Hari Memperbaiki Diri Adeera

6.1K 771 46
                                    

Hari ini seluruh perwakilan kelas -yang dipilih atau mengajukan diri sebagai panita kelulusan- diizinkan keluar kelas lebih awal. Ada pertemuan pertama sekaligus pembagian jobdesk.

"Kamu kenapa, Deer?" Nadiya akhirnya bertanya, ia ikutan resah melihat Adeera yang sejak tadi meremas ujung jaketnya, terlihat tidak tenang.

Adeera menoleh, berusaha bersikap biasa saja, tapi yang ada ia semakin sering melihat arloji dipergelangan tangannya. Ini bahkan sudah jam pulang sekolah. Mereka sudah berkumpul sekitar 45 menit, itu sama dengan 1 jam pelajaran ditambah lima menit, di sekolah Adeera.

*dddrrrrrttttt*

Assalamu'alaikum, Deera. Hari ini aku ada acara lain. Supir ayah yang jemput kamu ya.

Rama.

Adeera menghela nafas, sedikit lega. s
Setidaknya ia tidak membiarkan Rama menunggu lama di halte.

"Ini, masih lama ngga ya?" Tanya Adeera, hari ini ia ingin membantu bu Ani untuk berbelanja bingkisan dan mempersiapkan hari esok, harinya.

Nadiya melihat kesekitar, mencari seseorang. "Mantan Ketua osisnya belum dateng, katanya sih nanti ada briefing langsung."

Adeera menghela nafas, "Yaudah, aku ke luar dulu ya. Mau bilang pulang terlambat."

Nadiya mengangguk, membiarkan Adeera keluar dari rapat.

"Gimana, udah?" Tanya Nadiya ketika Adeera kembali.

Adeera mengangguk, dengan bibir mencebik. Ia benar benar bosan, ingin segera pulang. "Kenapa sih ketua osisnya telat? Dari tadi ngga dateng dateng, dia itu kan pemimpin harusnya bisa ngasih contoh yang baik."

"Ada apa?"

Adeera memutar tubuhnya, menuju pada sumber suara. "Itu loh, mas Abian. Ketua osisnya ngga dateng dateng, udah lima puluh lima menit," Adeera melihat arlojinya. "Ralat, lima puluh delapan menit dan dia belum dateng juga. Ini bahkan udah jam pulang sekolah. Dia kemana sih? Ngga tahu apa kegiatan bukan perkumpulan kepanitiaan doang? Emang mentang mentang mantan ketua OSIS boleh seenaknya telat?"

Tangan Nadiya menyenggol lengan Adeera, tapi gadis itu tetap saja berbicara panjang lebar.

"Ada apa sih, Nad?!" Tanya Adeera, menyadari sikap Nadiya.

"Itu, mantan ketua osisnya." Nadiya berbisik.

Mata Adeera membulat, ia menoleh dan berkata tanpa suara, hanya bibirnya bergerak gerak mengucap, kenapa ngga bilang dari tadi?

Abian Wijaya, mantan ketua OSIS sekaligus ketua panitia kelulusan.

"Maaf ya telat, tadi ada arahan langsung dari kepala sekolah buat kelulusan."

"I-iya. Gapapa kok mas."

"Bener ngga apa apa?"

Adeera menggigit bibir bawahnya, ia seperti maling tertangkap basah. "I-itu, maaf ya mas Abian. Abis, abis tadi kan aku ngga tahu." Katanya setelah benar benar menghadap Abian lagi, ia memilih menunduk, malu sekaligus takut.

Bibir Abian tertarik setengah, lalu tertawa pelan. "Kamu mau pulang duluan?"

Adeera mengangguk.

"Kenapa?"

"Jadi gini mas, besok aku ada acara jadi aku harus bantuin bu Ani buat persiapin barang, terus bawa ke tempat acaranya."

Abian mengangguk, "Acara apa?"

"Acara ulang tahun," Adeera menutup mulutnya, bukan berniat berbohong hanya saja ia berniat menghilangkan jenis acaranya. "Aku."

"Yaudah pulang duluan aja."

My Other LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang