Sena segera mendorong tubuh Sehun menjauh ketika kesadarannya sudah sepenuhnya kembali. Menatap cowok itu dengan tatapan paling tajam yang ia punya. "Beraninya kau..." gadis itu menggeram, mengusap bibirnya kasar menggunakan punggung tangan.
Sementara laki-laki itu hanya terkekeh ditempatnya.
Dasar brengsek!
Sehun kembali duduk di atas tanah sembari mengusap permukaan bibirnya dengan ibu jari. Tatapannya terus tertuju pada Sena, tidak sekalipun berniat melepaskan. Tatapan tanpa penyesalan yang membuat kemarahan Sena semakin memuncak diubun kepala.
Bahkan, ketika sepasang mata itu mulai dipenuhi dengan cairan likuid bening. Sehun tak lantas menurunkan tatapannya. Tak ada raut menyesal.
"Beraninya kau melakukannya lagi, Brengsek! Kau pikir apa yang kau lakukan, hah?!"
"Apa yang kulakukan? Tentu saja memberimu jawaban atas pertanyaanmu." cowok itu tersenyum, memuakkan.
"Apa?"
Sehun tertawa kecil. Menundukkan kepalanya mencoba menyembunyikan wajah gelinya saat melihat Sena. Tapi tak bertahan lama, ia kembali mendongak dan menatap tepat di mata Sena lagi. "Jawaban dari pertanyaanmu itu, kenapa aku menciummu? Karena aku suka bibirmu."
"Apa?!" jawaban itu benar-benar membuat Sena dongkol. Menyukai bibirnya? Alasan konyol macam apa itu!? "Kau memang orang sinting!"
Sena sudah tidak tahan lagi. Ia harus segera menyingkir dari sana.
Gadis itu beranjak dengan cepat. Merapikan bukunya dan melangkah pergi menjauhi Sehun yang tampak terkejut ditempatnya. Sedikit berlari dengan mendekap erat bukunya.
"Ya! Yoon Sena!"
Dan panggilan itu terdengar sangat jelas. Tapi Sena tidak menanggapi. Ia terus berjalan menjauh dari halaman belakang sekolah dengan langkah lebar dan cepat. Sepuluh langkah lagi, ia akan sampai di koridor. Sena merasa sedikit senang untuk itu.
Tapi perasaan lega itu segera lenyap dalam detik berikutnya, ketika tangan kekar Sehun meraih lengannya dengan gerakan kasar. Membuat tumpukan buku dalam pelukannya jatuh berantakan di atas tanah.
"YA!" Sena menyentakkan tangannya dan berhasil menyingkirkan tangan Sehun dari lengannya. Mereka saling berhadapan.
"Kenapa pergi? Aku belum selesai bicara."
Sena diam. Hanya menatap Sehun dengan tatapan bengis yang sejak tadi tak luntur dari wajahnya.
Lihat? Bahkan dia tidak menunjukkan rasa bersalah atau menyesal sedikitpun. Sena sudah menunjukkan wajah paling mengerikan yang dia punya, tapi cowok itu hanya terus mengejarnya. Berkata dengan nada paling tenang yang menyebalkan.
Brengsek!
"Kau marah?"
Dia bertanya, huh?
"Pergilah. Kau benar-benar membuatku muak!"
"Hei... jangan marah begitu, aku hanya bercanda. Yang tadi bukan jawaban sebenarnya. Aku bercanda."
"Aku tidak peduli!" Sena kembali berbalik. Tanpa memungut bukunya dan beberapa benda lain yang terjatuh di atas tanah tadi. Ia berlari kencang. Menghilang dari hadapan Sehun dengan kecepatan kilat.
Menyisakan Sehun yang menatap bayangan Sena dalam diam. Lalu tatapannya jatuh pada beberapa benda yang tergeletak diatas tanah. Laki-laki itu tersenyum.
***
Hari-hari Sena tidak pernah terasa seburuk ini. Tidak bisa konsentrasi saat pelajaran. Tidak bisa menerima materi di dalam kelas dengan benar. Jantungnya tak kunjung berdetak normal dan rasa gelisah tak beralasan terus datang menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
inside out || sehun [re-pub]✔️
FanficSena benci Sehun karena berani menciumnya di depan publik hanya untuk sebuah taruhan bodoh. Sena benci Sehun yang memaksanya untuk menjadi pacar hanya karena satu rahasia yang laki-laki itu temukan di buku diary nya. Dan Sena membenci Sehun karena t...