Hari Sabtu siang, Sena berencana pergi ke supermarket bersama Mamanya untuk belanja bulanan. Tapi rencana itu gagal ketika Hara mendapat panggilan bahwa seorang sahabatnya sejak masa SMA, Jang Soo Bin, baru saja meninggal dunia. Dan Sena yang tadinya berencana pergi ke toko buku selepas ke supermarket untuk membeli beberapa buku yang sudah ia inginkan sejak jauh-jauh hari pun batal seketika.
Sena bukannya kecewa atau bagaimana. Hanya saja, ia sedikit tidak suka jika rencana yang sudah ia buat secara sempurna harus berubah tiba-tiba.
Sena memang bukan lagi Sena yang dulu. Tapi tetap saja di sudut terdalam dirinya masih ada sifat Sena yang asli. Sena yang tidak menyukai perubahan yang mendadak tanpa perencanaan.
Gadis itu melangkah beriringan bersama Hara memasuki rumah duka. Dengan dress hitam dan sepatu hitam. Sena menatap sekeliling lorong yang di penuhi dengan karangan bunga sebagai tanda ikut berduka atas meninggalnya nyonya Jang dari berbagai kolega ternama.
Yeah, Sena yakin teman Mamanya ini orang yang terkenal dan cukup terhormat. Buktinya saja ia bisa melihat banyak sekali karangan bunga itu dan juga pelayat yang hadir di sana.
Jujur saja, ini adalah acara pertama yang Sena hadiri setelah sekian banyak hal yang terjadi dalam hidupnya kemarin hari. Bersama Mamanya. Dan rasanya masih sama seperti dulu yang Sena rasakan saat pertama kali pergi ke sebuah acara dengan keluarga itu. Begitu istimewa dan membuatnya merasa begitu bahagia.
"Habis ini kita langsung pulang, Ma?" Sena bertanya pada Hara yang baru saja selesai mengucap doa pada almarhum temannya.
Hara menggeleng pelan, "tidak sayang. Kau tahu kan siapa teman Mama yang satu ini? Mana mungkin mama langsung pulang begitu saja? Mama tentunya harus ikut membantu disini dong."
"Apa aku juga harus ikut membantu?"
Hara mengernyitkan dahi, "ya kalau kau mau. Kau bisa bantu siapkan makanan untuk para tamu." ucapnya sambil tersenyum, sebelum melangkah menuju dapur untuk mulai membantu.
Sena menghela napas lemah, kemudian mengikuti Hara dan mulai membantu keluarga yang berduka itu. Membawakan makanan dan minuman untuk para pelayat yang hadir. Ini adalah yang pertama kalinya untuk Sena selama 18 tahun hidup nya.
"Yoon Sena?"
Ditengah kegiatan yang ia lakukan. Tiba-tiba saja sebuah suara bariton memanggil suaranya. Membuatnya berhenti sesaat dan menoleh kearah sumber suara. Di sana Sena mendapati seorang cowok jangkung dengan bola mata besar yang terkejut melihatnya.
Sena kira dia takkan berjumpa dengan siapapun yang mengenalnya. Entah itu teman satu sekolahnya atau teman satu bimbelnya. Tapi ia salah, ia lupa bahwa anak-anak yang sekolah di sekolah yang sama dengan dirinya itu rata-rata anak dari keluarga kaya.
"Kau Yoon Sena, 'kan?" tanya cowok itu lagi.
Sena mengangguk pelan sembari beranjak berdiri dengan nampan penuh piring kotor dan botol kosong.
Pria itu pun ikut berdiri dan mendekati Sena, berdiri tepat di depannya dengan wajah yang sama, terkejut. "Wah, Daebak! Aku tak menyangka kau ada disini." dia mengamati Sena sejenak, "apa kau juga keluarga dari orang yang meninggal ini?" tanyanya saat mendapati Sena dengan nampan penuh piring dan botol.
Sena menggeleng pelan, "Teman mamaku" jawabnya singkat.
Cowok itu mengangguk paham. "Benarkah? Aku baru tahu itu. Berarti kau sudah bertemu Sehun?"
"Oh Sehun? Untuk apa aku bertemu dengannya?"
"Ei! Dia kan keponakan dari nyonya Jang ini."
Keponakan? Bagaimana bisa? Kenapa Sena tidak tahu sama sekali? Sial, kalau dia tahu dia tidak mau ikut.
KAMU SEDANG MEMBACA
inside out || sehun [re-pub]✔️
Fiksi PenggemarSena benci Sehun karena berani menciumnya di depan publik hanya untuk sebuah taruhan bodoh. Sena benci Sehun yang memaksanya untuk menjadi pacar hanya karena satu rahasia yang laki-laki itu temukan di buku diary nya. Dan Sena membenci Sehun karena t...