24. Keputusan
Setelah Alvis bangun dari tidurnya yang tidak nyaman, ia dan teman-temannya keluar dari rumah Arletta yang lalu dikunci rapat-rapat oleh sang pemilik rumah. Dengan lambat mereka masuk ke dalam mobil hitam milik keluarga Dea dan menuju ke sebuah restoran.
Malam hari ini, kelas Arletta merayakan kelulusan mereka dengan makan malam bersama di sebuah tempat makan yang letaknya tidak terlalu jauh dari sekolah. Hari ini mereka akan bersenang-senang, begitu pun esok hari, hari berikutnya, dan satu hari setelahnya. Tapi kesenangan itu tidak akan berlangsung lama, setelah acara malam hari ini dan tiga hari kedepan, sebagian dari mereka akan memisahkan diri.
Mobil hitam tersebut ditepikan di depan restoran supaya para penumpangnya satu-persatu bisa turun. Dea keluar dari mobil paling pertama, tubuh kecilnya dibalut dengan gaun hitam yang menutupi sampai lutut, ditambah sepasang flat shoes yang juga berwarna hitam, dan ditemani dengan sling bag putih.
Oran kedua yang turun dari mobil itu adalah Vano dengan kemeja warna putih, jeans biru gelap, dan sepasang sepatu kets warna putih.
Arletta memasuki restoran dengan atasan putih beserta rok berwarna hitam dengan corak abu-abu, ditambah flat shoes hitam yang membuatnya kelihatan cantik malam ini.
Dan terakhir, Alvis dengan kemeja warna hitam polos dan jeans berwarna terang, ditambah sepasang sepatu yang juga berwarna hitam.
Arletta dan Dea yang berjalan duluan duduk bersebelahan di kursi yang sudah disiapkan bagi mereka, sementara Alvis dan Vano duduk di seberang kedua sahabat perempuan mereka.
"Dua lima, dua enam, dua tujuh, dua lapan, dua sembilan,.." Castalia berucap, menghitung jumlah orang yang sudah datang berulang-ulang, merasa ada seseorang yang belum hadir tapi ia tidak kunjung sadar siapa yang belum ada sampai orang tersebut muncul dengan sendirinya.
"Hadir," kata orang tersebut sambil menunjukan cengiran lebarnya kepada Castalia sampai ia tersenyum balik kepada laki-laki yang baru saja datang.
"Lo tetep nggak berubah, ya. Nggak sekolah aja telat," kata-kata gadis itu membuat semua orang yang duduk di meja panjang itu tertawa karena kelakuannya.
• • •
Arletta pulang dengan sebuah senyuman yang masih melekat dibibirnya sampai ia terlelap dengan sendirinya karena kelelahan. Ia tertidur tanpa sempat memikirkan hal-hal tidak berguna yang akan membuatnya kembali sedih.
Arletta senang ia telah memaafkan Naira dan Vano, karena kalau ia belum melakukannya sampai sekarang, semuanya tidak akan baik-baik saja sampai sekarang. Mungkin ia dan Naira akan bersikap sebagai musuh selamanya, atau ia dan Vano akan berlaku seperti mereka tidak saling mengenal satu sama lain, walaupun pada kenyataannya mereka telah berteman dekat selama tiga tahun.
Arletta senang satu persatu masalahnya dapat teratasi dengan baik karena bantuan dari teman-teman terbaiknya. Ia tidak akan bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika ia tidak pernah bertemu seorang pun teman seperti yang ia miliki sekarang ini.
Arletta senang ia akhirnya bisa membaca buku catatan milik kakaknya, terutama catatannya yang terakhir sebelum Deva pergi. Ia senang ia berhasil memberanikan dirinya sendiri untuk melakukan hal tersebut dan dengan membaca kata-kata yang ditulis oleh Deva, ia kembali bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imprfect
Teen FictionArletta, gadis yang selalu ceria tiap harinya. Gadis yang penuh dengan semangat untuk melakukan segala sesuatunya. Ia melewati hari-harinya bersama dengan ketiga temannya, Demetria, Alvis, dan Devano, belum lagi ditambah dengan adik kelasnya yang se...