Chapter 3 - Cerita Isya'

725 26 1
                                    

Seketika Nisa dan Isya' berlari dari toilet menuju perpustakaan, disana terlihat Mario, Rizal juga teman-teman yang lain menghampiri Lisa yang menangis.

"Ada apa ini?!"Teriak Nisa dengan ekspresi cemas.

"Kenapa? Kenapa ini? Tolong ceritakan!"Ucap Isya' dengan nada yang tinggi.

"Gak tau, Lisa bilang kalau dia tadi liat bayangan wanita yang bisikin dia."Ucap Mawar.

"Bayangan wanita? Dimana?"Tanya Nisa dengan sorot mata yang tajam.

"Disini, tepat disini."Ucap Dion seraya menunjuk ke arat tempat duduk Lisa.

"Ya udah kita kembali kerja lagi, sekarang Nisa dan Isya' sudah kembali. Jangan sampai bu Tika tau kalau kita semua gak ada yang kerja. Nisa, Isya' kalian berdua kan sahabatnya jadi aku titip masalah ini dengan kalian berdua ya, maaf gak bisa ikut membantu masih banyak kerjaan yang harus kita selesaikan."Ucap Kris selaku ketua panitia.

Isya' hanya mengangguk dengan tatapan sinis.

"Iya, terima kasih banyak."Ucap Nisa.

Lisa masih menangis dengan menutup wajahnya dengan bantal yang ada di sofa. Nisa menghampiri Lisa dan langsung memeluknya.

"Kamu kenapa Lisa? Ceritakan sama kita berdua."Ucap Nisa seraya memeluk Lisa.

"Iya, ceritakan pada kami ada apa sebenarnya?"Ucap Isya' seraya memegang tangan Lisa.

"Aku melihat bayangan wanita itu lagi, lagi-lagi ia berbicara denganku."Ucap Lisa.

"Bayangan wanita? Berbicara? Ahh gak mungkin, palingan cuma khayalanmu aja karena kamu terlalu takut."Ucap Isya'.

"Ihh beneran Is . . Bayangan itu juga muncul kemarin malam, waktu itu aku lagi kerjakan tugas yang kamu kasih tau ke aku, karena aku gak nemuin jawabannya sampai tengah malam jadinya aku tidur, tapi gara-gara guntur aku kebangun jam 11.45 pas aku jalan mau kembali dari ambil minum di dapur aku liat bayangan wanita itu duduk di sofa ruang tamuku, dan pas aku sudah naik ke atas aku liat dia tersenyum dan bilang, 'Kenapa jam segini belum tidur?' Terus ketawa dan kejadian tadi tuh hampir sama dengan kemarin malam cuman bedanya ia melakukan semua itu lewat buku."Ucap Lisa yang mencoba melawan rasa takutnya.

"Tapi tetap aja, setan itu gak ada. Kamu gak perlu takut."Ucap Isya'.

"Sstt . . Jangan ngomong sembarangan, mereka yang tidak terlihat bukan berarti mereka tidak ada, di dunia ini pasti ada yang namanya makhluk ghaib atau makhluk tak kasat mata."Ucap Nisa memperingatkan.

"Kalau gitu, kamu pulang aja ya kerumah. Biar aku yang telefon Mami mu untuk jemput kamu disini."Ucap Nisa, Nisa pun membalikkan badannya namun Lisa mencegahnya dengan menarik tangan Nisa.

"Jangan! Aku gak mau pulang, aku mau disini bersama kalian berdua. Karena aku yakin wanita itu pasti mengikutiku kemana-mana, jika aku bersama kalian aku tidak akan merasa takut. Jangan menyuruhku untuk pulang, aku takut."Ucap Lisa menangis tersedu-sedu, Nisa terdiam dan merenung. Nisa melirik ke arah Isya' dan Isya' mengangguk.

"Ya udah, kamu jangan takut lagi ya. Kamu gak pulang kok, kamu disini bersama kita."Ucap Isya' memeluk Lisa.

"Lisa, kamu bawa mukena dan Al-Qur'an kan?"Tanya Nisa, Lisa mengangguk.

"Kalau gitu, kita berdua sekarang wudhu dan shalat malam terus kita lanjutkan dengan mengaji."Ucap Nisa, Isya' mengangguk.

"Iya, Nisa benar. Dengan begitu kamu bisa berfikir dengan tenang, ya udah kalian pergi ke Masjid sana. Untungnya di sekolah kita ada Masjid jadi kalian berdua kesana aja, ntar aku bantuin bu Tika masak."Ucap Isya'.

"Lho kamu gak shalat?"Tanya Lisa.

"Nggak aku lagi red day, jadi aku gak bisa shalat bareng kalian."Ucap Isya'. Lisa dan Nisa mengangguk mengerti lalu mereka berdua pun meninggalkan Isya'.

Kejadian ini pun dimulai . .

Sudah 1 jam yang berlalu, tetapi Nisa dan Isya' tidak kunjung datang juga. Isya' sedang sendirian berada di lab IPA menjaga masakkan untuk makan malam, karena bu Tika pamit untuk mengambil beberapa bumbu di rumahnya dan untungnya rumah bu Tika hanya berada di belakang sekolah jadi tidak memerlukan banyak waktu untuk pulang pergi ke sekolah.

Untuk melepas jenuh, Isya' menyiapkan piring-piring juga peralatan makan lainnya, ia juga membuatkan teh panas untuk minum tetapi air panasnya itu sangat kurang untuk membuat teh, hanya cukup untuk 2 gelas kecil saja. Jadi ia memutuskan untuk menyusul bu Tika ke rumahnya. Tak lupa ia mematikan sementara kompor yang dipakai untuk memasak daging.

Ia keluar dari pintu lab itu, dilihatnya pemandangan yang sangat gelap disana, hanya beberapa lorong yang dipasang lampu, selainnya dibiarkan gelap. Ia mengeluarkan HP Nokia nya itu dan menyalakan senter di HP-nya.

Malam itu sangat dingin, dengan balutan jaket berwarna kuning yang menutupinya, Isya' terus melangkah di lorong itu.

Kini ia sudah berdiri tepat didepan gerbang sekolahnya namun pada saat ia ingin membuka kunci gerbang itu, senter dari HP-nya tiba-tiba mati. Ia gelabakan sekali pada saat itu, ia menyalakan lagi HP-nya dan melihat bahwa baterai HP-nya masih full tanpa berkurang sedikit pun, ia terus mencoba menyalakan senter di HP-nya tapi tetap saja tidak bisa menyala.

Ia melihat ke arah belakang, tapi ia tidak bisa melihat apa-apa karena gelap. Ia terus mencoba menyalakan senternya itu hingga ia merasa ada seseorang yang lewat dibelakangnya, spontan ia terpekik kaget dan membalikkan badannya ke belakang.

"Siapa itu?"Tanyanya. Ia melihat ke arah sekitar namun tidak apa-apa, ia pun kembali mencoba menyalakan senter HP-nya.

"Ayo nyala! Ayo. ."Ucapnya sambil menepuk-nepuk HP-nya.

Bayangan itu kembali lewat dibelakangnya, kini wajah Isya' benar-benar pucat, keringat juga bercucuran di wajahnya.

"Ayo . . "Ucapnya, namun tak lama ia mendengar suara yang aneh tengah berbisik di telinganya.

"Kalau lagi halangan, jangan coba-coba keluar malam sendirian. Hahhhh . . "

Isya' terkejut dan langsung menyalakan senternya lalu ia membuka gerbang itu namun ia melihat di sebuah lampu jalan ada sesosok wanita yang berdiri dan tersenyum seram memperlihatkan giginya lalu di mulutnya keluar banyak darah segar menatap tajam Isya' seketika Isya' berteriak dan lari dari sana.

"AAAHHHHH!! TOLONGGG AKUUU!"

"AAAHHHHH!! TOLONGGG AKUUU!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bisikan MautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang