“Oh Sehun-ssi?”
Laki-laki itu berhenti dan menoleh pada Sena yang masih duduk di tempat yang sama. Hujan yang turun sudah reda. Hanya ada sisa rintik yang jatuh dari dri daun-daun pohon.
Dengan tatapan berbinar dan senyum kecil di wajahnya. Sehun mendengarkan ucapan Sena.
“Kita ini.. teman kan?”
Sehun terdiam sesaat. Terpaku ditempatnya. Perlahan senyumnya memudar. Wajah berbinar itu itu meredup jatuh dan tatapannya terlihat sedikit kosong.
Kita ini teman kan?
Dia jelas pernah mendengar pertanyaan semacam itu waktu dulu. Sangat dulu. Ketika semuanya belum seberantakan ini. Ketika dia yang datang di waktu yang tepat dan bertemu dengan orang yang tepat. Sebelum Sehun bertemu dengan nama lain dan mendapati semua kejadian menyakitkan itu.
Tidak.
Sehun harusnya tidak lagi mengingat yang dulu. Dia sudah membulatkan tekad untuk tidak lagi mengingat yang dulu sebagai Batu penghalang dari kelancaran hidupnya masa kini maupun yang akan datang.
Tapi bagaimanapun juga. Kenangan itu tidak bsa begitu saja Sehun lupakan. Bersama Sena. Itu berarti dia akan terus mengingat masa lalu.
Laki-laki itu mendesah panjang. Bola mata hijau zambrudnya bergulir cepat dari Sena pada ranting pohon dibawah kemudian kembali lagi pada Sena. Memaksakan senyum masam diwajah tampannya dan berjalan lambat mendekat kearah Sena mendudukkan diri.
“Bukan... Kita sama sekali bukan teman, Yoon Sena.”
Wajah Sena memebeku mendengarnya. Jantungnya berdegub sakit. Rasanya sangat sakit saat mendengar itu.
Jadi. Sehun minta maaf padanya, tapi tidak berniat untuk menjadi temannya. Atau yang paling sederhananya. Menjalin sebuah hubungan dengan nama yang sedikit lebih dekat dengan sebuah pertemanan.
Sena terkekeh sinis dalam hati. Dia memang bodoh. Secepat ia berubah pikiran, secepat ia menghapus rasa benci dalam benaknya. Secepat itu dia menyadari bahwa dirinya itu sebenarnya sangat bodoh dan tolol.
Apa yang sebenarnya ia harapkan dari dirinya sendiri yang belum genap seminggu mencoba berubah menjadi orang baik-baik. Sena harusnya tahu bahwa dirinya hanya akan berubah menjadi orang bodoh yang kelihatan sangat mudah. Mudah untuk dipermainkan.
Sena hendak membuka mulutnya. Mengeluarkan sumpah sarapan nyang sudah sampai diujung lidah. Tapi tertahan saat Sehun tertawa kecil dan mengacak pelan rambutnya yang sudah berantakan karena basah, menjadi lebih berantakan lagi.
“Kalau kau lupa. Aku kan belum bilang kalau kita sudah putus. Yahh, meskipun waktu itu kau bilang kalau kita ini bukan pacar karena aku mengingkari janji. Tapi bagiku, kau masih terasa seperti 'pacar baru' Yoon Sena.”
Sehun mengatakan itu dengan senyum lebar diwajahnya. Sepersekian detik kecepatan wajahnya berubah seperti semula.
Sena tidak tahu harus menyebut ekspresi wajah dan senyum itu dengan nama apa. Tapi yang gadis itu tahu, Sehun tersenyum yang membuat kerja jantungnya menjadi tidak bagus. Wajah itu, yang mampu membuat berjuta kupu-kupu dalam perutnya bergejolak. Berterbangan tak tentu arah dan menciptakan euforia yang Sena tidak tahu. Kenapa hal itu bisa datang padanya.
“Apa-apaan sih!” ketusnya dengan semburat merah muda dikedua pipi tirusnya.
Sena menepis tangan Sehun dari kepalanya. Kemudian beranjak cepat dan berjalan pergi dari sana. Melupakan ketegangan yang sempat hadir diantara mereka. Berpura-pura kesal. Padahal sesungguhnya, Sena hanya mencoba menyembunyikan rona diwajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
inside out || sehun [re-pub]✔️
FanficSena benci Sehun karena berani menciumnya di depan publik hanya untuk sebuah taruhan bodoh. Sena benci Sehun yang memaksanya untuk menjadi pacar hanya karena satu rahasia yang laki-laki itu temukan di buku diary nya. Dan Sena membenci Sehun karena t...