XIII - TANTANGAN

3.5K 223 5
                                    

HAPPY READING
JANGAN LUPA TEKAN BINTANG

TERIMAKASIH 😉

XIII – TANTANGAN

Sudah tiga minggu lebih Gilang tidak melihat Gisel. Sosok itu menghilang tiba-tiba bahkan setiap jam istirahat Gilang tidak melihatnya di area kantin. Bahkan Anna dan Nova pun sudah tidak terlihat bersama-sama lagi.

Gilang sengaja pergi ke lapangan untuk bermain basket dan memancing seseorang yang dia cari.
Sudah 20 menit Gilang bermain basket tetapi sosok tersebut belum muncul. Gilang melihat ke arah balkon kelas XII IPA 1 tetapi tetap saja dia tidak menemukan sosok itu.
Biasanya disana selalu ada gadis yang memperhatikan dia bermain basket, sebenarnya Gilang mengetahui keberadaannya tetapi dia hanya pura-pura tidak tahu bahkan Gilang pernah mempergoki gadis tersebut yang telah melakukan paparazi terhadap dirinya.

"Argh gue kenapa sih!" geram Gilang sambil melempar bola basketnya dengan kasar kelantai.

Gilang menyusuri koridor entah angin dari mana dia tiba-tiba berniat untuk menemui Gisel di kelasnya sesampainya di kelas IPA 1. Gilang langsung masuk dan menghampiri Nova yang tengah mengobrol dengan salah satu anggota cheers.

"Nov, Gisel mana?"

"Gi-Gisel?" Nova malah gelagapan.

"Iya Gisel mana!?" desak Gilang dengan tidak sabaran.

"Btw, nga-ngapain lo nanyain Gisel?"

"Argh, pusing gue ngomong sama lo!" ujar Gilang dengan geram lalu meninggalkan kelas unggulan tersebut.

Entah apa yang Gilang rasakan saat ini dirinya tiba-tiba saja rindu dengan sosok Gisel.

Argh gue kenapa sih! Batin Gilang menggerutuki dirinya sendiri.

Gilang pergi ke kantin tapi tidak untuk makan tetapi untuk mencari seseorang dan tepat sekali orang yang Gilang cari sedang duduk di bangku salah satu meja kantin bersama teman-teman baru nya.

''An! Lo tau gak Gisel dimana?" tanya Gilang pada Anna yang tengah menikmati bakso bersama temannya.
Mendengar nama Gisel, Anna tiba-tiba tersedak dan Dea pun langsung memberinya minum.

"Lo bisa gak sih! Gak usah bahas Gisel?! Gue udah muak sama dia!" emosi Anna naik ketika mendengar kata 'Gisel'.

Sebenernya mereka bertiga ada masalah apa sih? Batin Gilang.

"Gue nanya baik-baik lo malah bentak gue! Sensian amat" ujar Gilang dengan malas dan meninggalkan Anna.

Gilang lalu pergi ke Perpustakaan dirinya yakin Gisel pasti berada disana dan benar dugaannya ternyata Gisel tengah berada Perpustakaan sambil mendekap buku-buku perpustakaan yang akan dia pinjam.

"Gi-Gilang?" Gisel menoleh dan tersentak melihat Gilang yang kini berada disamping nya.

Gilang malah menatap gadis itu dengan tajam. Netra elang nya tidak mau berpaling pada bola mata yang teduh milik Gisel "Gue kira lo mati. Tau nya disini."

Gisel diam sejenak dan dengan berani ia menyentil dahi Gilang. 

"Aww" refleks Gilang sambil mengusap-ngusap dahinya.

"Gilang? Lo nyariin gue?" tanya Gisel dengan tidak percaya.

Gilang yang sadar dengan akan apa yang dia lakukan jadi gugup tiada arah "Gu-gue-"

"Gue nggak bisa bikin cerpen! Bikinin gue cerpen!" perintah Gilang sambil menutupi kegugupannya dan langsung menarik pergelangan tangan Gisel tetapi dengan tenaga yang keras Gisel langsung melepaskan pegangan tangan Gilang dengan kasar.

"Lepas!"

"Gue bukan babu lo!" jelas Gisel yang mulai berani membantah perintah Gilang.

Gisel sudah muak dengan tingkah Gilang. Menyukai seseorang bukan berarti harus menjadi murahan dan melakukan apa yang dia perintahkan.

"Ini perintah!" tegas Gilang menarik kembali pergelangan tangan Gisel untuk menyeret gadis itu ke kelasnya.
Gisel tersenyum gentir.

"Lo siapa gue? Hmm bukannya gue itu cewek sialan? Dan mantan 24 jam lo?"

Mendengar itu Gilang langsung melepaskan cengkramannya dan menatap Gisel dengan tatapan sendu.

"Gue udah capek lang" lirih Gisel sambil menatap kedua netra Gilang.

"Gue tau sebenarnya lo tau tapi lo pura-pura gatau, gue paham itu" sambung Gisel dengan pasrah.

Gilang tidak menjawab dia malah menghela nafasnya "Selama 3 minggu ini lo kemana? Sebegitu nya lo hindarin gue?"

"Gue liburan cari cowok ganteng biar bisa move on dari lo."

Mendengar jawaban Gisel. Gilang terkekeh pelan dia benar-benar tidak habis fikir dengan pikiran gadis itu."Sampai kapan pun juga, lo nggak akan bisa move on dari gue" celetuk Gilang tepat di depan wajah lugu gadis itu.

Gisel tersenyum sinis "Gue bisa!"

"Yakin?"

Gisel mengangguk mantap.

"Lagian ada Rey sama Revan yang masih mau sama gue" ujar Gisel dengan enteng.

Gilang meneguk salivanya dengan susah payah seakan-akan ia tidak mau itu terjadi. "Emang lo nggak kasian ke mereka, dijadiin pelarian?" tanya Gilang dengan tepat dan membuat Gisel kehabisan kata-katanya.

"Eum anu-"

"Anu? Anu apa? Lo mau nganu sama gue?" tanya Gilang sambil menaikan kedua alisnya sambil meledek Gisel.
Wajah Gisel benar-benar merah dia sudah sangat malu dengan Gilang dan dengan cepat Gisel memukul Gilang dengan buku yang sedari tadi ia pegang.

"Gilang!" Gisel sambil memukul-mukulkan bukunya pada tubuh Gilang dengan bertubi-tubi. Sedangkan Gilang dia hanya tertawa terbahak-bahak menerima serangan yang sama sekali tidak berasa baginya.

"Gue tantang lo buat move on dari gue gimana?"

Gisel pun memberhentikan pukulannya dan mulai menatap kedua netra Gilang.

"Oke. Siapa takut" ujar Gisel sambil menjulurkan lidahnya.

"Kalo selama dua bulan lo belum move on dari gue, lo harus kerjain tugas gue sampai lulus sekolah terus kalo lo bisa move on dari gue, gue bakal kabulin 4 permintaan apa aja dari lo, gimana?"

Gisel berfikir " 4 permintaan" gumamnya.

"Eh lo bilang apa?"

Gisel menggeleng dengan cepat
"Eng-enggak! Kali misalkan gue minta lo beliin kuota gue setiap kuota gue abis, lo mampu ga?"

"Kuota doang?" tanya Gilang dengan merendahkan.

"Masih banyak sih nanti gue bakal minta mobil, sepeda terus bayarin spp gue, terus--"

"Lo mau bikin gue bangkrut?"

Gisel tersenyum "Okedeh gue terima taruhan dari lo."

--------------------
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK

Tbc

GILANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang