MLB (10)

14.3K 1K 17
                                    

Ali memegang dadanya, sudah sangat lama ia tak merasakan perasaan ini. Senyuman itu kembali melintas di dalam pikirannya. Tawanya bahkan terngiang-ngiang didalam pikiran Ali.

"Sebenarnya gue ini kenapa?" Ali mengetuk ngetuk kepalanya ke meja.

Senyum itu kembali muncul dalam pikirannya. Perasaan hangat itu kembali datang. "Gue jatuh cinta sama mulut rusuh Prillyana?" Ali kembali menggeleng tak percaya.

"Gue hanya terbawa suasana, terlalu sering sama dia," Ali kembali mengangguk.

Pintu rumah terbuka membuat Ali terdiam. Ia mengenali langkah kaki itu.

"Ali, kamu udah pulang sekolah?" suara itu mendekat membuat Ali berdecak.

"Ck, Masih ingat pulang?"

"Jaga bicaramu Ali, papa ngomong sama kamu sekarang."

"Papa, jangan membuat Ali tertawa, papa, masih ingat punya anak?"

"Ali," bentakkan papanya tak membuat Ali takut.

"Papa yang buat bunda pergi, kalau papa ga sibuk bunda pasti ga akan pergi, bunda ga akan ingkar janji!"

Tamparan panas melayang ke pipi kiri Ali. "Kamu harus sadar, bunda ga pernah ingkar janji, itu jalan satu-satunya agar ia tenang," Ali terdiam memegang pipinya yang panas.

"Demi wanita lain, papa bunuh bunda," ucapan Ali yang penuh tuduhan membuat Papanya kian marah.

"Dia asisten papa, kamu harus paham, sekarang papa tidak ada yang mengurus, ia yang menyiapi semua," perasaan Ali memanas mendengar penjelasan papanya.

"Sudah 6 tahun berlalu kamu harus bisa rela melepas bunda," Ali berjalan masuk ke dalam kamarnya tak mau mendengar teriakan papanya yang masih memanggilnya.

Ali membanting pintu kesal. Ia bersandar di pintu. Merasakan perasaan yang berkecambuk membuat ia pusing.

"Bunda ga akan tinggalin kamu."

"bunda janji sama Ali ya, Ali pasti ga akan bisa hidup berdua sama papa."

"Kenapa sayang, papa sayang kok sama kamu."

"Ehm, papa kaku bun, Ali ga suka berdebat sama papa."

"Kamu ini, papa itu sama kayak kamu."

"Pokoknya bunda harus janji sama Ali. "

"Janji apa?"

"Nggak akan pernah tinggalin Ali."

Percakapan itu kembali muncul membuat perasaan Ali kembali panas. Mata Ali memanas ia tak yakin bisa bertemu papanya kembali besok di meja makan. Perdebatan segit pasti akan kembali muncul. Ia terlalu malas bertemu karena pasti pembahasan itu yang akan mulai lagi dibicarakan.

***

Kepala Ali masih berdenyut dari semalam, ia tidak bisa tidur bahkan pagi-pagi ia sudah di sekolah menghindari papanya. Ali masih mengetukkan pulpen ke kepalanya.

"Alien sakit, mukanya pucat?"

Ali membuka matanya menatap gadis dihadapannya.

"Kenapa, aku cantik banget hari ini? emang aku cantik banget sih," Ali mendengus geli.

"Sudah, kamu jangan membuat aku memarahimu, kamu akan lari lagi, jika hari ini aku marah," Prilly tersenyum langsung duduk menuruti Ali.

"Aku ga takut sama Ali, aku takut sama guru," Prilly berbisik tepat ditelinga Ali membuat Ali menggeleng tak paham.

My Lovely Boy (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang