelaki yang di depan Nova dengan intens.

Gilang tersulut emosi "Gak salah lagi. Dia pasti selingkuh" ujar Gilang sambil mengepalkan tangannya.

"Tahan dulu lang, jangan asal sesuatu yang kita lihat. Kali aja itu temannya."
Gilang menggeleng, mana mungkin dengan seorang teman bisa tertawa mesra seperti itu.

"Gue gak percaya! Dia boleh nyakitin hati gue, Tapi dia nggak boleh nyakitin hati abang gue!"

"Udahlah kita ikutin aja permainan dia, kita liat endingnya bakal kayak gimana. Udah tahan emosi lo" ujar revan yang yang berhasil membuat Gilang tenang.

Gilang kembali duduk dan meremas gelas yang diatas meja dengan keras. "Gue bakal ikutin apa permainan lo" ujar Gilang sambil menatap meja yang disebrangnya dengan tajam.

"Mending lo foto lang, buat barang bukti ke abang lo nanti" usul Aldo memberikan ide. Gilang mengangguk dan mengarahkan kamera ponsel nya pada dua insan yang masih tidak menyadari keberadaan mereka.

Cekrek

Gilang tersenyum senang ketika melihat hasil jepretannya "Tunggu pembalasan gue, Gue benci sama lo" gumam Gilang.





-------------------------
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK🥰

Tbc

GILANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang