Bab 16

33 8 1
                                    

16. Semua Tentangnya

Arletta bangun dan mendapati dirinya berada di atas ranjang. Pikirannya langsung mengulang kejadian semalam setelah ia tertidur di atas sofa. Ia lalu naik ke kamarnya sendiri setelah terbangun.

Ketukan di pintu kamarnya membuat ia tersadar dan berlari ke arah pintu supaya ia bisa membukanya bagi siapa pun yang mengetuk barusan. Mungkin orang tuanya ingin keluar rumah sebentar.

"Dea..??" gumam Arletta bingung, mungkin karena efek baru bangun tidur.

"Lo lupa ya, Ta? Hari ini jam sembilan kan kita mau ngerjain tugas fotografi yang belum selesai di rumah Tara," ucap Dea sambil tersenyum.

"Sekarang jam..." Arletta menoleh ke arah jam yang digantung di dinding kamarnya untuk memastikan pukul berapakah itu, "sembilan lewat sepuluh?! Ya ampun, maaf, De. Gue semalem-"

"Belajar Fisika," lanjutnya cepat.

"Ya udah, cepetan mandi sana, trus siap-siap ke rumahnya Tara," kata Dea lagi yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Arletta.

Arletta mengenakan kaos lengan panjang putih dan jins berwarna hitam, ditambah dengan sepasang flat shoes. Setelah itu, baru ia bersama Dea berangkat ke rumah Tara. Tidak lupa Arletta membawa kamera miliknya.

"Tumben ngaret lo pada," ucap Tara pada saat mereka Arletta dan Dea sampai ke rumahnya, tetapi ia tersenyum.

"Gue kesiangan," balas Arletta sebelum akhirnya mereka bertiga masuk ke dalam untuk segera mengerjakan tugas fotografi yang akan dikumpul hari Senin besok.

"Ada yang punya ide kita mau bikin foto apa?"

• • •

Setelah mendapatkan beberapa foto yang dianggap cukup bagus untuk difoto, ketiganya kembali ke rumah Tara untuk memilah-milah yang harus dikumpul ke guru mereka.

Jari Arletta tidak berhenti menekan sebuah tombol untuk memeriksa foto-foto yang mereka ambil sambil sesekali membalikkan kameranya supaya Dea dan Tara juga bisa melihat yang mana yang bagus dan mana yang tidak.

Sampai foto yang diambil mereka tadi sudah tidak ada lagi, Arletta masih terpaku melihat-lihat foto-foto yang tersimpan di dalam kamera miliknya.

Jarinya berhenti menekan ketika sampai kepada sebuah foto. Dalam foto tersebut terdapat dirinya dalam sebuah kelas. Kelihatannya diambil seseorang secara diam-diam.

Tunggu, Arletta ingat dengan foto itu. Vano yang mengambilnya pada saat mereka akan bermain basket terakhir kali. Ternyata ia lupa untuk menghapus foto itu, seperti yang diinginkannya dari awal.

Vano. Sudah lama Arletta tidak mengobrol dengan laki-laki satu itu. Ia rindu berbicara dan tertawa bersamanya.

Arletta menggelengkan kepalanya pelan. Tidak, sekarang bukan waktu yang tepat untuk memikirkan itu karena ia harus memilih foto yang akan dikumpulkan kepada guru fotografi mereka.

Dea menjulurkan lengannya ke arah Arletta, "Ta, pinjem kameranya dong. Tadi kayaknya ada foto yang bagus," ucapnya.

Setelah menekan tombol beberapa kali, Dea membalikkan kamera yang ia pegang ke arah Arletta dan Tara untuk mendengar pendapat dari mereka berdua. "Yang ini bagus. Mau pake yang ini aja nggak?" tanyanya sambil tersenyum kecil, menunjukkan sebuah foto bunga-bunga mawar putih yang ditanam di pinggir taman kota yang mereka lewati tadi.

ImprfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang