Sudah satu minggu setelah kepergian Nadia, ini adalah hari pertama Adeera kembali ke sekolah. Kali ini berbeda. Ia tidak sendirian. Tidak pula diantar mang Asep. Bastiar yang menemaninya ke sekolah. Karena kali ini, Adeera datang bukan seperti biasa. Bukan untuk belajar atau berkumpul dengan teman-teman. Ia datang untuk mengurus kepindahan.
Setelah hari kesepakatan itu berlangsung, baik Adiba dan Adeera memilih untuk bersama Ardan, dan Aditya, ia memilih mengikuti kedua adiknya. Lusa ketiganya akan pindah, tidak mau menunggu lama-lama lagi. Dan sesuai perjanjian, Bastiar yang mengurus kepindahan anak-anak disini, baik sekolah dan lain-lainnya, sedang Ardan akan mengurus kedatangan mereka disana.
Adeera menunggu di luar ruang guru, setelah berpamitan dengan kepala sekolah, wali kelas dan juga guru BK-nya ia memilih diluar, duduk di sofa tamu sambil menatap sekolahnya untuk yang terakhir kali. Tidak ada yang tahu kapan ia akan kembali kesini kan?
"Adeera," Bastiar menghentikan lamunan Adeera, rupanya ia sudah selesai dengan urusan sekolah.
Adeera bangkit. Bastiar tidak sendiri. Bu Monic, wali kelasnya menemani hingga ke pintu.
"Kamu baik-baik disana ya Deera, harus tetap berprestasi." Ucap Bu Monic seraya mengusap kepala Adeera lambut. Ia memeluk Adeera sekilas.
"Iya bu, terimakasih. Maaf Adeera banyak salah selama disini." Ucap Adeera setelah mencium punggung tangan bu Monic. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Terimakasih bu, kalau begitu saya duluan." Bastiar pamit.
"Kita kemana lagi yah?" Tanya Adeera.
"Ayah harus ke dinas pendidikan, tapi anterin Adeera dulu ke rumah."
"Adeera mau ikut ayah."
Bastiar menoleh lalu mengangguk, "Pegang ini sebentar ya, Ayah mau ke ruang BK, ada berkas yang ketinggalan, Adeera langsung ke mobil aja."
Adeera kali ini yang mengangguk, ia menatap Bastiar yang dengan sigap menuju ruang BK. Ia memutuskan untuk menuju mobil, namun baru saja langkahnya keluar dari teras ruang guru, matanya bertemu dengan teman-teman kelasnya. Sekarang memang masih jam istirahat, dan kelas Adeera kebetulan bersebrangan dengan ruang guru.
Adeera tersenyum lebar, tidak ada yang mengetahui kepindahan Adeera. Dan mungkin senyum itu akan menjadi senyum perpisahan sebelum mereka benar-benar tidak bertemu lagi.
Ia memulai satu demi satu langkah, namun tiba-tiba *brrukkk
Berkas yang Adeera bawa jatuh, ia terlalu lama memandang teman-temannya hingga kehilangan konsentrasi. Dengan cepat Adeera berjongkok, merapikan kertas demi kertas dan memasukkannya lagi kedalam map.
Seiringan dengan kejadian itu, beberapa langkah mulai terdengar mendekati Adeera. Teman-temannya langsung berlari dan saling membantu merapikan berkas Adeera yang cukup banyak. Adeera bangkit seraya tersenyum, ia memegang berkas itu kuat-kuat bahkan terlihat memeluk mapnya, tidak mau berkas itu jatuh lagi.
"Terimakasih ya." Ucap Adeera tersenyum, sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak jatuh, namun sia-sia karena Tia langsung memeluk Adeera, ia terisak di bahu Adeera.
"Kenapa pindah?" Tanya Tia dengan terbata-bata. "Kenapa ngga bilang?"
"Maaf Tia." Hanya itu yang bisa Adeera katakan.
Tak lama setelah itu Alana ikut memeluk Adeera, "Jangan lupa main kesini, gue pasti kangen."
Adeera mengangguk, ia menyudahi pelukan itu terlebih dahulu. "Gue juga."
"Kita harus tetep komunikasi!" Ucap Tia semangat, menyudahi pelukan itu dan berusaha tersenyum lebar.
Adeera mengangguk kedua kali, mengusap sisa airmata di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Other Love
SpiritualitéTidak ada yang mudah dengan menerima anggota keluarga baru. Adeera teringat dongeng cinderella yang pernah papah bacakan sebelum ia tidur. Apakah rasanya akan seperti itu? Adeera ragu, Lagipula mamah tidak akan mengijinkan anak seusinya bertemu pang...