Sabtu sore bersama hembusan angin sepoi yang sejuk, warna senja diujung cakrawalan menjadi lukisan terindah di depan mata setiap orang yang masih sibuk beraktivitas dengan pekerjaan mereka.
Yoon Sena baru saja sampai di depan gedung tempat les nya ketika jam di pergelangan tangan kirinya menunjukkan pukul empat sore. Setengah jam lebih cepat dari jam dimulainya les.
Gadis itu melangkahkan kakinya memasuki gedung, dengan langkah lembut dan pelan. Wajahnya menunjukkan mimik biasa, bukan seperti wajah angkuh yang selalu ia pasang. Menghentikan langkahnya ketika ia sampai di kelas yang biasa ia pakai.
Gadis itu membuka pintu geser kelas, hendak berjalan masuk tapi tertahan ketika netranya mendapati sesosok manusia berkulit putih pucat itu, surai hitam legam yang terbungkus topi beani rajut berwarna abu-abu dengan tulisan OSH di bagian depannya. Yeah, tentu sudah jelas dari inisial topinya, manusia itu, Oh Sehun.
Tengah duduk tenang bersandar pada kursi yang ia duduki, matanya terpejam, sepasang earphone melekat di kupingnya, dan wajahnya terlihat begitu tenang.
Sena masih berdiri di tempatnya, mematung dengan wajah yang tidak lagi biasa, sekarang bisa dibilang wajah Sena sedikit...tegang. Melihat Sehun sudah berada diruangan itu, dia orang tidur sambil duduk.
Entah kenapa Sena merasa gugup sendiri. Jantungnya berpacu agak lebih cepat.
Tapi sedetik kemudian, gadis itu menggeleng cepat, tanpa ambil pusing gadis itu mencoba bersikap acuh tak acuh, tidak peduli dengan keberadaan Sehun ia berjalan masuk kedalam kelas dan mendudukkan diri di bangku paling depan yang biasanya ia duduki.
"Kau ini benar-benar... tidak bisa ya kau menyapa pacarmu ini?" Sena hampir terlonjak kaget jika dia tidak sempat mengendalikan diri. Mendengar suara Sehun yang terdengar tiba-tiba.
Gadis itu menolehkan kepalanya, menatap sinis pada Sehun yang entah sejak kapan sudah berdiri tepat di sampingnya. "Aku tidak peduli denganmu." ketus Sena.
Sehun menyeringai kecil, "wah... susah sekali membuatmu bersikap baik padaku ya. Padahal aku sudah rela ikut les di tempat yang sama denganmu lho"
"Aku tidak minta kau melakukannya" Sena berpaling.
Sehun menarik satu kursi di sampingnya dan duduk tepat di sisi gadis itu. "Jujur saja, apa sih masalahmu?"
"Serius, Kau masih bertanya?" Gadis itu bertanya retoris, dahinya berkerut aneh. Sehun mengangguk. "Kau! masalahku adalah kau! Tidak tahu?"
Tidak mengangguk ataupun menggeleng, Sehun justru menyipitkan matanya menatap Sena dengan tatapan heran, oh, Sena tahu apa yang ada di kepala Sehun sekarang ini.
"Kenapa aku jadi masalahmu?" laki-laki itu bertanya, sama persis dengan apa yang sudah Sena duga.
Merasa sia-sia saja jika dia menjawab pertanyaan Sehun, karena sampai kapanpun. Setiap pertanyaan Sehun yang terjawab oleh Sena akan menciptakan pertanyaan baru. Dan berbicara lama dengan Oh Sehun adalah hal yang paling Sena benci, setidaknya untuk sekarang ini.
"Karena kau Oh Sehun!" jawab Sena asal. Ia kemudian mengabaikan Sehun, bahkan ketika pria itu terus memberondonginya pertanyaan yang seolah tidak ada habisnya. Gadis itu tetap menghiraukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
inside out || sehun [re-pub]✔️
Fiksi PenggemarSena benci Sehun karena berani menciumnya di depan publik hanya untuk sebuah taruhan bodoh. Sena benci Sehun yang memaksanya untuk menjadi pacar hanya karena satu rahasia yang laki-laki itu temukan di buku diary nya. Dan Sena membenci Sehun karena t...