XXIV - RESAH

1.7K 89 1
                                    

HAPPY READING

XXIV - RESAH

Gisel selalu mengutak-ngatik ponselnya dengan resah bahkan air mata pun sampai menetes ke pipinya sembari menatap cincin yang terpasang pada jari manisnya itu. Gisel sekarang sudah kuliah di Universitas Dewantara. Gisel satu Universitas dengan Anna, Aldo, Dion dan Revan. Berbeda dengan Nova yang kuliah di Universitas yang sama dengan Kevin.

Gisel sedang duduk dibangku taman, ia baru saja menyelesaikan kelasnya dan pandangan kedua netranya tidak lepas pada benda pipih itu menunggu pesan masuk. Gilang sudah tidak lagi mengabarinya, kala terakhir Gilang memberi kabar ketika dia baru sampai di Italy dan itu hanya bertahan 5 hari.

Gisel selalu mengirim pesan seperti kamu lagi apa? Udah makan? Gimana kabar kamu disana? Disini aku baik-baik aja kok jadi gausah khawatir, kapan pulang? Aku rindu, jangan lupa jaga kesehatan, jangan telat makan, I miss you. Setiap hari Gisel selalu mengirimi Gilang pesan seperti itu tapi balasan dari Gilang tak pernah kunjung datang.

Pernah satu kali Gisel memberanikan diri untuk menelpon Gilang dan telponnya tersambung betapa bahagianya hati Gisel namun saat itu yang lebih menyedihkan karena yang mengangkat telpon Gilang itu adalah suara seorang perempuan.

"Gisel" suara Anna yang mengagetkan lamunannya.

Anna menatap Gisel dengan kasihan. Gadis yang sedikit tomboy itu menjatuhkan bokong nya tepat di samping Gisel "Lo masih mikirin Gilang?" tanya Anna dengan sendu.

Anna sungguh tidak tega melihat kondisi Gisel belakangan ini. Gisel sering melamun dengan mata yang selalu sembab karena sering mengeluarkan air mata. Ingin sekali Anna menonjok Gilang dengan keras karena dia selalu melukai hati sahabatnya.

"Udah berapa lama Gilang nggak ngasih lo kabar?"

Gisel menghembuskan nafas dengan kasar "Dua bulan" jawabnya dengan lemah.

"Dua bulan?" Anna membulatkan matanya.

"Plis Sel, lupain Gilang! Dua bulan tanpa kabar itu sama aja dia mutusin lo secara sepihak! Gue nggak mau liat lo sedih Sel, lo itu sahabat gue."

"Gue sama Gilang nggak pacaran" Anna menggelengkan kepalanya tidak percaya.

Gisel merutuki kebodohan nya karena terlalu mencintai Gilang. Bahkan Gilang sama tidak pernah memintanya untuk menjadi pasangannya. Lelaki itu hanya pernah mengatakan jika ia akan membuktikan. Tapi sekarang apa? Lelaki itu malah pergi dari tanggung jawabnya.

"Lo itu cewek bodoh Sel! Lo dibutakan sama yang namanya cinta! Cinta boleh, bego jangan!"

Gisel hanya menunduk mendengarkan Anna yang sedang memaki nya. "Buka mata lo. Masih ada yang orang yang sayang sama lo. Liat Kak Arkan dia beneran sayang sama lo Sel " jelas Anna mengingat Kakak tingkat yang akhir-akhir ini dekat dengan Gisel.

Bahkan laki-laki itu terang-terangan jika diri nya menyukai Gisel. Tapi Gisel tidak pernah menganggap nya lebih sebagai seorang Kakak.
"Jangan jadi cewek lemah.”

"Lo harus belajar membenci Gilang" sambung Anna.

Jika Gisel bisa melakukan itu Gisel pasti akan melakukannya tapi hasilnya, semakin Gisel mencoba melupakan Gilang semakin pula Gisel merindukan Gilang, bagaimana dia bisa membenci jika melupakan saja dia tidak bisa?

GILANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang