MLB (9)

13.9K 1.1K 3
                                    

Prilly tengah berdiri didepan tiang bendera dengan terik matahari yang tepat diatas kepalanya. Prilly kembali mengelap wajahnya yang berkeringat dengan punggung tangannya.

"Alien, kamu masuk duluan ke kelas ya," Prilly langsung berlalu pergi meninggalkan Ali ketika sudah sampai di depan pintu kelas.

"Eh, lo, gara-gara lo baju gue kotor," Kezia menarik Prilly cepat saat ia melewati koridor.

"Sekarang lo juga harus sama kotornya," Kezia mengambil ember yang berisi air kotor dan tanpa diduga langsung menyiram tapi tak mengenai Prilly karena ia langsung menghindar.

Kezia terkejut langsung kabur ketika melihat siapa yang terkena air motor itu. "Ibu Maia?"

"Prilly, kamu sengaja menyiram ibu ya?"

"Bu.. bukan saya bu, saya hanya berdiri di sini," Prilly panik mendekati Bu Maia.

"Kamu jangan mengelak, saya hukum kamu berdiri lapangan, kamu belum boleh istirahat sampai saya datang!"

"Tapi bu!"

"Cepat Prillyana!" teriak Bu Maia membuat Prilly langsung berlari ke lapangan.

Prilly menghela nafas mengingat kejadian tersebut. Kezia berhasil membalasnya walau tak terkena air kotor tapi badannya yang berkeringat sudah lebih dari kotor.

Sinar matahari tiba-tiba saja tertutup membuat Prilly menoleh. Ia tak bisa melihat siapa yang berada disebelahnya karena silau matahari membuat orang tersebut gelap. Kepalanya mendadak pening setelah ia menengadah. Kapan Bu Maia akan datang, jika terus seperti ini dipastikan ia akan pingsan mengingat penyakit darah rendahnya.

Prilly mulai memijit pelipisnya merasakan nyeri. Suara seseorang yang menahan tubuh Prilly tak begitu jelas terdengar, sakit dikepalanya tak bisa ditahan, pandangannya pun menggelap dan ia hilang kesadaran.

***

Ali duduk dikelas, pikirannya kembali ke kejadian yang baru saja ia lihat, di mana ia akan menolong Prilly dengan memayunginya tapi yang ia lihat Rassya sedang di sana dan keduanya sedang saling menatap.

Mengapa ia harus kesal dan marah? Mengapa ia langsung pergi ketika melihat hal tersebut.

"Ali, gaswat, gaswat!" seru Oscar panik dan menggembrak meja hampir saja ia terjengkang jika tidak berpegang pada meja.

"Lo kenapa sih, habis makan petasan makanya berisik banget?" sembur Ali kesal karena kaget melihat kelakuan Oscar.

"Ali sayang, lo harus tahu keadaan anak ayam!"

"Ish, najis lo!" Ali mendelik geli melihat Oscar.

"Alien Kutub, si anak ayam..."

Ali memandang Oscar malas langsung memotong omongannya. "Lagi dihukum kan?"

"Itu mah basi!" seru Oscar lagi membuat Ali menautkan alisnya.

"Anak ayam di bawa ke rumah sakit!" seru Oscar panik. Ali terdiam ia tak percaya gadis seperti Prillyana bisa masuk rumah sakit.

"Jangan bercanda, Oscar, gue ga suka candaan lo kali ini," desis Ali.

"Sumpah, gue ga mungkin bercanda kalau gini, dia di bawa sama Rassya ke sana," sahut Oscar cepat.

Jantung Ali terasa tercubit seketika. Bukan karena Rassya yang ia dengar membawa Prilly, tapi bagaimana keadaan Prilly sekarang. Rasanya aliran darahnya ke otak tak lagi jalan. Ia hanya terdiam dikursi.

"Oi, induk ayam, ayo kerumah sakit!" Oscar menarik paksa Ali berdiri, Ali menerima tarikan tersebut tapi pikirannya sudah melayang memikirkan keadaan Prillyana.

My Lovely Boy (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang