Chapter 6 - Berduka

490 17 0
                                    

Dokter pun keluar dari ruangan otopsi, spontan warga langsung berdiri dan menanyakan perihal kematian Mario, sementara Nisa dan Isya' masih dalam keadaan shock.

"Bagaimana dokter?"Tanya pak Marwan.

"Bagaimana hasil otopsinya, dok? Ada apa dengan anak itu?"Tanya pak Anton.

Dokter hanya menunduk, sepertinya dokter itu tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi.

"Dok, mengapa diam saja? Tolong jelaskan dok?" Ucap pak Marwan kembali.

"Begini bapak-bapak, selama kami melakukan otopsi .. Kejadian ini sangat membuat kami bingung, karena semua luka-luka ini tidak dilakukan oleh manusia. Tidak ada tanda-tanda sidik jari manusia yang melakukannya. Kami sudah men-scan tubuh korban, tapi tulang korban tidak rusak sama sekali atau terluka parah, tapi jelas-jelas tubuh korban terluka parah bahkan bisa dikatakan bahwa kematiannya sangat mengenaskan." Ucap dokter.

Semua orang kebingungan dengan penjelasan dokter, mereka saling menatap satu sama lain. Dokter pun pamit undur diri.

Keesokkan harinya, Nisa, Lisa dan Isya' bersama teman-teman yang lainnya melakukan shalat jenazah dan mengikuti proses mengubur mayat Mario, isak tangis bunda Mario semakin membuat mereka bertiga menyesal dan sedih. Terutama Nisa dan Isya' yang melihat pemandangan malam itu di hutan, benar-benar menyayat hati.

Penguburan telah selesai, Nisa, Lisa dan Isya' kembali ke sekolah mereka dan duduk di bangku taman dengan wajah yang benar-benar sedih. Isya' sangat geram dan membalik kursi taman.

"Dasar iblis! Gara-gara wanita iblis itu hidup kita jadi berantakan! Teman-teman kita yang gak ada urusannya dengan dia ikut merasakan sakitnya! Ahhh!" Teriak Isya', Nisa dan Lisa hanya menitikkan air mata dan teman-teman mereka yang lain hanya bisa terdiam.

"Aku sudah gak kuat lagi! Aku mau ketemu sama wanita iblis itu! Keluar kamu setan! Keluar! Keluar sini! Tunjukkan dirimu! Dasar setan! Tempatmu bukan di sini, pergilah iblis! Pergi!" Ucap Isya' dengan berteriak, Nisa bersama Lisa mencoba menenangkan Isya' dengan memeluknya dan mereka menangia bersama.

Pagi di hari ini tidak seperti pagi-pagi sebelumnya. Pagi ini sangat suram, gelap dan mencekam tidak ada cahaya terang yang menerangi hari-hari mereka di sekolah.

Sore harinya ..

Di rumah Lisa om Edi dan tante Mona sedang berbincang-bincang dengan pihak kepolisian.

"Bagaimana dengan anak saya pak? Apa sudah ada kabar mengenai anak saya?" Tanya pak Edi.

"Begini pak, kami sudah menelusuri setial sudut di sekitar kampung bapak, dari ujung ke ujung kami sudah menempatkan beberapa aparat untuk mencari dan menemukan tapi tidak menemukan apa-apa, kami juga telah melakukan penyelidikan di setiap tempat tapi tidak menemukan apa-apa. Kronologis hilangnya Liani juga sangat tidak jelas jadi kami tidak bisa menyimpulkan apa yang terjadi pada Liani." Jelas pihak polisi.

"Lalu bagaimana pak?" Ucap tante Mona.

"Tapi .. Kami menemukan beberapa barang bukti ketika melakukan penyelidikan." Ucap polisi.

Pihak kepolisian pun memberikan barang-barang bukti tersebut pada om Edi dan tante Mona, di sana ada kalung berlian, sepatu olahraga, cincin emas juga jam tangan berwarna merah muda dengan les warna putih.

Seketika tante Mona berteriak.

"Pah, ini jam tangan Liani. Mami ingat kalau Liani pakai jam ini di malam itu." Ucap tante Mona histeris. Om Edi pun melihat barang bukti tersebut, di jam tangan itu banyak sekali bercak-bercak darah.

"Di mana, pak polisi menemukan jam tangan ini? Dan kenapa banyak bercak-bercak darahnya?" Tanya pak Edi.

"Kami menemukan barang ini di hutan ketika melakukan penyelidikan, dan masalah bercak-bercak darah itu kami masih belum melakukan penyelidikan lebih jauh, tapi jika bu Mona dan pak Edi menginginkan jam ini diselidiki, kami akan menyelidiki secepatnya jam tangan ini dan memberi tahu hasilnya." Ucap pihak kepolisian.

Pak Edi dan tante Mona pun menyetujui penyelidikan itu.

Semua orang berkumpul di rumah Lisa menunggu hasil dari pihak kepolisian, waktu berlalu namun masih belum ada kabar dari kepolisian.

Tak lama kemudian, angin berhembus dengan kencang entah darimana datangnya membuat semua orang yang ada di sana kedinginan, lampu rumah Lisa tiba-tiba padam semua orang panik.

"Jangan panik semuanya, aku akan mengambil senter dan lilin di dapur." Ucap om Edi melangkah pergi.

Nisa, Lisa dan Isya' menyalakan senter di hp mereka untuk sekedar menerangi di ruangan yang mereka tempati.

Ruangan itu berubah menjadi panas namun terkadang berubah menjadi dingin, aneh. Ruangan itu sangat gelap dan sunyi karena mereka semua sama sekali tidak berbicara.

Tiba-tiba Lisa melihat bayangan hitam yang lewat di jendela rumahnya dan dia berteriak, semua orang histeris karena melihat bayangan itu berdiri tepat di depan jendela, berdiam diri.

Bayangan hitam itu kemudian menangis tersedu-sedu, dan mencoba untuk masuk dengan menggedor-gedor jendela. Karena merasa tidak diherani, akhirnya bayangan hitam yang menyerupai wanita kecil itu berbicara.

"Ini Liani, Liani gak mau sendirian! Liani mau pulang!" Spontan tante Mona berteriak mencoba menghampirinya namun dihalang oleh om Edi juga yang lain.

"Liani harap Mami sama Papi juga kak Lisa bisa mengikhlaskan kepergian Liani, maaf selama Liani hidup selalu membuat kalian semua susah tapi sekarang ikhlaskan Liani pergi, meskipun Liani pergi dengan rasa sakit dari perbuatan kalian semua! JADI AKAN ADA SELANJUTNYA YANG MATI SEPERTI DIRIKU! KALIAN SEMUA AKAN MATI! AHAHAHAHA!"

Seketika Liani berubah menjadi sosok yang menyeramkan dengan mengancam semua orang di sana lalu menghilang.

Bertepatan dengan perginya bayangan itu lampu rumah Lisa kembali nyala dan seketika itu pula tante Mona jatuh pingsan.

2 menit kemudian pihak kepolisian menghubungi om Edi.

"Halo, pak! Kami kepolisian menemukan mayat Liani di hutan, Liani telah menjadi korban pembunuhan dan mayatnya digantung di atas pohon beringin." Ucap pihak kepolisian, spontan semua orang berteriak histeris dan menangis.

Keesokkan paginya .. Lagi-lagi mereka mengalami hari yang benar-benar berat, setelah kematian Mario, kini mereka dihadapkan dengan kematian Liani, adik Lisa.

Semua orang terlihat sedih begitu pula dengan om Edi juga tante Mona yang menangis histeris.

Nisa, Lisa dan Isya' hanya memandang kosong ke arah kuburan yang sedang digali. Mereka benar-benar hancur dan sakit. Dua hari berturut-turut mengalami duka yang menyayat hati.

REST IN PEACE MARIO HERMAWAN & LIANI PARWANTI.

REST IN PEACE MARIO HERMAWAN & LIANI PARWANTI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bisikan MautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang