Hari Lebih Baik

6.6K 761 35
                                        

Adeera tidak sabar menunggu di ruang tunggu pasien rehabilitasi, tangannya sejak tadi meremas baju yang ia pakai saking senangnya. Ia juga sudah membawa banyak makanan kesukaan Adit, dari mulai nasi goreng, cilok, nasi padang bahkan dua hari sebelumnya ia sudah meminta Bu Ani untuk memasak oseng kangkung untuk Aditya hari ini.

"Sabar ya." Bastiar memegang pundak Adeera, memintanya untuk lebih tenang. "Insya Allah sebentar lagi."

Adeera mengangguk, tapi tidak mengurangi rasa gelisahnya, bahkan matanya terus menatap ke arah pintu, menunggu kehadiran Aditya.

"Kak Adit!" panggil Adeera ketika seorang lelaki datang dari arah pintu. Ia tersenyum melihat Adeera, begitu juga Adeera yang tersenyum tidak kalah lebarnya.

Saat itu juga Adeera berlari menghampiri dan memeluk kakaknya begitu erat, seakan tidak mau dipisahkan lagi barang sebentar saja. Ia sudah terlalu lama memendam rindu. Dan hari ini, perasaan itu terobati.

"Gue tau kok, gue ngangenin."

Adeera tidak menanggapinya, masih memeluk Aditya. "Kapan pulang? Jangan lama lama disini!" Katanya ketika mulai melepas pelukannya.

"Males ah pulang." Jawab Aditya mengalihkan pandangan.

"Kok gitu?!" Adeera terdengar tidak terima dengan perkataan itu.

"Kenapa? Baru sadar ya kalau ngga bisa jauh jauh dari gue?"

Bibir Adeera cemberut, kalau bukan karena perasaan rindunya ia akan mencubit kecil lengan Aditya sekarang juga, membiarkan lelaki itu kesakitan.

"Gemes tau ngga!" Kata Aditya seraya mencubit pipi Adeera. Ia juga rindu adik kecilnya ini, bahkan lebih banyak rasa rindunya ketimbang lapisan wafer yang Adeera sukai.

"Ayo, ada makanan tuh banyak." Ajak Adeera menarik lengan Aditya, membawa lelaki itu mendekat ketempat Rama dan Bastiar duduk. Kedua lelaki itu penonton setia bagaimana manisnya pertemuan Adeera dan Aditya.

Aditya disambut dengan senyuman hangat Bastiar dan Rama. Ia tersenyum pada Rama dan setelahnya langsung mencium punggung tangan Bastiar dan memeluknya erat. Membuat Adeera dan Rama kebingungan melihatnya, yang mereka ketahui, hubungan Bastiar dan Aditya belum membaik.

"Kalau begitu, selagi menunggu hasil keluar bapak bisa membawa nak Aditya pulang. Sekaligus saya mohon, setelah kejadian ini bapak bisa lebih berhati hati menjaga pergaulan nak Aditya." Lelaki paruh baya dengan seragam coklat itu menjelaskan dengan tegas.

"Nak Adit, bapak yakin kamu baik. Tapi akan lebih baik lagi kalau kamu pintar memilih pergaulan. Kepribadian seseorang itu dilihat dari teman teman terdekatnya." Tambahnya seraya menatap Aditya.

Bastiar melirik Aditya sebentar, anak itu terus menunduk merasa bersalah.

"Baik pak, Insya Allah saya akan lebih hati hati. Saya terimakasih bapak bisa bijaksana menanggapi hal ini, sekali lagi terimakasih." Ucap Bastiar, setelahnya berjabat tangan dengan pihak kepolisian yang menangani kasus Aditya.

Setelah keluar dari kantor kepolisian, Bastiar dan Aditya sama sama diam. Setelah malam dimana keduanya bertengkar cukup hebat, baru hari ini keduanya bertatap muka. Itupun untuk kepentingan kasus yang belum selesai.

Perlahan lahan Bastiar menarik nafas, sudah hampir lima menit dan mobil belum ia nyalakan. "Bawa ke rumah." Ucapnya singkat.

Aditya belum menoleh, tapi juga tidak menjawab walaupun ia mendengarnya.

"Tolong kendarai mobilnya ke rumah." Ucap Bastiar memperjelas. Ia tidak butuh jawaban, beberapa detik setelah mengatakan itu Bastiar memilih keluar dari mobil, meninggalkan Aditya yang tidak mengerti maksudnya.

My Other LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang