XII - KECEWA

3.7K 232 4
                                    

HAPPY READING
JANGAN LUPA TEKAN BINTANG

TERIMAKASIH 😚

XII – KECEWA

Sabtu malam, dimana malam ini adalah malam panjang. Para remaja pasti selalu menunggu kedatangan malam ini mereka akan membuat rencana seperti masak bersama, makan bersama, jalan dengan gebetan, jalan dengan pacar ataupun jalan-jalan dengan sahabat sambil mengelilingi kota.

Seperti yang dilakukan Gilang malam ini, Gilang akan pergi ke rumah Rara untuk mengutarakan semua isi hatinya. Bahwa Gilang ingin menjalin reuni dengan alumni hatinya dan juga salah satunya untuk melupakan perasaannya terhadap Nova.

Dengan pakaian kaos putih dibalut dengan jaket hitam dan celana hitam panjang. Penampilan Gilang kini sungguh menarik dan terutama menambah karismanya.

Dia menyalakan motor ninja kesayangannya yang ia beri nama 'Dico'. Dico adalah singkatan dari nama tantenya yaitu Dina Colista. Motor ninja itu merupakan hadiah ulangtahun dari tantenya ketika menginjak 17 tahun.

Dengan percaya diri Gilang menuju rumah kediaman Rara yaitu di Perumahan Jalan Mawar No.34. Gilang hafal betul dengan alamat itu karena dulu saat dia masih berpacaran dengan Rara, Gilang sering ke rumahnya walaupun hanya sekedar silahturahmi kepada orangtua Rara.

Sesampainya diperumahan itu mata Gilang tersorot tajam kepada motor ninja yang ia kenali sedang parkir di halaman rumah Rara. Gilang ingin mengathui kebenaran motor itu milik siapa. Gilang mengendap-ngendap dan mata elang nya menangkap Dirga dan Rara yang sedang bergurau ria di bangku teras rumah Rara.

Jadi ini yang lo maksud udah nggak ada hubungan lagi? batin Gilang

Gilang tidak bisa menahan amarahnya ternyata gadis yang selama ini ia percayai berbohong padanya, tanpa sadar tangan kanan Gilang telah mengepal dan Gilang langsung menghampiri dua insan yang tengah berbahagia itu.
Rara terkejut bukan main karena Gilang sekarang kini ada dihadapannya berbeda dengan Dirga yang tersenyum evil ketika melihat Gilang. 

''Jadi ini yang lo maksud udah nggak ada hubungan lagi?!" bentak Gilang dengan emosi pada Rara. Lelaki itu terlihat menggertakan gigi nya untuk menahan emosi. Rara hanya diam dan terkejut karena ini pertama kalinya dia melihat Gilang murka.

"Eh, eh maksudnya apa? Lo gak usah kasar-kasar sama cewek gue!" bentak Dirga membela Rara.

"Jadi lo masih ada hubungan sama Rara?" tanya Gilang dengan sinis pada Dirga.

Dirga tertawa lepas. "Gue? Sama Rara? Ya masih lah! Gue serius sama dia.”

Gilang diam setelah mendengar ucapan Dirga ternyata gadis yang selama ini ia jaga telah melukai hatinya. Gilang sedikit melirik pada Rara yang diam-diam air matanya terjatuh. Rara mencintai keduanya. Gilang dan juga Dirga.

Gilang pikir gadis yang ada dihadapannya ini akan memberikan penjelasan kepadanya bahwa yang di katakan Dirga itu tidak benar. Namun nihil gadis itu masih saja diam.

"Gue kecewa sama lo" ujar Gilang dengan nada yang rapuh lalu meninggalkan ke dua insan itu.

"Gilang!" panggil Rara disertai suara tangisannya. 

Gilang sebenarnya ingin sekali menengok dan melihat gadis itu untuk terakhir kalinya tapi niat itu dia urungkan kembali dan segera  berjalan cepat keluar dari perumahan rumah Rara.

Sesampainya dirumah, Gilang secara cepat mamasuki kamarnya dan segera merebahkan tubuhnya. Keadaan hati nya hancur mengingat kejadian tadi.
Rara? Gadis yang telah melukainya dua kali

“Lo udah nyakitin gue untuk kedua kalinya Ra dan betapa  bodohnya gue selalu percaya sama lo” Gilang bergumam sambil menatap foto Rara yang ia genggam lalu membuang nya ke lantai.

Gilang mengacak- acak rambutnya dengan geram mungkin jika dia seorang gadis, Gilang pasti akan menangis.

Gilang memutuskan untuk menutup matanya untuk menenangkan pikirannya berharap dia akan rileks namun sial bayang-bayang Rara menganggu nya. 

Drrrttttt drrrrttt
Suara panggilan telepon

Gilang segera mengambil teleponnya dan melihatnya.

Rara calling you

Gilang menatap layar posel nya dengan muak. Tanpa pikir panjang Gilang langsung membanting ponsel nya ke lantai dan membuat ponsel ber merk apel di gigit itu hancur.

"Argh" Gilang menggeram lalu menyembunyikan kepalanya pada bantal.

Disisi lain Gisel sedang merenung, ia bingung haruskah dirinya masih memperjuangkan Gilang? Atau berhenti disini lalu membuka hati untuk laki-laki lain? Entah kenapa ucapan Revan selalu tergiang pada telinganya. 

"Lo itu perempuan! Seharusnya lo yang diperjuangin bukan malah balik merjuangin!"

"Gilang itu sama sekali ngga ada perasaan sama lo."

"Lo itu nggak beda jauh sama pengemis cinta."

"Gue bukan pengemis Cinta!" teriak Gisel dengan geram mengingat kalimat terakhir yang diucapkan Revan.

"Gisel! Kamu kenapa?" teriak seseorang yang berada dibawah tentunya itu adalah Mama Gisel.

"Gapapa Ma" teriak Gisel yang masih berada di dalam kamarnya.

"Mulai saat ini! Gue berhenti perjuangin Gilang! Gue berhenti ngarepin dia! Gue bakal buka hati gue buat cowok lain! Gue nggak mau selamanya kayak gini!"

Gisel mulai membaringkan tubuhnya pada kasur yang berada di kamarnya sambil membayangkan kejadian lalu yang lalui bersama Gilang.

Gilang memang belum pernah membuat Gisel bahagia. Dia hanya bisa menyakiti perasaan Gisel. Gisel tau diri, dia hanya merupakan butiran kristal es yang gampang mencair dan tidak terlihat.

Kejadian dua tahun yang lalu ketika Gisel diam-diam memberikan botol minum pada Aldo ketika Gilang latihan basket. Gisel ingat betul dengan apa yang Gilang lakukan kala itu.

"Lang nih anak kelas 10 IPA 1 ada yang ngasih minuman" seru Aldo sambil mengangkat minuman tersebut dan minuman itu dari Gisel.

"Buang aja Do. Lagian Rara udah ngasih minuman ke gue" sahut Gilang yang masih fokus dengan bola basket nya.

Gisel tersenyum kecut ketika mengingat kejadian itu. Bahkan bukan itu saja, beberapa hadiah yang diberikan oleh Gisel pasti berakhir ditempat sampah.

------------------------------------------
JANGAN LUPA TINGGAL KAN JEJAK

Tbc

GILANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang