MLB (5)

14.4K 1.1K 2
                                    

Prilly berjalan sambil menunduk menendang kerikil kecil di jalan. Ia terdiam sesekali menghela nafas.

Tasya meninggalkannya begitu saja saat mendengar ia tak mau pulang dulu dan ingin berjalan. Sekarang yang ia lakukan adalah memikirkan omongan yang dikatakan oleh pengosip ditoilet tadi.

Dia udah berani deketin Ali, berarti berurusan sama gue, dari dulu Ali sama gue, dia berubah pun karena gue.

"Huh, siapa mereka?"

"Kenapa Alien berubah karena dia?"

"Jadi mereka yang membuat ketampanan Alien tak terpancar dengan baik?"

"Huh, mereka ga tau apa, ketampanan Alien ketutup dengan kacamata jadinya kurang memancarkan cahaya terang, apalagi kalau dia lagi jadi Alien kutub."

Prilly terhenti. berbicara saat melihat Ali turun dari angkot. "Oh, jadi rumah si Alien sekitar sini."

Prilly tersenyum memikirkan ide usilnya. "Aku harus tahu rumah Alien."

Prilly berjalan berlahan mengikuti Ali. Sedangkan Ali menyadari Prilly mengikutinya saat ia turun dari angkutan umum melihat Prilly yang begitu mencolok mendekatinya dengan jarak yang begitu dekat.

Ali tetap bersikap diam seakan tak menyadari hal tersebut. Setelah ia mencapai perumahannya dengan cepat ia berlari ke arah rumahnya. Prilly pun ikut berlari mengikuti Ali yang berlari sampai Ali mencapai pintu rumah dengan cepat pula Prilly menahan pintu rumah Ali menggunakan kakinya.

"Prillyana, ngapain kamu di sini?"

"Ah, ah, tunggu, Alien biarin aku masuk bentar, please!!!" seru Prilly menahan pintu tersebut sekuat ia bisa.

"Nggak, ngapain kamu ikutin, sana gue mau tutup pintu!" seru Ali juga menahan pintu itu agar Prilly tak dapat membukanya.

"Numpang toilet bentar aja," rengek Prilly tak membuat Ali melonggarkan pintu untuk Prilly masuk.

"Nggak pasti  bohong!" seru Ali makin panik menarik pintu tersebut membuat Prilly memekik karena kesakitan.

"Sakit Alien, kejepit kaki, bentar aja ga lama kok," suara Prilly memelas dan akhirnya membuat Ali menyerah ia membuka pintu tersebut.

"Ingat ya, sebentar!" peringatan Ali tak dipedulikan oleh Prilly sama sekali.

Prilly bersorak gembira dan langsung masuk begitu saja. Ali hanya menggelengkan kepala tak paham kelakuan Prilly yang diluar dugaan. Tapi memang Prilly selalu membuat ulah tak terduga.

Prilly berjalan mengitari sofa dan duduk melompat ke sana. "Empuk! Alien kamu orang kaya, rumah kamu gede banget!"

"Nggak biasa aja."

"Huah, emang orang kaya ya, rumah gedongan kayak gini dibilang biasa aja, tapi kok mobilnya ga pernah dipake, ada motor juga lagi!"

Ali hanya terdiam dan sibuk membaca koran di rumahnya. "Alien, kenapa??"

"Alien!" panggil Prilly sekali lagi.

"Apa!" seru Ali kesal sambil menutup korannya.

"Oh, jadi, Alien ngambek, sesuai janji kok, bentaran doank habis itu balik," ucap Prilly santai.

"Eh pagar depan belum ditutup, bahaya Alien!" seru Prilly cepat.

"Kamu bentar kan, berarti kamu pulang lalu kamu tutup pagar."

"Jahat banget sih, Alien tinggal sendiri, kok sepi?" ucap Prilly segera berdiri mengalihkan pembicaraan agar Ali tak membahas dirinya.

"Ada bibi kok, tapi sekarang libur jadi sendirian," Prilly hanya bisa mengangguk angguk kan kepala pertanda ia mengerti.

My Lovely Boy (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang