“Ngomong-ngomong. Aku lupa tanya, kau itu pernah berada di satu panti dengan Sena kan?”
Sepasang mata dibalik kaca mata itu menatap lekat pada Yubin yang langsung mematung seketika saat Nami bertanya.
“Aku tidak mengerti apa maksudmu.” Yubin berucap cepat. Mencoba untuk terlihat acuh, tapi gadis kacamata itu tahu. Dia memang tidak punya kelebihan untuk menarik perhatian seseorang, tapi dia punya kelebihan pada otaknya yang bisa dikatakan cukup cerdas memahami gerak wajah seseorang.
Terutama Yubin yang sudah menjadi teman sekelasnya sejak kelas 10 SMA. Nami tahu kalau Yubin hanya mencoba mengelaknya.
“Kau dulu pernah bilang padaku begitu. Kalian dari panti asuhan yang sama, di Daegu kan?”
Dan kali ini, Yubin hampir tidak bisa menyembunyikan wajah pucatnya.
Dia pernah mengatakan itu padanya?
“Yubin-ssi”
“Sudah kubilang aku tidak mengerti apa maksudmu!” Yubin menggeram dengan wajah marah. Dia memang terkejut Nami bertanya hal itu, gugup tentu datang pada dirinya.
Tapi dia adalah Yubin, dia tahu benar bagaimana mengontrol dirinya untuk terlihat seperti dirinya yang biasa. Yang anggun dan disukai banyak orang, yang akan kesal pada Nami kalau dia tidak suka pertanyaan yang gadis itu lontarkan.
Dan seketika itu pula Nami kembali bungkam. Selalu begitu, dia selalu tidak bisa berkata apapun saat Yubin sudah menunjukkan ekspresi dan geraman kesal seperti itu. Memang apa salahnya? Dia hanya penasaran.
Sementara Yubin berkutat pada pikirannya. Bagaimana dia tahu? Yibin bahkan tidak pernah merasa bahwa dia pernah mengatakan hal semacam itu.
Bagaimana bisa Ryu Nami tahu..
Kalau dia juga berasal dari panti asuhan yang sama dengan Sena?
Yubin menghela napas berat. Kedua tangannya mengepal keras. Dia tidak akan mengerti dan tahu jawabannya kalau pertanyaan itu hanya terlontar dalam pikirannya saja.
Tapi yang terpenting, Nami tidak tau siapa dia sebenranya saat di panti asuhan dulu.
Itu lebih dari cukup untuk Yubin membiarkan Nami. Gadis itu tidak perlu memikirkan bagaimana menyingkirkan Nami dengan cara apapun, selama gadis itu tidak mengetahui kebenaran yang utama.
Bahwa dialah Yoon Sena yang sebenarnya.
***
Orang bilang antara benci dan cinta itu tidak ada bedanya. Kau bisa bersikap seolah kau mencintai orang yang kau benci. Dan kau juga bisa bertingkah sebaliknya.
Dan orang juga bilang jangan terlalu membenci seseorang karena kau bisa saja berubah jadi jatuh cinta padanya.
Dan faktanya Sehun melakukan hal itu. Dulu laki-laki itu bersikap seolah dia menyukai Sena, padahal nyatanya dia tidak. Dia terlalu membenci Sena untuk suatu kejahatan yang bahkan tidak Sena lakukan padanya. Meskipun itu tetap menyakitkan untuk Sehun rasakan, Seharusnya Sehun tidak membenci Sena sebesar itu.
Karena pada akhirnya dia hanya jatuh cinta pada gadis itu. Seperti ini.
Seperti orang bodoh yang bahkan terus merindukannya ketika sosoknya ada dihadapan Sehun sendiri.
“Berhenti menatapku seperti itu!” ucap Sena tanpa beralih dari nampan makanannya.
Sehun tersentak kecil, kedua kelopak matanya bergerak cepat sembari menegakkan tubuhnya. Kemudian ia bersandar maju, bertumpu dagu dan kembali menatap Sena dengan tatapan memuja. “Bagaimana bisa aku berhenti menatap pacar secantik dirimu?”
klang!
Sena menjatuhkan sendok makannya. Kemudian menatap Sehun jengah, “berhenti menggodaku! Kau sudah melakukan hal itu sejak pagi tadi! Basi tau!” geramnya kemudian melanjutkan makan siangnya.
Sehun hanya tertawa seperti orang bodoh.
Dia sudah melakukan hal itu sejak pagi. Menggoda Sena, pergi kemanapun Sena pergi. Dia bahkan rela bertukar tempat duduk agar bisa berada dekat dengan Sena.
“Ah! Dan aku bukan pacarmu!” tambahnya saat mengingat ucapan Sehun tadi.
Laki-laki itu menghela napas seketika. Kemarin dia masih terlihat lemah didepannya, kemudian pipinya akan merona saat Sehun menggodanya. Tapi sekarang? Dia kembali menjadi Sena yang menyebalkan. Dan itu hanya berlaku pada Sehun.
Well, Sebenarnya tidak. Sena sudah bisa kok bersikap baik. Hanya saja gadis itu terlanjut jengah karena sehun tak berhenti melakukan hal itu;menggoda, dan mengekorinya sejak pagi tadi.
“Aku sakit hati kau mengatakan itu!” keluh Sehun sambil memegang dadanya. Seolah sesuatu yang tajam menusuknya dan membuatnya sakit.
Menjijikkan!
“Ya! Kubilang berhenti!” dan kali ini Sena rela menghentikan acara makan siangnya yang bahkan belum habis setengah. “Stop bertingkah menjijikkan begitu! Kau tidak tau bagaimana wajahmu saat melakukannya, kan?”
“Memangnya bagaimana wajahku?” tanya Sehun denga cengiran diwajahnya.
Mungkin jika gadis lain yang melihatnya, terutama para fans Sehun—yang entah masih ada atau tidak, mereka akan tersipu melihatnya. Tentu saja karena Sehun terlihat tampan.
Tapi kalau Sena yang melihanya, yah, mungkin Sena akan tersipu juga kalau bukan hari ini.
“Menjijikkan!” balasnya yang seketika membuat cengiran diwajah Sehun memudar.
“Aish! Tidak bisa ya kau tidak sejahat itu padaku? Kau ini benar-benar..”
Sena tidak peduli, dia hanya menjulurkan lidah mengejek Sehun. kemudian beranjak dengan nampan di tangannya.
“Mau kemana kau? Kau belum menghabiskan makan siangmu!” cegat Sehun.
“Aku sudah kenyang dengan rayuanmu yang murahan tadi” ucapnya sambil lalu.
Sehun mendecak dibelakang, kemudian terkekeh dan mengejar Sena. “Ya! bilang saja kau malu karena banyak orang melihatnya” ucap Sehun sambil merangkul bahu Sena.
“Menjauh dariku!” hardik Sena seraya mencoba menjauhkan tangan Sehun dari pundaknya, “dan bawa nampanmu juga, bodoh!”
Sehun sama sekali tidak menghiraukannya, dia terus merangkul dan berjalan mengikuti Sena. Peduli setan dengan nampan makan siangnya. Toh dari dulu sehun memang tidak pernah membawa pergi nampan makanan setelah ia selesai dengan makan siangnya.
Tawa Sehun dan gerutuan Sena menjadi hal biasa disana. Mereka yang awalnya selalu melihat kearah mereka dengan curiga, bisikan-bisikan yang sarat dengan kecemburuan. Kini tak terdengar lagi.
Tinggal satu. Yang membenci setiap kebersamaan dua makhluk itu.
Yubin menggenggam erat sumpit kayu dalam tangannya. Sementara netranya tertuju pada dua punggung itu.
Dia marah.
Kenapa Sena selalu berakhir mendapatkan segalanya?
Bahkan Yubin yang bekerja keras untuk membuatnya jatuh sesakit-sakitnya pun, harus melihat gadis palsu itu bahagia kembali.
Sebenarnya kesalahan apa yang dia lakukan di kehidupan sebelumnya hingga ia harus hidup semenyedihkan ini?
“Kau membuatku ribuan kali lipat membencimu, Ryu Sena! Aku benci padamu.”
Dan bunyi 'klek' yang cukup keras itu terdengar begitu Yubin mengucapkan kalimat kebenciannya. Bunyi yang berasal dari sumpit kayu ditangannya terbelah menjadi dua.
Bahkan sumpit malang itu pun tidak cukup untuk meredakan emosi yang meledak dalam dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
inside out || sehun [re-pub]✔️
FanficSena benci Sehun karena berani menciumnya di depan publik hanya untuk sebuah taruhan bodoh. Sena benci Sehun yang memaksanya untuk menjadi pacar hanya karena satu rahasia yang laki-laki itu temukan di buku diary nya. Dan Sena membenci Sehun karena t...