MLB (11)

13.8K 1K 11
                                    

Prilly mengendap endap masuk ke dalam kelas, kemudian duduk disebelah Tasya. Tasya mengernyit bingung melihat Prilly yang memakai kacamata bahkan scraf untuk menutupi wajahnya.

"Ngapain lo duduk di sini dan ngapain lo dandan kayak tante tante gincar berondong gini," ucap Tasya membuka scarf yang menutup wajah Prilly.

"Ih, jangan dibuka, bahaya!"

"Bahaya apaan?"

"Gue ga mau ketemu Alien, gue malu, tercoreng sudah kehormatan gue didepan dia," ucap Prilly membuat Tasya malas.

"Eh, emang lo pernah, terhormat didepan dia, perasaan lo mulu yang ngejar," ucap Tasya yang langsung mendapatkan toyoran dari Prilly.

"Lo jadi sahabat ga bisa muji ya?"

"Ya, emang lo ngapain?"

"Gue ga sengaja ambil buku, nah bukunya itu cara jitu mendapat pacar, kan gue malu berasa ga laku gitu kan gue," ucap Prilly frustasi.

"Ya, lo tinggal bilang aja, itu emang punya lo karena dapatin Alien susah plus lo kan emang ga laku, emang lo pernah pacaran?" Tasya terkikik sedangkan Prilly sudah kesal bukan main.

"Lo itu menghibur atau menghina gue sih, salah nih gue punya sahabat kayak lo!" seru Prilly tak terima.

"Yaudah sana balik ke meja Ali," sengit Tasya.

"Jangan gitu donk, sya, nanti gue jodohin sama Rassya, gimana oke kan?" seru Prilly semangat.

"Eh, lo suka sama Rassya?" pekik Tasya tiba tiba membuat Prilly terkejut.

"Lo ngomong apa sih?" tanya Prilly heran.

"Alien mau disimpan ke mana?" tanya Tasya heboh membuat Prilly makin mengernyit bingung.

Ali yang masuk ke dalam kelas terkejut dengan pekikkan Tasya. Apalagi mendengar ucapan Tasya yang terdengar tidak masuk akal. Prilly menyukai Rassya.

"Tasya, tolong jangan teriak, ini kelas, bukan hutan," ucap Ali saat melewati meja mereka untuk menuju bangkunya.

"Hihi, maaf, ga sengaja," cengir Tasya.

Prilly memucat mendengar suara tersebut. Tasya benar-benar mengerjainya, bagaimana kalau Ali salah paham, walau itu tak mungkin tapi boleh kan ia berharap?

"Oi, pindah," tepukan Oscar membuat Prilly kesal.

"Apa sih, jangan pegang belum muhrim!" ketus Prilly sebal sambil berdiri.

"Idih, halalin lo minta Ali noh, sono," sergah Oscar kesal.

"Pokoknya fix maksimal banget parah gue sebel sama kalian berdua!" gerutu Prilly menghentakkan kakinya sebal. Ia melepas kacamata dan scarf yang melilit lehernya.

"Lebay!" seru Tasya dan Oscar bersamaan.

"Ih!" Prilly memukul lengan Oscar sebal.

"Buset dah, baru juga masuk, udah apes aja gue," gumam Oscar bisa didengar Prilly tapi tak dipedulikan ia menggerutu sambil berjalan ke bangkunya.

Ali mengernyit bingung melihat wajah Prilly yang cemberut. Prilly langsung duduk tanpa menoleh atau menyapa Ali.

"Kenapa marahan sama Rassya?" tanya Ali jutek, sebenarnya ia ingin bertanya baik-baik tapi malah terdengar sinis.

Prilly menoleh antara bahagia dan masih malu mengingat kejadian kemarin. "Ehm, Rassya, kok Rassya?"

"Eh, lupakan anggap gue ga pernah tanya," ucap Ali kesal.

My Lovely Boy (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang