Saudara Baru?

6.8K 775 8
                                        

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Den Bastiar, mulih kok ora ngomong ngomong to den. Den Bastiar baik to?"

Bastiar tersenyum, mencium punggung tangan wanita tua yang baru saja membukakan pintu.  "Alhamdulillah baik bi. Bi Sri gimana?"

Pandangan bi Sri berubah, "Bibi turut berduka cita ya den."

Bastiar mengangguk. "Ngga apa-apa bi."

 "Bastiar sekarang di Semarang bi."

"Alhamdulillah." Wanita tua itu mengusap-usap lengan bastiar dengan senyum yang masih mengembang, namun pandangannya sudah beralih pada dua orang di belakang Bastiar.

"Bastiar bawa anak-anak bi." Ucap Bastiar menyadari arah pandangan Bi Sri. "Aditya, Adeera, sini."

Aditya dan Adeera melangkah mendekati Bastiar, bergantian mencium punggung tangan wanita tua itu.

"Ini bi Sri, yang jagain ayah dari kecil."

Bi Sri tersenyum, "Panggil bi Sri wae yo."

"Ini, mas Adit to?" Bi Sri terlihat mengabsen satu persatu, membuat Aditya tersenyum.

"Iya bi."

"Ini pasti, mba Adeera yang paling kecil."

Adeera mengangguk sambil tersenyum.

Raut wajah bi Sri berubah ketika berhenti mengabsen di Adeera, seperti mencari sesuatu yang belum lengkap. "Loh, kok cuma berdua to?" Tanya bi Sri sembari mengusap kepala Adeera.

"Kak Adiba sekolah di luar negeri bi, nanti juga kesini kok." Jawab Adeera sebelum Bastiar menjawabnya.

"Luar negeri?" Bi Sri membeo, "Oalah Bocah jaman saiki, la wong sekolah di semarang iku yo akeh kok."

Adeera tersenyum, lebih tepatnya ia tidak mengerti dengan yang bi Sri katakan, yang pasti sedang membahas sekolah.

Bastiar tersenyum, "Belum bisa bahasa jawa bi."

"Astaghfirullah, bibi lupa. Yasudah ayo masuk, bibi udah masak di dalem."

****

Setelah sholat isya Adeera kembali membereskan bajunya, memasukannya kedalam lemari dan menata kamarnya yang belum banyak terisi barang, namun untuk sebuah kamar baru, kamar ini sangat pas dengannya, warnanya merah muda pastel, bahkan di beberapa sisi terdapat lukisan bunga yang menambah sisi perempuan dari kamar ini.

"Adeera suka kamarnya?" Bastiar duduk di bibir kasur, sudah lama sekali ia tidak masuk ke kamar ini.

Adeera mengangguk. "Suka banget ayah."

"Besok kita keluar ya? Beli barang-barang buat Adeera sama Aditya selama disini."

Sekali lagi, Adeera mengangguk. Ia menoleh setelah memasukan baju terakhirnya. "Adeera ngga sekolah ayah?"

"Minggu ini ayah urus sekolah Adeera dan Aditya, Insya Allah minggu depan Adeera sekolah lagi."

"Nanti, satu sekolah sama kak Adit?"

Bastiar menggeleng, "Kalau Adeera udah lulus smp, Adeera boleh pilih sekolah yang Adeera mau, boleh sama kak Adit, atau yang lainnya."

Adeera mengangguk, kemudian berjalan untuk duduk di samping Bastiar. "Ayah."

"Iya?"

"Sebelum dengan mamah, ayah udah pernah nikah?"

Bastiar diam sebentar, menghela nafas, ia mengangguk pelan.

My Other LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang