“Apa yang kau bawa?”
Sehun langsung bertanya begitu Sena sampai di dapur. Laki-laki itu mendekat pada Sena yang berdiri jauh dari tempat yang tadi mereka tempati.
Sena mengendik acuh, melempar pelan kotak yang ia bawa secara asal ke arah meja makan di dekatnya. “Hanya kotak aneh dengan kartu ucapan tanpa tanda pengenal.”
Laki-laki itu ber-oh panjang. Kemudian mendekat pada kotak di atas meja itu, menyentuh dan hampir membukanya sebelum Sena memanggil namanya.
“Bisa tolong ambilkan piring di sana?” Sena menunjuk pada pantry di belakangnya. Sehun hanya mengangguk sambil melangkah mengambil piring di dalam pantry. Kemudian meletakannya di dekat Sena.
Sena berkutat dengan adonan kedua yang dia buat. Kedua manik hitamnya tampak fokus dengan wajah cantik yang ikut serius.
Dari sisi kiri ini, Sehun bisa melihat raut wajah yang dulunya sering gadis ini tunjukkan pada siapa saja.
Kalau mengingat waktu dulu, Sehun merasa bahwa bulan-bulan pertama keterlibatan dirinya dan Sena di kehidupan ini mulai meningkat. Ekspresi wajah inilah yang menjadi kesukaan Sehun.
Sena akan terlihat begitu indah dengan pokerface nya itu. Daya tariknya adalah disana. Bagaimana dia menyembunyikan senyumnya dari semua orang. Bagaimana dia menyembunyikan rasa sakit yang besar dengan wajah dinginnya. Gadis itu terlihat begitu hebat dan kuat. Sehun suka saat melihatnya, meskipun dulu ia mati-matian menyangkal hatinya yang senang saat menatap wajah dingin itu.
“Berhenti menatapku, kau membuatku risih” ucap Sena menyadarkan Sehun.
Laki-laki itu mengerjap cepat dan menegakkan tubuhnya. Sebelum bersandar pada counter bar dapur yang tengah dipakai Sena. “Risih atau gerogi?” goda Sehun dengan senyum jenakanya. Sudut bibirnya terangkat membentuk smirk licik yang bisa Sena lihat dari ekor matanya.
Jujur, gugup adalah jawaban yang tepat.
Jantungnya berdegup tidak Sehat dengan tatapan intens Sehun yang menatap lurus padanya.
Tapi Sena tidak mau mengakuinya. Dia tidak bisa membiarkan pipinya memerah seperti tomat dan di permalukan di depan laki-laki berdagu lancip ini.
Dan hasilnya hanya satu dengusan keras lah yang menjadi jawaban Sena. Sehun hanya tertawa kecil sebelum beranjak ke arah lemari es untuk mengambil sebotol air minum, kemudian menenggaknya.
“Apa tidak ada yang bisa aku bantu lagi?”
Sena berhenti sejenak, menimbang dan berpikir apa ada yang bisa laki-laki itu lakukan. “Tanya saja pada Mama, mungkin dia butuh sesuatu” hanya itu yang diucapkannya.
Pada intinya, Sehun menangkap arti bahwa Sena tidak butuh bantuan darinya. Yasudah kalau begitu. Sehun hanya mengendik dan berjalan menuju Hara dan juga dua pria yang sejak tadi tak kunjung beranjak dari tempat mereka duduk sebelumnya. Bahkan bawang bombai yang tadinya tergeletak acuh di hadapan mereka, kini berganti berbagai macam sayuran, terutama kubis yang super besar.
“Bibi, apa ada yang bisa ku bantu?” tanya Sehun. Dia berjongkok tepat di depan Hara yang sibuk memotong kubis-kubis itu menjadi potongan kecil. Entah apa yang akan di masak wanita paruh baya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
inside out || sehun [re-pub]✔️
FanfictionSena benci Sehun karena berani menciumnya di depan publik hanya untuk sebuah taruhan bodoh. Sena benci Sehun yang memaksanya untuk menjadi pacar hanya karena satu rahasia yang laki-laki itu temukan di buku diary nya. Dan Sena membenci Sehun karena t...