Maaf

6.4K 759 16
                                    

Adeera mengadah ketika sadar pintu kamarnya dibuka, Bastiar masuk perlahan, membuat jantung Adeera berdebar sangat kencang. Setelah ketahuan berkelahi tadi, sepertinya ada sidang dadakan ala lelaki di kamar Ayah, dan sekarang nampaknya giliran Adeera.

Adeera menunduk ketika Bastiar duduk di sampingnya. Menghela nafas dan memandang Adeera lembut.

"Gimana tadi di sekolah barunya?" Tanya Bastiar, pertanyaan diluar ekspektasi Adeera.

Tidak ada jawaban, Adeera menoleh dengan menerka nerka. Apa benar Ayah Bastiar kemari hanya untuk menanyakan sekolah?

"Kok ngga di jawab?" Tanya Bastiar sekali lagi.

Adeera menelan salivanya kuat kuat, "Baik, ayah."

Bastiar mengangguk, "Sudah ada teman?"

Adeera mengangguk, "Namanya Nadiya ayah, dia aktif banget. Adeera sampe kewalahan nanggepin dia ngomong. Tapi dia baik banget, di sekolah tadi Nadiya ngomong bahasa indonesia terus biar Adeera ngerti."

Bastiar mengangguk lagi, kali ini tersenyum. "Nanti juga Adeera bisa bahasa jawa."

"Bisa kok ayah. Iki aku, iki kowe." (Ini aku, ini kamu) Ucap Adeera seraya menunjuk dirinya lalu Bastiar. "Nadiya yang ajarin."

Terdengar Bastiar terkekeh dengan ucapan Adeera yang terdengar kaku dan tidak biasa. "Deera boleh bilang seperti itu sama Nadiya, tapi sama yang lebih tua ngga boleh ya."

Kening Adeera berkerut, "Kenapa ayah?"

"Bahasa jawa itu punya tingkatan, beda umur beda cara bicaranya."

"Kok Nadiya ngga bilang ya?"

"Mungkin Nadiya lupa."

Adeera mengangguk setuju. "Bahasa jawa ribet ayah."

"Bukan ribet, tapi sopan santun." Ucap Bastiar mengusap kepala Adeera. "Terus gimana di sekolah?"

"Nadiya minta Adeera temenin nunggu jemputan ayah, jadi Adeera tungguin tapi jadinya," Ucapan Adeera terpotong, ia baru sadar sejak tadi Bastiar sedang memancingnya. "Jadinya telat ke halte ayah."

Bastiar mengangguk, ia sudah terlihat puas dengan pengakuan Adeera.

Dan Adeera baru sadar, ini semua adalah rencana Bastiar. "Maaf ayah."

"Kenapa minta maaf ke ayah?"

"Gara gara Adeera, kak Adit sama Rama berantem."

Bastiar nampak berfikir, "Memang Adeera bilang apa ke Adit?"

Adeera menunduk, "Adeera bilang, Rama ninggalin Adeera."

"Bukannya memang begitu?"

"Iya sih, tapi sesuai perjanjian, kalau 10 menit Adeera ngga dateng, Rama boleh ninggalin Adeera."

Bastiar mengangguk lagi. "Seharusnya Rama ngga begitu, maafin Rama ya."

"Kenapa ayah yang minta maaf?"

"Rama pasti minta maaf, tapi ayah dulu."

"Ayah, ga ngehukum Rama kan?"

Kening Bastiar mengerut, "Ayah kira kamu mau nanyain kak Adit?"

"Hmm." Adeera tampak berfikir. "Bukan gitu ayah."

Bastiar diam, menunggu Adeera melanjutkan kalimatnya.

"Hmm." Ia berpikir lagi. "Kak Adit sih udah kebal sama hukuman, Deera yakin dia ga akan masalah. Tapi kalo Rama," Kalimat Adeera menggantung.

"Kasian?" Tanya Bastiar.

My Other LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang