"Adeera?" Bastiar memanggil Adeera setelah mengetuk pintu beberapa kali. "Ayah boleh masuk?"
"Ngga!" sahut Adeera kencang.
Bastiar menoleh pada Aditya, Adiba dan Rama yang menunggu tak jauh dari tempat Bastiar berdiri. Lelaki itu menggeleng, menandakan Adeera sudah menolaknya.
ngobrol ngobrol, di luar. Aditya berbicara tanpa suara, memberikan saran untuk Bastiar coba.
"Kalau gitu, kita boleh ngobrol di luar?"
"Ngga!" sahut Adeera masih menolak.
Sekali lagi Bastiar menoleh, mencari cara lain. Hingga tak lama Rama pergi dan kembali lagi dengan cepat, ia membeli ice cream kesukaan Adeera di warung terdekat lalu memberikannya pada Bastiar.
Rama yakin sekali usahanya bisa diterima, begitu pula Aditya dan Adiba yang sama yakinnya.
"Ngobrolnya sambil makan ice cream, masih ngga mau?" Bastiar mencoba lagi.
Adeera yang mendengar kata ice cream, langsung mengangkat kepala dengan semangat. Namun tidak lama raut wajahnya kembali cemberut, teringat ia sedang tidak baik saja.
Masa disogok ice cream langsung tergoda sih! gerutu Adeera.
"Deera?"
Tidak lama, terdengar suara kunci yang mulai terbuka. Bastiar menoleh singkat pada ketiga anaknya yang lain, mereka mengangkat jempol bersamaan dan memberi semangat sebelum akhirnya buru-buru pergi agar tidak terlihat Adeera.
Ketika pintu benar-benar terbuka, Bastiar mengangkat dua ice cream strawberry, kesukaan Adeera, membuat anak perempuannya itu malu malu tapi mau menerimanya. "Hanya sampai ice creamnya habis," lalu Adeera lebih dulu masuk, tapi sebelumnya ia sudah mengambil ice cream dari tangan Bastiar dengan cepat. Masih ingin terlihat kesal dan jual mahal.
"Enak ya?" tanya Bastiar seraya memerhatikan Adeera yang dengan lahapnya menikmati ice cream, sesekali ia meringis menandakan giginya yang ngilu, membuat ekspresinya semakin lucu.
Adeera menggeleng cepat. Ia berusaha membuat wajahnya kembali terlihat galak walaupun itu justru membuatnya terlihat lebih lucu. Buktinya Bastiar sejak tadi menahan tawa. Setidaknya Adeera sudah berusaha kan?
"Jadi, Adeera kenapa tidak keluar kamar seharian ini?" Bastiar memulai percakapan, membuat Adeera terdiam.
"Adeera, mau cerita sesuatu?"
"Ada yang tidak Adeera suka?"
"Adeera ngga suka bude Tamara. Adeera juga ngga suka Sakina," jawabnya jujur, akhirnya berani bersuara setelah dipancing beberapa pertanyaan.
Bastiar menghela nafas pelan, sudah menduga jawaban itu. "Kenapa?"
"Dia menyebalkan sekali ayah! Adeera ngga suka!" tambahnya dengan wajah cemberut. "Selalu saja menganggap Adeera, kak Adit dan Kak Adiba ngga ada. Padahal kan kita ada. Memangnya Adeera setan sampai ngga terlihat?"
Bibir Bastiar mengemban membentuk senyuman. "Terus?"
"Yaudah, Adeera ngga suka aja! Jadi di kamar terus, males liat mukanya, males makan masakannya."
"Yakin males juga sama masakannya?" tanya Bastiar sedikit menggoda, karena sebelumnya Adeera pernah memuji masakan Tamara yang enak.
"Hmm," Adeera terlihat berpikir, bingung sendiri. "Ya, ya ngga yang males banget sih."
Bastiar tersenyum lagi. "Lain kali Adeera ngga boleh seperti itu ya, bude Tamara kan jauh-jauh ke sini untuk makan sama-sama. Masa Adeera di kamar."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Other Love
EspiritualTidak ada yang mudah dengan menerima anggota keluarga baru. Adeera teringat dongeng cinderella yang pernah papah bacakan sebelum ia tidur. Apakah rasanya akan seperti itu? Adeera ragu, Lagipula mamah tidak akan mengijinkan anak seusinya bertemu pang...