"Kalian aja deh. Aku mau sekolah."
"Udah sampe sini, masa lu balik sih?" Aditya mulai gemas, sejak tadi Rama tidak berhenti minta pulang.
"Kalo ketauan gimana?" Tanya Rama masih gusar.
"Yaudah gini deh." Ucap Aditya memberhentikan langkahnya, membuat Adeera dan Rama ikut berhenti. "Lu balik ke sekolah, tapi siap siap, kena masalah sama bk."
"BK?" Tanya Rama masih tidak mengerti.
Aditya berkacak pinggang, "Apa kata guru bk lu, kalo tiba tiba lu masuk kelas jam segini? Hm?"
Rama terlihat berpikir, ini sudah hampir 1 jam setelah bel masuk sekolahnya berbunyi dan ia tidak pula pintar mencari alasan. Mau bilang apa Rama kepada guru BK-nya itu? Ia bolos lalu tiba tiba khilaf?
"Yang mau lanjut, ngacung!" Ucap Aditya sekali lagi.
Adeera dengan semangat mengangkat tangannya, ia selalu percaya pada Aditya, walau sebenarnya ia juga ragu. Tapi ini pasti menyenangkan, karena dilakukan bersama sama.
"Yang diem, gue anggap setuju."
"Emang kita mau naik apa?" Rama bersuara lagi.
"Tuh!" Tunjuk Adit ke sebuah mobil jenis convertible hitam yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Aditya langsung berlari mendekati mobil itu, disusul Rama dan Adeera yang masih kebingungan.
"Wah, ini mobil siapa kak?!" Tanya Adeera dengan wajah berbinar, seingatnya Aditya tidak pernah diamanahi mobil, semenjak kejadian dua tahun yang lalu, ia pernah tidak sengaja menabrakan mobil almarhumah mamah ke tiang listrik, lagi pula Aditya juga belum memiliki SIM.
"Panjang ceritanya. Ayo naik!"
"Bentar bentar," Rama menghalangi Aditya. "Ini....bukan...mobil curian kan?"
Aditya menatap Rama sebentar, lalu tawanya tumpah begitu saja. Ia menepuk pundak Rama berkali kali. "Yaelah Ram, emang muka gue keliatan muka nyolong?"
Rama tidak menjawab, ia menggidikan bahu.
"Eh, udah punya sim?" Tanya Rama sekali lagi, semakin tidak yakin mengikuti ide Aditya.
"SIM? Surat Ijin Membolos." Jawab Aditya seraya tertawa lagi. "Udah, buruan naik. Mobil ini hak ciptanya cuma sampe jam 4 sore."
"Hak milik kali." Rama mengoreksi.
"Nah itu deh, terserah."
Hari itu, ketiganya sengaja bolos sekolah untuk berkeliling kota Semarang. Siapa lagi kalau bukan ide Aditya?
Lelaki itu mulanya mengajak Adeera untuk jalan jalan berdua, namun Adeera menyarankan untuk mengajak Rama. Disinilah mereka sekarang, berkendara tanpa tujuan.
"Kak, ini atapnya bisa dibuka dong?" Tanya Adeera menanggapi penjelasan singkat Aditya tentang mobil yang ia bawa.
"Liat ya." Jawab Aditya sambil menekan sebuah tombol dan atap mobilnya langsung terlipat otomatis.
"Waah! Keren banget, kak!" Adeera yang melihatnya langsung kegirangan, ia berdiri dan merentangkan tangannya, menikmati angin yang berhembus kencang membelai wajahnya. Bahkan rambutnya menjadi tidak beraturan, terurai terhempas angin.
"Ati ati, Deer!" Ucap Aditya setengah berteriak.
"Kenapa?!" Tanya Adeera.
"Nanti lo terbang kebawa angin, lo kan kurus!" Jawab Aditya, lalu keduanya tertawa.
Berbeda dengan kedua kakak beradik itu yang tampak senang, Rama yang duduk disamping Aditya malah semakin tegang, kuat kuat ia pegang sabuk pengamannya, merasa tidak nyaman, apalagi tenang. Segala pikiran buruk memenuhi otaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Other Love
SpiritualTidak ada yang mudah dengan menerima anggota keluarga baru. Adeera teringat dongeng cinderella yang pernah papah bacakan sebelum ia tidur. Apakah rasanya akan seperti itu? Adeera ragu, Lagipula mamah tidak akan mengijinkan anak seusinya bertemu pang...