"Sore, Ma"
Sena melangkah cepat mendekati Hara—Mamanya—yang tengah menyiapkan makan malam di dapur. Berdiri tepat di samping wanita paruh baya itu dengan setelan seragam sekolah yang masih melekat ditubuh rampingnya. Menunjukkan bahwa ia baru saja pulang dari sekolahnya.
Hara menoleh, menatap Sena dengan wajah heran "Sena? Kau sudah pulang? Tidak les?" balas Hara sambil berpaling dan kembali berkutat pada bumbu-bumbu yang sedang diraciknya.
Mendengar itu Sena tersenyum kecut. Melirik singkat jam dinding yang ada di dapur. Baru jam 6 sore, harusnya Sena masih berada di tempat bimbel dan baru pulang jam 7 malam.
"Err, ma?" panggil Sena.
Hara kembali menoleh dan menatap Sena sekilas dengan tatapan bertanya, sebelah alisnya terangkat dengan kedua sudut bibirnya yang terangkat membentuk senyuman. "Ya, sayang? "
Sena diam sesaat, kepalanya menunduk sambil tangan kanannya mengambil brokoli yang belum dipotong Mamanya. Lalu ia mendongak dan menatap Hara dengan tatapan ragu. "boleh tidak kalau aku berhenti ikut bimbel? " lirihnya sambil memainkan brokoli ditangannya.
Mendengar itu membuat Hara berhenti bergerak seketika. Kini wanita paruh baya itu sepenuhnya menghadap ke arah Sena. "Kenapa tiba-tiba? "
Sena menunduk lagi, "Hanya... tiba-tiba ingin berhenti saja." cicit nya dengan nada lirih yang hampir tak terdengar.
"Tiba-tiba?" Hara mengulangi ucapan Sena dengan nada tidak percaya. Oh, tentu saja harus begitu. Hara tentu tahu jika Sena begitu menyukai bimbel yang sudah ia ikuti selama hampir tiga tahun itu. Jadi, permintaan itu sedikit banyak membuat Hara terkejut.
Sena mengangguk.
“Terjadi sesuatu di tempat bimbel ya?”
Sena sedang memotong brokoli ditangannya saat Hara menanyakan hal itu. "Tidak" bohongnya sambil meletakkan potongan brokoli kedalam wadah terdekat.
Diam-diam Sena mengingat hal apa yang membuatnya berniat berhenti ikut bimbel kesukaannya. Sebenarnya, semua itu karena kedatangan sang pengganggu hidup Sena. Siapa lagi kalau bukan Oh Sehun?
Sena tidak tahu bagaimana bisa cowok itu tahu jika dia ikut bimbel disana, yang Sena tahu hanya ia mendapati cowok brengsek itu sudah duduk manis, tepat di sebelah kiri tempat duduk Sena di tempat bimbel.
Bahkan ketika Sena bertanya dengan nada paling sinis yang ia punya dengan kalimat; Kenapa kau ada disini?
Jawaban Sehun benar-benar membuat Sena pengen muntah. Laki-laki itu dengan santainya menjawab "Karena tidak ingin jauh-jauh dari pacar baru" dengan nada suara yang keras dan menjijikkan. Dan sialnya berhasil membuat atensi seluruh peserta bimbel tertuju padanya san Sehun.
"Sayang?" panggilan Hara memaksakan kesadaran Sena yang sempat menghilang. Gadis itu mendongak, menatap Hara disampingnya dengan tatapan yang tidak biasa seperti; memohon?
"Tidak banyak yang terjadi sih, aku hanya bosan belajar terus. Boleh ya, Ma?" pinta Sena, sedikit merengek.
Dan mendengar itu membuat Hara lagi-lagi tidak bisa menahan kernyitan di dahinya, menatap sang putri bungsu dengan tatapan heran yang lebih besar dari sebelumnya. Tapi, Hara juga cukup mengenal Sena. Ia tahu betul putrinya itu bukan tipikal orang yang terbuka, bahkan Sena tidak pernah bercerita apapun tentang sekolah padanya. Ketika berkumpul pun, Sena hanya menyahut seadanya bahkan seperlunya. Kalau ia punya permintaan, tak pernah sekalipun basa-basi, langsung pada poinnya.
Dan Hara pikir, mungkin sudah terjadi sesuatu yang tidak biasa sampai Sena minta berhenti ikut bimbel. Dan mungkin juga, putrinya itu belum siap untuk berbagi. Jadi setelahnya, Hara hanya menghela napas berat. Ikut berkutat lagi pada bumbu dapur yang tadi sempat dihiraukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
inside out || sehun [re-pub]✔️
Fiksi PenggemarSena benci Sehun karena berani menciumnya di depan publik hanya untuk sebuah taruhan bodoh. Sena benci Sehun yang memaksanya untuk menjadi pacar hanya karena satu rahasia yang laki-laki itu temukan di buku diary nya. Dan Sena membenci Sehun karena t...